Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Setuju
"Jaga saja Nona Sifa, perlakukan dengan baik, mungkin secepatnya dia akan segera pulih dari rasa traumanya, mudah-mudahan seperti dugaanku" ucap Nick.
Nick nampak terdiam dan memandangi Sifa dari jarak yang masih agak jauh, setelah Nick berpamitan akan pergi, Than segera mengangguk dan mendekati Sifa kembali.
"Istirahatlah" ucap Than.
"Aku takut" ucap lirih Sifa.
"Kau aman disini"
"Aku ingin pulang" ucap Sifa lagi.
"Sebaiknya tunggu beberapa hari lagi, disini lebih aman"
"Tapi aku tidak nyaman, aku ingin pulang, tolonglah" nampak Sifa memohon dengan mata yang berkaca-kaca.
Than tak lagi mampu menolak, tatapan dan sorot mata Sifa meluluhkan hatinya, ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya, dan Than lalu mengangguk meninggalkan Sifa sejenak.
Sifa masih terdiam, menunggu kedatangan Than yang diharapkan membawa kabar baik akan permintaannya untuk pulang.
Sepuluh menit kemudian, Than datang dengan seorang tenaga medis yang sudah tersenyum.
"Apa Nona Sifa tak merasa pusing atau ada keluhan lain?"
Sifa menggeleng pelan.
"Baiklah, Anda boleh pulang" ucapan yang membuat seketika Sifa tersenyum dan mengangguk pelan.
Segera Than menyelesaikan semua admistrasi, lalu membawa Sifa keluar dari Rumah sakit setelah sebelumnya berpamitan pada Nick sebagai sahabat sekaligus dokter yang menangani Sifa.
Perjalanan yang cukup tenang, tak ada percakapan sejak Sifa naik dan duduk disamping Than yang sengaja mengemudikan mobil mewahnya sendiri.
Hingga kemudian Sifa merasa asing akan jalanan yang di lewati, alisnya mengkerut, kemudian bertanya pada Than.
"Kita mau ke mana?" Tanya Sifa.
"Kerumah orang tuamu" jawab Than.
"Apa?!, kenapa kesana, aku tidak mau" protes Sifa yang terkejut akan jawaban Than.
Mobil segera berhenti di pinggir jalan yang sepi, Lalu Than menarik nafas panjang dan menatap Sifa dengan serius.
"Kau ingin tinggal sendirian lagi?" Tanya Than.
Segera Sifa menggeleng dengan cepat berkali-kali.
"Bagus, kamu mau tinggal bersamaku bukan?"
Kali ini Sifa segera mengangguk cepat dan berulang.
Nampak lucu sebenarnya, namun bukan moment yang tepat jika Than harus tertawa, keadaan masih sangat serius kali ini.
"Okey, kau hanya bisa tinggal dengan ku kalau kita sudah menikah, paham dari sini?"
Sifa mengangguk, kali ini pelan dan terlihat sangat berat.
"Apa berarti kita akan meminta restu dan benar-benar menikah?" tanya Sifa kali ini, ada keraguan di matanya.
"Kita lihat saja nanti, bagaimana orang tuamu menerimaku, semua tergantung padamu"
"Baiklah" Sifa Akhirnya menyerah dan membiarkan Than membawa dirinya pulang ke rumah orang tuanya, soal bagaimana selanjutnya, apa kata nanti, begitulah dalam hati Sifa berkata.
Perjalanan seperti yang sudah-sudah, cukup menyita waktu, dan akhirnya tiba di tempat tujuan.
Sifa tertidur, dan entah kenapa tangannya tak pernah melepaskan Than dari pegangannya, mungkin karena merasa lebih aman setelah trauma yang di alami, sementara Than hanya tersenyum dan membiarkan.
"Sepertinya ini rumahnya" Than membuka ponsel untuk memastikan, seperti informasi yang didapati, nampak depan persis seperti yang terlihat di dalam gambar yang beberapa hari lalu di berikan oleh anak buahnya.
Baru saja Than hendak turun, tiba-tiba saja sosok laki-laki tua menyapanya.
"Maaf sedang mencari siapa?" Tanya Nya.
Than sedikit terkejut, lalu segera turun dari mobilnya dan memberikan salam hormat pada yang lebih tua.
"Apa benar ini rumah Sifa pak?" Tanyanya.
Nampak laki-laki itu terdiam sejenak, lalu berpikir sejenak dan tersenyum ramah.
"Benar, saya Ayahnya, anda siapa?" Tanya laki-laki itu dan seketika membuat Than terkejut dan meminta maaf sekali lagi.
"Saya mengantar Sifa untuk bermalam di tempat orang tuanya" jawab Than.
"Oh, begitu?" Ucap pak Surya ayah Sifa.
"Lalu, dimana Sifa?" Tanya pak Surya lagi, yang kali ini nampak cemas.
"Ada pak, masih tidur di mobil" ucap Than.
Pak Surya terkejut, lalu kemudian mendekati mobil dengan Than yang mengikuti dibelakang.
"Biarkan bapak yang akan membawa Sifa ke dalam" ucap pak Surya, lalu kemudian membangunkan Sifa dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Disambut hangat oleh ibu Sifa, Than akhirnya di persilahkan untuk memasuki kamar sederhana yang kosong dan sudah di siapkan untuknya bertempat tinggal selama ada disana.
*
*
Pagi hari yang sangat cerah, terasa begitu hangat di daerah pedesaan yang masih terasa segar dan alami, Than sangat menyukai, dan sedari pagi bangun untuk berjalan di sekitaran rumah sederhana yang sangat sejuk.
"Siapa laki-laki itu?" Tanya Ibu Sifa sesaat mengamati Than dari jendela dapur.
"Tuan Than, dia adalah Bos ku, setelah aku keluar dari TRULA GROUP"
"Apa?!, kenapa tidak bilang dari semalam Sifa!" Bentak Ibu Sifa begitu terkejut akan penjelasan putrinya.
Sifa hanya nyengir, dan kemudian wajahnya nampak murung.
"Kamu ini kenapa?" Tanya sang ibu yang sudah tak betah lagi untuk terlihat biasa saja.
"Hans" ucapnya lirih.
"Hansyah Praditya?, mantan kekasihmu dulu?" Tanya Bu Malika memastikan dengan mimik kagetnya.
"Hem, dia sudah menyerang ku kemaren malam"
"Apa?!, menyerang bagaimana?" Tentu saja wajah panik seketika terlihat di wajah Malika.
Sifa kemudian menceritakan semuanya, betapa terkejutnya ibu Malika, hingga segera menyeret Sifa dan menyerahkan acara masak memasaknya ke asisten rumah tangga paruh waktu yang baru saja tiba.
"Kalau begitu jangan tinggal sendirian, cari saja teman atau Asisten Rumah tangga yang setiap hari bisa menemani dan menjaga Apartemen mu" ucap Malika begitu cemas akan nasib putrinya.
"Aku masih takut Bu, jika sama-sama Perempuannya, kami bisa apa?"
Sang ibu berpikir cukup lama, kemudian menarik nafas panjang walaupun ujungnya tak menemukan jawaban.
"Sebenarnya ada solusi terbaik Bu"
"Oh ya, apa?"
"Menikah"
"Siapa yang menikah?" Tanya Malika nampak bingung dengan jawaban Sifa.
"Siapa lagi Bu, anak ibu kan cuma aku, memangnya ada lagi?" Sifa sambil kemudian membenarkan duduknya.
"Memangnya kamu sudah punya Calon yang mau menikahi mu?" Tanya Malika dengan tatapan menerawang jauh di sana, memikirkan nasib anaknya.
"Ada, tapi_"
Malika langsung menyorot serius wajah Sifa.
"Tapi apa?"
Sifa nampak menata nafasnya, berpikir dengan hati-hati untuk memulai pembicaraan yang sensitif bagi semuanya.
"Tuan Than, dia bersedia menikahi ku"
"Apa?!" Kali ini Malika bukan hanya terkejut, rasanya ikut sesak nafas juga, hingga kemudian menenangkan dirinya dengan meminum air putih yang sudah disambarnya dengan cepat.
"Jangan macam-macam, dia itu Bos mu, mana mungkin mau dengan mu, pasti ada yang tidak beres, atau_" Malika menaruh curiga, dan segera melihat perut Sifa.
"Ish, jangan berpikir aneh-aneh Bu, aku aman, anakmu ini masih perawan"
"Alhamdulillah" ucap Malika seketika sambil mengelus dadanya.
Perbincangan pun dilanjut dengan serius, dimana Sifa mengatakan kalau Than menginginkan pernikahan dengannya, tapi dengan rahasia, sampai nantinya bisa meyakinkan keluarganya jika mereka benar-benar serius.
Malika tak habis pikir, kenapa anaknya sampai bermain-main dengan namanya pernikahan.
"Ibu tidak setuju"
"Ayah juga!"
Deg!
Bagaimana dengan pembaca?, yuk KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..