Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.
----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku
masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.
" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
BAB 12
“Terserah kakak. Itu hak kakak sekarang”
“Ok itu keputusanku, sekarang kita lanjut lis yang ketiga.....
*******
Percakapan kita selesai saat hari sudah mendekati siang. Ketika suara perut tak dapat lagi kutahan. Sungguh itu sangat memalukan.
Kami akhirnya memilih meninggalkan taman belakang. Semua telah kami bicarakan segala hal yang kurasakan juga ku impikan pun pula segala hal yang dia rasakan dan juga impikan untuk kita jalani bersama.
Kami sepakat berteman. Yah, itu adalah sebuah awal yang baik bukan. Dengan keadaan masih menggunakan sarung dari semalam yang kupinjam darinya pun dengan atasan kaos polos yang syukur ternyata ada terselip disalam tasku, entah kapan aku memasukkan kaos itu pun aku tak ingat.
“Ayo kita pergi”. Katanya mengagetkanku.
“Kemana?. Apa tak masalah aku berpenampilan seperti ini?”. Tanyaku memastikan. Aku masih dalam keadaan lapar sekarang dan belum diberi makan. Jujur saja terakhir kali aku makan itu sore kemarin saat kami masih dalam perjalanan.
Entah dia lupa atau memang tak peduli tadi pagi aku sama sekali belum sarapan.
“Tak apa aku juga akan menggunakan pakaian yang sama. Aku lapar belum makan sejak semalam”. Jawabnya yang ternyata sama belum makan sepertiku. “Dan sepertinya kita butuh beberapa potong pakaian bukan, atau kau lebih nyaman menggunakan sarung milikku sekalian kau pakai kaos punyaku juga”. Bualnya di akhir kalimat yang langsung ku balas tatapan mautku.
“Kalau ada yang lain mending aku pakek yang lain aja”. Dumelku tak terima.
“Yah mandilah aku tau kau pasti belu mandi dari semalam”. Ejeknya lagi yang sepertinya memang berusaha berperan sebagai teman.
Kami pergi seusai sholat dhuhur, tanpa jama’ah. Aku sholat sendiri didalam kamar yang kutempati. Mobil yang berbesa dari yang kemarin kami gunakan. Dia benar- benar membuktikan ucapannya untuk sama- sama menggunakan sarung pun dia tadi juga memberikanku sarung serta kaos panjang miliknya. Walaupun kedodoran saat kugunakan.
Kami sampai disalah satu mall yang tak jauh dari rumah. Tak sampai setengah jam perjalan pun kita telah sampai. Food court menjadi tujuan pertama kita di tempat ini karena memang perut ini tak dapat diajak kompromi lagi. Benar- benar lapar tak tertahan.
“Kau mau makan apa?”. Tanyanya saat kita baru saja memasuki wilayah food court.
“Aku boleh memilih?”. Tanyaku tak kusangka.
“Tentu. Kamu juga akan makankan”.
Senyum puas terbit dari wajahku. “Terserahku kan kak”. Ulangku memastikan karena sepertinya aku tak akan cukup kalau hanya memesan satu menu saja. “Kakak mau makan apa?”. Tanyaku disela- sela berkeliling mencari makanan yang menarik untuk kucoba.
“Terserah kamu, kamu pilihkan saja. Aku tak pemilih soal makanan. Kamu pilihlah aku akan cari tempat duduk”. Jawabnya dibalik masker yang sejak keluar dari dalam mobil sudah ia gunakan. “Pakailah ini”. Tambahnya sambil menyodorkan handbag yang sedari tadi ia bawa.
Belum sempat kukatakan sesuatu dia sudah kembali mengulti tanpa bisa kubantah untuk menolak dompet tersebut.
Pilihanku tertuju pada dua mangkuk ramen dengan varian yang berbeda juga beberapa sushi serta fun fries juga dua gelas boba dengan varian berbeda dan satu buah es krim satu cube.
Dia sedikit kaget saat aku datang dengan satu nampan penuh makanan pun masih dibantu sama dua pramusaji dari tempat yang berbeda. Namun ia sepertinya berusaha untuk tak protes disini. Aku tau itu.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶