Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi Pelajaran
Lima anak muda yang baru saja menunjukkan kearogannya, benar-benar tidak menduga, kala perbuatan mereka justru tertangkap basah oleh mahasiswa yang mereka takuti karena kedudukan orang tuanya.
Setelah puas merekam kejadian tak terduga, Miko mematikan kameranya. Senyumnya begitu puas karena Miko berhasil mendapatkan sesuatu untuk membalas dendam kepada mereka.
"Bagaimana? Sudah siap untuk dihujat kan?" ucap Miko. Senyumnya terasa sangat mengejek.
"Mik, tolong, jangan seperti itu," ucap salah satu dari mereka yang pertama kali melihat keberadaan Miko.
"Tolong? Kamu minta tolong sama aku? Nggak salah?" Miko pun semakin kegirangan.
"Tolong, Mik, aku mohon, jangan viralkan perbuatan kami. Aku bersedia melakukan apapun, asal kamu hapus rekaman itu," ucap anak orang kaya yang lain membuat teman-temannya kaget mendengarnya.
"Hahaha..." Miko malah terbahak. "Yakin, kamu bersedia melakukan apapun?"
Muka anak itu langsung berubah.
"Cih! Udah aku duga," Miko semakin terlihat meremehkan. "Hei, kamu, masih punya tenaga kan?" tanya Miko pada mahasiswa yang baru saja mendapatkan perlakuan buruk. "Sini."
Dengan menahan rasa sakit, anak itu mencoba bangkit. Miko kembali melakukan aktifitas dengan ponselnya, dan kelima gerombolan anak orang kaya itu semakin terkejut kala mereka tahu, apa yang dilakukan Miko.
"Ada apa nih, Mik?" ucap teman Miko kala mendatangi lokasi kejadian. Miko sengaja memanggil dua temannya untuk segera datang ke lokasi.
"Biasa. Mereka sedang menunjukan kehebatannya, hanya karena maslah sepele," balas Miko. "Tolong, kalian bantu anak ini ke rumah sakit, minta divisum."
"Buat apa?" tanya Mahasiswa yang dianiaya.
"Buat nuntut mereka lah," balas Miko.
"Nuntut?" Anak itu nampak kaget, juga kelima anak yang menganiaya. "Tapi aku..."
"Kamu nggak usah mikirin apa-apa. Urusan yang lain biar aku yang tangani," ujar Miko meyakinkan. "Kita jebloskan aja anak-anak ini ke penjara."
Kelima anak penganiaya langsung terperanjat.
"Mik, tolong, Mik, jangan sejauh itu."
"Iya, Mik, tolong. Jangan menghancurkan nama baik kami."
"Cih, nama baik. Nama baik seperti apa?" Miko pun terkejut mendengar alasan mereka memohon. "Orang kalian sendiri yang menghancurkan nama baik kalian."
"Tapi, Mik, tolong. Kamu tidak perlu bertindak sejauh ini, hanya untuk menolong dia."
Miko langsung menyeringai. Sungguh, Miko takjub mendengar ucapan itu. Bisa-bisanya mereka masih segampang itu mengucapkan kata yang menurut Miko sangat menghina.
"Ya terserah aku dong. Daripada menolong kalian, nggak ada gunanya sama sekali," ucap Miko. "Aldo, Didi, cepat antar dia."
"Siap, Mik!" Kedua teman Miko pun langsung mengapit mahasiswa yang tubuhnya babak belur penuh luka.
"Mik, tolong, Mik, pliss aku mohon," diantara mereka kembali berusaha membujuk Miko. "Kita bisa membicarakan masalah ini baik-baik."
"Iya, Mik, tolong, jangan laporin kami. Kami mohon."
Miko tersenyum penuh kemenangan. "Sorry, saya nggak tertarik. Kalian minta tolong saja sama orang tua kalian," ucap Miko dan dia pun bersiap untuk pergi. "Atau nggak, minta tolonglah sama Kelvin."
Miko pun langsung pergi, meninggalkan lima anak muda yang semakin kelihatan panik pada wajah mereka.
"Ah sial! Kenapa jadi begini sih?" ucap anak muda yang biasa dipanggil Jo. "Sekarang, kita harus bagaimana?"
"Ya nggak tahu," sahut pria yang akrab dipanggil Max. "Sialan, Miko! Kenapa dia harus ikut campur segala."
"Kayanya dia sengaja ngikutin kita. Kalau nggak sengaja, mana mungkin dia tahu kita di sini," balas teman Max.
"Waduh, gimana ini? Bisa hancur, reputasi keluargaku," yang lain pun tak kalah frustasi.
"Sama, orang tuaku juga pasti bakalan murka. Apa lagi kita berhadapan dengan keluarga Dixion."
Kelima anak muda itu benar-benar panik luar biasa Mereka dirundung dilema dan tidak tahu, keputusan apa yang akan mereka ambil.
"Kalian di sini?" suara seseorang sontak mengejutkan kelima anak muda itu hingga mereka langsung melempar pandangan ke arah sumber suara.
"Kalian kenapa? Kok kaya panik gitu?" tanya salah satu teman mereka yang baru saja datang.
"Kita apes, Cel. Kita baru aja ketangkap basah karena mengeroyok mahasiswa," jawab Max.
Sosok yang biasa dipanggil Micela cukup tertegun mendengarnya. "Ketangkap basah? Oleh siapa? Oleh mahasiswa lain?"
Mereka mengangguk.
Micela tersenyum. "Terus, apa masalahnya? Bukankah tinggal kalian ancam mereka seperti biasanya?"
"Masalahnya, yang menangkap basah kita itu Miko."
"Hah!" Micela terkejut. "Kok bisa?"
"Ya nggak tahu. Kayanya dia memang sengaja ngikutin kita buat cari perkara," sungut Jo.
"Pantesan, tadi aku lihat dia lewat sini," balas Micela. "Duh, bisa gawat urusannya kalau Miko sudah ikut campur."
"Itu dia, Cel, makanya, kita bingung. Kalau Miko nggak ikut campur, kita nggak mungkin sepanik ini."
Micela mengangguk mengerti. "Apa Miko ngancam kalian?"
"Nggak hanya mengancam. Dia malah akan menuntut kita lewat jalur hukum dan memviralkannya."
"Astaga! Kok bisa diviralkan?" Micela pun semakin terkejut.
"Iya, dia merekam perbuatan kita tadi," jawab Max. "Benar-benar sialan tuh anak. Mana nggak mau diajak kerja sama lagi."
Micela tersenyum sinis. "Bagaimana bisa dia mau kerja sama dengan kalian, orang kalian aja dulu membully Miko sangat parah."
"Sialan. Dia benar-benar menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk balas dendam," sahut Max.
Micela dan yang lain mengangguk sependapat. "Padahal aku kesini, sedang butuh kalian," ucap Micela.
"Butuh kami? Butuh kami buat apa?" tanya Jo.
"Jadi gini..." Micela pun menceritakan tujuan wanita itu menemui lima anak muda tersebut. Mereka cukup terkejut dengan apa yang disampaikan Micela.
"Apa harus secepat itu?" tanya Max.
"Ya harus," jawab Micela. "Daripada Miko terjerat wanita lain, bukankah aku harus bergerak lebih cepat?"
"Tapi kan nggak harus menikah secepat itu juga, Cel," ujar Max.
"Justru itu hal yang paling penting," balas Micela. "Bukankah kalau aku menikah dengan Miko, kalian juga akan menikmati hasilnya. Kalian nggak perlu lagi takut pada Miko karena aku bakalan menguasai dia jika sudah menikah nanti."
"Benar juga sih," ucap pemuda yang lain. "Tapi, kenapa secepat itu, Cel? Kamu nggak menyesal menikah di usia muda?"
"Demi bisa menjadi nyonya Dixion, ya nggak masalah," jawab Micela nampak begitu.
"Tapi, kenapa dulu saat sama Kelvin, kamu nggak ambil keputusan untuk segera menikah?" tanya Jo.
Micela agak tertegun. Dia pun langsung berpikir keras untuk mencari alasan yang tepat.
"Jangan-jangan, ada yang kamu sembunyikan dari kami," Jo kembali bersuara, membuat Micela agak salah tingkah karena tatapan Jo dan yang lain sangat mengintimidasi.
"Sembunyikan apa?" Micela mencoba berkilah.
"Benar kan, ada yang disembunyikan?" Jo menyeringai.
"Kalau kamu memang butuh bantuan kami, mending kamu jujur aja deh," desak Max.
Micela pun mendengus. "Iya-iya," balas Micela kesal. "Aku hamil."
"Apa! Hamil? Kok bisa?"
"Ya bisalah," sungut Micela.
"Hamil anaknya siapa?"
"Anak Kelvin, siapa lagi," balas Micela. "Aku nggak mau menikah sama pria miskin. Maka itu kalian harus membantuku, agar aku menikah dengan Miko secepatnya."
"Baiklah."
"Sipp!" Micela tersenyum senang.
berarti cerita ini konyol...😄😄😄
anak penguasa dengan banyak bodyguard kok bisa lepas pengawalan...😄😄😄
konyol...😄😄😄
lanjut thor 🙏