NovelToon NovelToon
Sabira

Sabira

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Putri asli/palsu / Tamat
Popularitas:3M
Nilai: 4.8
Nama Author: devi oktavia_10

Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.

Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.

Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.

Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.


Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

"Bira..." panggil Tari sahabat Sabira.

Sabira tersenyum lembut menatap sahabat baiknya itu, dari dulu hanya Tari yang tidak terhasut dengan Aura.

"Kamu baik baik aja, Bir? " tanya Tari.

"Aku selalu baik Ri, kamu tenang aja." kekeh Sabira, sahabatnya itu sudah tau bagaimana perlakuan keluarganya kepada Sabira, bahkan dia tau Aura lah yang suka menghasut orang orang untuk membenci Sabira.

"Kamu wanita kuat Bir, kamu hebat." ucap Tari mengacungkan dua ibu jarinya.

"Harus dong, aku nggak mau lemah karena mereka, apa lagi setelah membaca surat dari nenek, semakin membuat aku semangat." kekeh Sabira.

"Bagus! tunjukan kepada para pembenci mu itu, kamu bisa tanpa mereka." ucap Tari memberi semangat kepada Sabira.

Sabira hanya mengangguk kecil, walau di dalam hatinya selalu menyimpan rasa sakit, tapi Sabira tidak ingin orang lain mengetahuinya, dia selalu terlihat baik baik saja.

"Bir, kamu jadi ikut tanding?!" tanya Tari.

"Jadi." angguk Sabira tanpa ragu.

"Tapi pulangnya malam, Bir. Nanti kamu kena marah lagi." khawatir Tari.

"Kamu tenang aja, aku nggak akan ketahuan pulang malam, teman mu ini punya ilmu penghilang." kekeh Sabira.

"Ck, kamu ini." cibir Tari.

Sabira terkekeh melihat wajah kesal Tari.

"Ayo ah.... kenapa kita jadi ngobrol di parkiran, sih." kekeh Sabira menarik tangan Tari.

ke dua cewek cantik itu berjalan di Koridor sekolah, sesekali tertawa kecil, dengan candaan candaan random mereka.

Siapa pun yang melihat tawa riang Sabira pasti terpesona.

"Ya ampun, Gue klau jalan bareng Sabira sama Tari lansung insecure." keluh seorang siswa.

"Hooh, padahal Bira sama Tari nggak pernah dandan mencolok loh, dia cuma berdandan apa adanya, nggak kaya kita, sudah segala endah skincare di coba, tetap aja buluk." keluh siswi lainnya.

"Halah, pasti mereka pakai susuk pemikat." cibir salah satu siswi yang iri melihat Sabira dan Tari.

"Ck, iri bilang bos..." cibir siswi lain.

"Apaan yang di iri in dari mereka, cantikan juga gue, liat noh, banyak mata yang memandang gue." pongah siswi itu.

"Haha... orang ngeliat loe bukan karena iri, tapi ngeliat loe seperti ngeliat boneka mampang." ledek siswi satunya lagi.

Hahaha....

Pecah sudah tawa para siswa dan siswi di sana, karena memang murid satu itu dandanannya, sedikit berlebihan, mana muka sana leher belang.

"Agggkkkk... Sialan kalian! " pekik siswi itu nggak terima.

"Yeee.... Marah, makanya jangan suka julid sama orang kak, di julid in balik nggak terima kan loe." cibir teman temannya.

siswi itu pergi dengan bersungut sungut kesal.

"Bir, Bira..." panggil seorang siswa.

"Iya, ada apa? " tanya Sabira heran.

"Loe di suruh ke ruang kepala sekolah." ucap siswa itu.

"Oh... Iya, makasih ya." sahut Sabira tersenyum lembut.

"Sama sama." sahut siswa yang memanggil Sabira itu dengan wajah salah tingkah, karena dapat senyum manis dari Sabira.

"Tar, aku nitip tas, laptop ya." ucap Sabira, klau ke kelasnya dulu, pasti lama, karena ruang kepala sekolah dan kelas Sabira berlawanan arah.

"Dengan senang hati, nona cantik." kekeh Tari.

Sabira melangkah kan kaki panjangnya tanpa keraguan sedikit pun, menuju ruang kepala sekolah.

Tok...

Tok....

Tok...

Sabira mengetuk ruang kepala sekolah.

"Masuk." sahut suara dari dalam.

Cek lek...

Sabira membuka pintu ruangan kepala sekolah, dan melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu.

"Permisi pak." ucap Sabira hormat.

"Ehhh... Bira, sudah sampai, nak. Silahkan duduk." titah kepala sekolah, melihat kedatangan Sabira.

Terimakasih, pak." ucap Sabira dan duduk di kursi tamu.

Kepala sekolah, yang tadinya duduk di meja kerjanya, kini beranjak pindah duduk di hadapan Sabira, dan di batasi oleh meja tamu.

"Bira, bapak punya kabar baik untuk kamu." ucap kepala sekolah itu tersenyum lembut ke arah Sabira.

"Kabar apa pak? " ucap Sabira mulai kepo.

Bapak kepala sekolah, menarik nafas, lalu sesaat abis itu membuangnya secara perlahan.

"Kamu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah, di salah satu Perguruan tinggi di luar negeri."

"Serius pak." ucap Sabira tersenyum lebar, karena itu lah keinginannya.

Bapak kepala sekolah menganggukan kepalanya, dan tersenyum melihat wajah bahagia Sabira.

Sedikit banyak kepala sekolah, sudah tau keadaan Sabira, dia menyayangkan sikap keluarga Sabira itu.

"Apa kamu siap untuk pergi keluar negeri? " tanya Bapak kepala sekolah.

"Siap, pak." sahut Sabira tanpa keraguan.

"Bagus lah klau begitu, nanti bapak bantu kamu mengurus semua keperluan untuk kampus tersebut, dan semoga keluarga kamu juga senang mendengar kabar ini." lirih bapak kepala sekolah.

Wajah Sabira lansung berubah sendu.

"Itu tidak mungkin pak." lirih Sabira.

"Sabar ya nak." seketika bapak kepala sekolah menyesal telah mengucapkan kata kata yang membuat Sabira bersedih.

Sabira menganggukan kepalanya dan tersenyum tulus kepada kepala sekolah.

"Kalau gitu saya pamit dulu ya pak, terimakasih sudah membantu Bira, pak." ucap Sabira tulus.

"Sama sama nak, kamu pantas mendapatkan itu semua, kamu pintar, dan banyak prestasi, jadi bapak dan guru guru lain juga ingin melihat kamu maju." ucap kepala sekolah.

Sabira mengangguk dan tersenyum tulus, dia bersyukur memilih sekolah di sekolah harapan bangsa ini, seperti nama sekolahnya, dia punya harapan tinggi menjadi orang sukses dan membanggakan bangsanya di luar sana, dan ingin melihat penyesalan keluarganya yang telah menyia nyiakan dirinya.

Sabira keluar dari ruang kepala sekolah dengan wajah yang berseri seri, dan kembali melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Di tengah jalan, dia bertemu dengan mantan sabahat baiknya, Mahesa. Dulu mereka sangat akrab, tapi karena fitnah yang di buat Aura Mahesa sangat membenci Sabira.

Sabira melewati Mahesa begitu saja, dia tidak dendam dan tidak benci kepada Mahesa, karena bukan salah Mahesa sendiri, cuma laki laki itu yang terlalu percaya dengan fitnah Aura, Sabira bisa apa, dia menjauh di saat di suruh menjauh oleh Mahesa.

Mahesa yang melihat Sabira yang melewatinya begitu saja, membuat dia mengeram kesal, karena sejujurnya dia ingin melihat senyum manis Sabira, dan Sabira kembali menjadi sahabat baik yang selalu membuat dia tertawa riang sepanjang hari.

Tapi semua kini terasa sulit, semenjak dia mengatakan kata kata kasar di depan banyak orang, dan mengaku jijik dekat dengan dirinya, dan dia menyuruh Sabira menjauh dari hidupnya.

Tanpa banyak kata, dan tanpa membela diri, gadis cantik itu memang benar benar menjauh darinya, semua akses sosial media dia di blokir oleh Sabira, dan kini gadis cantik itu tidak pernah mau bertegur sapa dengannya.

"Bira, sampai kapan kita akan seperti ini, gue rindu sama Bira gue yang dulu." lirih Mahesa menatap punggung Sabira yang sudah menjauh darinya.

"Hahaha.... Nyesel ya bro, sudah membuang sahabat sebaik Sabira, percaya sama ular keket." ejek teman Mahesa.

"Diam loe, brengsek." maki Mahesa.

"Dari awal gue kan udah bilang, cari tau dulu yang sebenarnya, loe yang kepancing emosi lansung ngata ngatain Sabira di depan umum dan menyuruh dia menjauh dari loe, padahal gue udah bilang, perempuan itu playing victim, loe nggak percaya, loe tertipu dengan tampang polosnya, ternyata perempuan itu licik, mampus loe kehilangan sahabat baik dan secantik Sabira." ejek teman Mahesa sebelum dia pergi meninggalkan Mahesa yang sedang menyesali perbuatannya itu.

"Gue bodoh ya Ra, begitu saja percaya sama kakak loe, kini gue kehilangan loe Ra, gue nyesal." gumam Mahesa dalam hati.

Bersambung....

Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote... 😘😘😘

1
Yuliati Soemarlina
si aura blm kena batunya...sirik aja kerjaannya
Yuliati Soemarlina
gedeg banget liat aura pengen buang ke kutub utara😄
Yuliati Soemarlina
diotak kamu aura hanya ada rencana busukmu
Yuliati Soemarlina
nyesel terus kel yg sdh berbuaz jahat pd bira..anak kandung serasa anak tiri..kecuali si aura anak pungut yg ga tau diri
Yuliati Soemarlina
si aura anak pungut yg tdk tau diri..
Yuliati Soemarlina
masih untung sabira..ada kknya devan yg sayang pdnya
Yuliati Soemarlina
bagus sabira lebih baik kamu tinggalkan kel ..kamu punya kemampuan..uang utk hidup diluar sana
Yuliati Soemarlina
smg kebenaran ttg sabira cepat terungkap...nyesel tuh kel..
Yuliati Soemarlina
nyesek liat kisah sabira..anak baik dibenci kel karena fitnah
Titien Prawiro
Tahu rasa kamu Aura
Titien Prawiro
Aura mau mempermalukan Sabira, dia mempermalukan diri sendiri.
Titien Prawiro
Kok hilang komennta, tunggu pembalasannya untuk Aura.
Titien Prawiro
Kejar cita2muSabira, dan pergilah jauh tunjukan pada orang membencimu tanpa mereka kamu bisa sukses. semangat Sabira.
Hikari_민윤기
tuti tuti thorrrrr
Hikari_민윤기
thor mbok ya di kurangi salah sebutnya...
marai sek moco linglung...
Inarairlan 0811
salah lagi nama nya gimana sii
Dwi Cahya R
💪
Yeni Yeni
berurai air mata baca part ini😭
Yuliati
gak pantes thor seperti pasangan aja walaupun dilihat dari kasih sayang adik Kakak
Ambar Mariehastuti
Biarin aja,kl berani mau laporin ke polisi, kebetulan...gk usah ssh2 un njeblosin...gali lubang sendr, nyemplung sendr,tuh si TIARA edan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!