Cinta Lansia : Akhirnya, Ku Menemukan Mu

Ketika jam kampus telah usai, semua mahasiswa berjejal keluar dari kelas termasuk Lyon cs.

"Aku mau cari Mika, kalian duluan saja!" ujar Lyon pada Dio dan Timmy.

"Baiklah!" seru kedua temannya.

Lyon sedang buru - buru menuju kelas lain. Lucy cs mengikuti kepergian Lyon yang ternyata menghampiri Mika. Lyon begitu perhatian pada Mika seolah mereka sedang berpacaran. Darah gadis manja itu mendidih melihatnya.

"Kita ke kantin sebentar yuk !" ajak Lyon menggandeng tangan Mika.

"Aku belum lapar, lagi pula ini masih sore." Tolak Mika halus, jujur ia tidak ingin merepotkan.

"Justru masih sore, kamu harus punya energi banyak sebelum bekerja. Aku tidak yakin kamu punya waktu untuk makan malam." Lyon sudah memesan makanan.

"Tapi, Lyon ?"

"Ayo kita makan. Setelah ini aku akan mengantarmu."

Lyon dan Mika berada di kantin dan hal itu tidak luput dari pengamatan Lucy. Lucy mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar mereka.

"Untuk apa kamu mengambil gambar mereka ?" Kelly terlihat bingung.

"Aku punya rencana lain." Lucy menyimpan kembali ponselnya lalu mengajak kedua temannya pergi dari sana.

.

Karena tidak begitu senang melihat kedekatan Lyon bersama Mika. Gadis manja itu berniat berkunjung ke rumah tante Diana, ibunya Lyon. "Apa yang dinilai Lyon dari penampilannya ? Cantik juga enggak, lihat saja pakaian yang ia kenakan, itu - itu saja." dumelnya sambil melajukan mobil.

"Atau mungkin Mika pakai pelet hingga membuat Lyon nempel terus," tukas Kelly.

Betty menonyor kepalanya Kelly, "Dasar kolot ! Ini zaman sudah modern, kamu masih saja percaya begituan."

Kelly menepis tangannya, "Jauhkan tanganmu dariku !" membenahi tatanan rambutnya. "Jika bukan karena pelet, lalu apa dong?"

Lucy menggelengkan kapala, "Itu tugas kalian untuk mencari tahu."

Sesampainya di kediaman Diana, mereka disambut hangat oleh pemilik rumah. Diana sudah lama menjadi singel parent sejak Lyon dan adiknya masih duduk di bangku SD. Kendati demikian, Diana menjadi wanita yang sukses dalam berkarir. Perusahaan milik almarhum suaminya ia pimpin dan jalankan dengan penuh tanggung jawab. Terlihat sampai sekarang hingga bisa membiayai kedua anaknya.

Diana sudah lama kenal dengan keluarga Lucy dan kedua keluarga itu sudah berencana untuk menjadi besan setelah anak - anak mereka lulus kuliah.

"Tante Diana, ada yang ingin aku sampaikan ke Tante. Ini masalah Lyon." ujar Lucy ditengah obrolan.

"Mengenai Lyon, ada apa dengan anak itu ?" CEO wanita itu sangat protektif jika menyinggung keluargannya. Ia pun menyimak dengan baik.

"Begini Tante, Lyon sudah tidak bisa aku dekati lagi."

"Loh, kok bisa ? Bukankah kalian pacaran!" Diana tidak tahu kalau Lyon memutuskan hubungan secara sepihak setahun lalu. Namun, Lucy tidak menganggap pernyataan Lyon sebagai kebenaran.

"Sebenernya kami sudah setahun putus, Tante. Dan aku berusaha untuk memperbaiki hubungan kami. Andai gadis kumal itu tidak mendekati Lyon." jelas Lucy sesekali menampakkan wajah sedihnya.

Kelly dan Betty menyimak saja.

"Gadis kumal, siapa dia?" Diana menajamkan pendengarannya.

"Namanya Mika, Tante." ujar Kelly.

Lalu Lucy mengambil ponsel dan memperlihatkan beberapa foto di galerinya. Foto itu berisi kebersamaan Mika dengan Lyon ketika berada di kantin kampus tadi.

"Gadis bernama Mika itu sejak kapan dekat dengan anakku ?"

"Hampir sebulan, Tante. Aku takut jika Lyon terlalu lama dekat dengannya, ia akan dimanfaatkan oleh gadis itu. Ibu dan ayahnya sudah bercerai. Sekarang mereka hidup susah dan tinggal di sebuah kontrakan."

"Pantas, Lyon sering pulang malam." Diana mendengar cerita Lucy meski sekilas saja mengenai Mika sudah merasa tidak suka. "Aku akan bicara dengan Lyon mengenai hal ini."

"Terimakasih Tante. Aku sangat mencintai Lyon. Dan berharap bisa menjadi istrinya di masa depan."

"Kamu jangan khawatir! Urusan Lyon serahkan pada Tante."

Dan benar saja begitu Lyon sampai rumah langsung dihadang pertanyaan dari Diana.

"Jam segini selalu baru pulang. Dari mana saja kamu ?" tegur Diana.

"Mama, tumben belum tidur." Lyon menelan ludahnya, ia mencium bau kecurigaan.

"Oh, jika mama sudah tidur, mungkin kamu makin malam pulangnya ?"

"Enggak gitu Ma, aku kan nggak suka keluyuran mana mungkin aku pulang larut."

"Terus ?"

"Aku baru saja mengantar pulang teman, Ma."

"Teman ? Dio, Timmy atau teman yang lain ?"

Lyon tersudutkan untuk bicara jujur. Ia sudah berjanji pada almarhum papanya sebelum meninggal untuk patuh pada ibunya. Sekalipun juga berkata jujur.

"Teman cewek, Ma."

"Siapa namanya? "

"Mika." sahut Lyon sedikit canggung. Tidak biasanya mamanya menginterogasi dirinya masalah pergaulan.

"Mika ? Apa dia cantik dan dari keluarga terpandang?"

"Ma, berhenti menanyaiku terus! Sebenarnya ada apa, tidak biasanya Mama bersikap begini?"

"Kamu mulai melawan ? Apa karena gadis itu, kamu dan Lucy tidak pernah terlihat bersama?"

"Oh, jadi Lucy ya yang sudah memprovokasi Mama !"

"Ma, Mika itu tidak seperti yang Mama bayangkan. Dia baik dan sederhana. "

"Ingat Lyon ! Kamu dan Lucy harus menikah. Orang tuanya adalah sahabat mama."

"Maaf. Untuk yang satu ini aku tidak bisa mengikuti kemauan Mama." bergegas pergi meninggalkan Diana lalu memasuki kamar.

Diana meneriaki nama Lyon meski yang dipanggil tak menggubrisnya.

.

Suatu hari ketika Mika sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.

"Kamu yang bernama Mika ?" tegur sosok wanita berparas cantik nan anggun.

Mika tersentak kaget dan menoleh cepat ke arah orang asing itu.

"I-iya." jawabnya canggung.

"Mari ikut denganku. Ada yang ingin aku sampaikan padamu." merasa gadis itu ketakutan lalu Diana memperkenalkan dirinya.

"Aku Diana. Ibunya Lyon."

Mika sedikit kaget mendengarnya dan ada keresahan di hatinya tentang pertemuan yang mungkin bukan sebuah kebetulan ini.

Mika mengangguk mengerti. Diana membukakan pintu mobil meminta gadis itu untuk masuk. Mika mengikuti instruksinya.

Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan apa pun. Mika sendiri memilih diam dan akan menjawab jika bertanya.

"Kamu gadis yang pendiam rupanya?" tegur Diana beberapa menit kemudian.

"Eum, tidak ada pembuka obrolan. Jadi, menurut saya lebih baik diam."

"Kita sudah sampai." ujar Diana membawa Mika ke sebuah resto.

Mika tahu dirinya sedang akan diajak makan siang bersama. Sementara Lyon, entah mengapa hari ini tidak masuk kuliah tanpa keterangan.

Diana telah mengambil semua fasilitas dari Lyon agar tidak bisa berhubungan dengan Mika, sehingga dirinya bisa bertemu gadis itu.

Usai makan siang, Diana membuka obrolan. "Aku dengar kamu dan ibumu tinggal di sebuah kontrakan?"

"Itu benar. Hubungan tempat tinggal saya di kontrakan dengan pertemuan kita apakah ada keterkaitannya ?" Mika sudah berdebar - debar ingin mendengar secara langsung apa yang ingin wanita kaya ini sampaikan.

Diana tersenyum kecut. "Rupanya kamu sangat tidak sabaran. Baiklah, kita langsung pada intinya."

"Aku mau kamu menjauhi putraku." ujar Diana dengan penuh penegasan.