Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1.Wanita itu
Di sudut kota di negara Jerman seorang pria tengah menyesap rokoknya dengan segelas wine ditangannya. Pria itu adalah Maxime Alexander Lemos, pria berusia 37 tahun yang kini sukses menjadi seorang pengusaha. Dalam waktu delapan bulan ia bisa membuktikan dirinya memimpin perusahaan milik keluarganya.
Kesuksesannya dalam berkarir berbanding terbalik dengan kisah cintanya. Dan di usianya yang sudah menginjak 37 tahun ia belum memiliki pasangan hidup. Dan tidak akan pernah berkomitmen setelah kisah cintanya kandas terhalang restu.
Cinta yang pernah ia rasakan kini berubah menjadi dendam yang tidak akan pernah ia maafkan. Penghinaan itu masih membekas di hatinya dan ia yakin sekarang gadis yang pernah mengubah pandangan hidupnya tentang cinta telah hidup berbahagia. Namun disini dirinya menanggung kesakitan akan cinta yang tidak bisa bersatu.
Maxime mengeluarkan sebuah jam tangan dari saku celananya. Jam tangan pemberian dari seseorang yang mengisi hatinya. Jangan tangan yang ia tahu bukanlah jam tangan mahal tapi ia tetap menyimpannya.
Maxime menggenggam erat jam tangan itu lalu memejamkan kedua matanya. Sekelebat bayangan gadis yang bernama Amelia Kartika kembali hadir. Ia tidak akan pernah bisa melupakannya dan sampai kapanpun tidak akan pernah bisa. Gadis yang menjadi cinta pertamanya dan hubungan mereka sebenarnya tidak pernah berakhir karena tidak ada kata perpisahan diantara mereka sebelum ia kembali ke negara ini.
"Dear, my first love," batin Maxime. Ia tidak akan pernah bisa melupakannya, tidak akan pernah bisa meski ia tahu cintanya sudah terlarang pada Amelia.
"Kalau aku jadi kau, sudah aku bawa lari gadis itu. Persetan dengan restu," ucap Damian pria yang merupakan sahabat terbaiknya sekaligus orang yang ia percaya mengelola bisnisnya. Damian tahu semua apa yang dialami oleh sahabatnya Maxime karena memang tidak ada rahasia diantara mereka.
Maxime tidak menjawab guyonan dari sahabatnya itu. Ia memilih menyesap winenya ketimbang menjawab ucapan Damian.
"Oh ya, kita mendapatkan tugas untuk melakukan penyerangan malam ini. Kakek Armand menghubungiku karena ia tidak bisa menghubungimu," ucap Damian mengatakan tujuannya datang ke apartemen sahabatnya ini.
"Katakan pada Kakek jika aku siap. Kita akan habisi mereka malam ini," jawab Maxime tersenyum smirk. Hanya dengan cara ini ia melampiaskan segala rasa sakit yang ia alami.
"Oh ya aku dengar mereka memiliki pimpinan baru, dan itu wanita," ucap Damian.
"Kau tahu darimana Damian?. Kau berusaha untuk mengkhianati ku dan Kakek Armand?," tanya Maxime menatap tajam sahabatnya. Ia paling benci yang namanya pengkhianatan.
Damian terkekeh pelan."Tentu saja tidak Max, aku tahu dari Kakek. Dan kau tahu aku benar-benar penasaran bagaimana rupa wanita itu," jawab Damian menepuk pelan pundak Maxime.
"Ingat!, jangan pernah jatuh cinta pada musuh Dam," ucap Maxime dengan tatapan tajamnya.
"Hahaha... kau benar-benar persis seperti Kakek Armand, Max. Pantas saja kau menjadi cucu kesayangannya. Kau benar-benar tidak bisa di ajak bercanda," jawab Damian tertawa kecil.
"Bercanda lah di tempatnya Dam," ucap Maxime.
"Ya ya aku minta maaf. Oh ya aku tunggu malam ini di markas," jawab Damian.
"Hm"
"Dan ya... masih banyak wanita di negara ini. Jangan--
"Tunggu aku di markas!," sela Maxime lalu masuk kesan kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian bekerja.
"Dasar anak itu. Kau sepertinya benar-benar sudah cinta mati pada gadis itu Max. Aku sangat penasaran secantik apa gadis itu sehingga bisa membuat mantan cassanova sepertimu masih memikirkannya hingga saat ini," gumam Damian menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
***
Maxime memasuki mobil Bugatti Veyron miliknya membela jalan malam yang cukup sepi menuju markasnya menemui Kakeknya. Pria yang memakai pakaian serba hitam itu tampak terlihat begitu misterius dan juga dingin. Malam ini pasukannya akan melakukan penyerangan di sudut timur kota Jerman.
Ia sudah lama bergabung dalam kelompok mafia yang dipimpin oleh Armand, Kakek angkatnya. Dan baru dua bulan ini ia kembali aktif setelah kelompok musuh tiba-tiba saja menyerang markas mereka tiga bulan yang lalu.
Maxime turun dari mobilnya dan sudah ditunggu oleh Dimian dan Armand. Pria itu langsung menghampiri sang Kakek lalu memeluknya dengan singkat.
"Pasukan kita akan di pimpin langsung oleh kau Maxime," ucap Armand yang sudah menunjuk Maxime untuk memimpin serangan malam ini.
"Baiklah Kek, tapi berjanjilah padaku untuk tidak ikut dalam penyerangan ini. Serahkan padaku dan juga Damian serta Revan," jawab Maxime. Revan adalah asisten kepercayaan Armand yang merupakan adik angkat dari Maxime.
"Tapi--
"Kek... penyerangan malam ini adalah penyerangan besar-besaran kita dalam bentuk balas dendam kita atas kematian Revina, adik angkatku. Dan aku tidak akan pernah memaafkan orang yang sudah dengan kejinya merenggut nyawa adikku, Kek. Dan aku tidak ingin terjadi hal buruk pada Kakek," jawab Maxime.
"Kau meragukan Kakekmu ini Max?," tanya Armand.
"Tentu saja tidak Kek, tapi taktik penyerangan kita malam ini berbeda dengan yang sebelumnya," jawab Maxime.
"Baiklah... tapi jangan menolak jika akan ada seseorang yang akan membantumu dalam misi kita kali ini," ucap Armand membuat Maxime dan Damian saling pandang tampak bingung dengan permintaan Kakeknya.
"Siapa Kek?," jawab Maxime dengan kening berkerut. Sejak kapan Kakeknya merekrut anggota baru, kenapa ia tidak pernah tahu.
"Itu dia!," ucap Armand menunjuk seorang wanita yang turun dari mobil.
Maxime tampak terkejut melihat siapa yang kini berjalan menghampiri mereka. Pria memejamkan kedua matanya berharap ia hanya berhalusinasi tapi apa yang dia lihat itu nyata.
"Kenalkan Max, Damian. Ini Amora, dia yang akan membantu kalian malam ini," ucap Armand memperkenalkan wanita itu pada Maxime dan Maxime. Sedangkan Revan tidak terkejut sama sekali karena ia sudah tahu tentang Amora bahkan dia lah yang melatih Amore selama enam bulan ini hingga bisa diturunkan.
Maxime tampak menatap intens pada wanita bernama Amora ini. Wanita ini begitu mirip dengan gadisnya, bahkan sangat mirip hanya yang membedakan adalah warna rambutnya saja. Tidak mungkin kan jika Amelia memiliki saudara kembar.
"Max...kau baik-baik saja?," tanya Damian saat melihat Maxime tampak melamun.
"I-iya...," jawab Maxime.
"Tapi Kek, aku tidak ingin ada Revina kedua nantinya jika dia bergabung," ucap Maxime dengan tatapan dingin dan sinis pada Amora.
"Dia sudah bisa membantu kalian. Percayalah, karena Revan sendiri yang sudah melatihnya," jawab Armand.
"Tidak masalah Max, dia cukup cantik kok. Bisa kita jadikan umpan nantinya," ujar Damian.
"Kau kira kita akan memancing Dam?," jawab Maxime langsung melangkah masuk kembali kedalam mobilnya.
"Ya elah. Itu anak benar-benar tidak bisa diajak bercanda," gerutu Damian.
"Eh Nona Amora, selamat bergabung. Jangan hiraukan ucapannya. Dia memang seperti itu semenjak patah hati," ucap Damian pada Amora yang tampak diam saja.
"Dam...," teriak Maxime dari dalam mobilnya.
"Kau lihat, dia sangat menyebalkan. Ayo kau satu mobil dengan kami," ucap Damian mengajak Amora satu mobil dengannya dan Maxime.
"Maaf Kak, aku satu mobil sama Kak Revan saja," jawab Amora.
"Ternyata--
"Dam, ayo!," teriak Maxime lagi.
"Iya iya," jawab Damian.
...----------------...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman