Diputuskan begitu saja oleh orang yang sudah menjalin kedekatan dengannya selama hampir tujuh tahun, membuat Winda mengambil sebuah keputusan tanpa berpikir panjang.
Dia meminta dinikahi oleh orang asing yang baru saja ditemui di atas sebuah perjanjian.
Akankah pernikahannya dengan lelaki itu terus berlanjut dan Winda dapat menemukan kebahagiaannya?
Ataukah, pernikahan tersebut akan selesai begitu saja, seiring berakhirnya perjanjian yang telah mereka berdua sepakati?
Ikuti kisahnya hanya di lapak kesayangan Anda ini.
Jangan lupa kasih dukungan untuk author, ya. Makasih 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Halal
"Mas. Perutku tiba-tiba mules," kata Winda pelan.
"Oh, apa mau ke belakang?" sahut Ira yang dapat mendengar suara Winda karena posisi mereka berdekatan, bertanya.
Winda pun mengangguk dengan raut wajah tegang yang dapat ditangkap Ira hingga wanita itu pun melancarkan protesnya pada Bisma. "Kamu kasih makan apa istrimu, Bis, sampai dia sakit perut gini?"
"Luly. Cepat kamu antar Mbak Winda ke belakang!" Perintah Ira kemudian pada salah satu karyawannya.
"Baik, Bu."
Luly segera membimbing Winda menuju toilet yang ada di ruang belakang. Winda berjalan dengan sangat cepat seperti khawatir jika akan ada yang melihatnya.
"Kenapa kamu tadi melirikku seperti itu, Ir, ketika menyebut nama wanita itu?"
Bisma bukannya menjawab pertanyaan Ira, tapi malah melancarkan protesnya setelah Winda menjauh. Bisma memang sengaja mengabaikan pertanyaan Ira yang menatap protes padanya begitu mendengar Winda sakit perut karena dia dapat menebak jika itu hanya akal-akalan istrinya saja untuk mengindar dari Leon.
"Ya, karena akhirnya kamu akan benar-benar terbebas dari si Lidya dan papanya yang terus mendesak agar kamu menikahi wanita ambisius itu, Bis. Kamu ternyata diam-diam udah nikah dan Lidya, dia sebentar lagi juga akan menikah."
Jawaban Ira menjadi obrolan terakhir mereka karena setelah itu, orang yang dibicarakan datang diantar Risty. Setelah tamunya bertemu dengan sang bos, Risty pun pamit untuk kembali ke depan.
Wanita berpenampilan glamour yang baru datang bersama Leon itu nampak terkejut, melihat keberadaan Bisma di butik yang sama. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena setelahnya Lidya sigap memeluk mesra lengan Leon.
"Eh, ada Mas Bisma," sapa Lidya berusaha untuk bersikap tenang meski tetap saja kecanggungannya dapat ditangkap oleh Ira maupun Bisma.
"Mas Bisma apa kabar?" lanjutnya berbasa-basi.
"Seperti yang kamu lihat," balas Bisma datar.
Lidya sempat cemberut mendengar jawaban Bisma dan melihat ekspresi laki-laki itu yang datar-datar saja, sama seperti dulu. Namun, Lidya buru-buru menampilkan senyuman manisnya.
"Kalian silakan ngobrol dulu, ya. Aku akan siapkan gaun pesanan kalian," pamit Ira setelah mempersilakan tamu-tamunya untuk duduk di sofa yang tersedia di depan ruang kerja miliknya.
Arsen ikut duduk dan menempel pada Bisma. Bocah itu juga terus memeluk perut Bisma. Sepertinya, Arsen merasa tidak nyaman dengan kehadiran Lidya di sana.
"Mas Bisma udah terima undangan dari papaku, 'kan?" tanya Lidya kemudian yang sebenarnya tak membutuhkan jawaban karena dia sangat yakin jika Bisma pastilah sudah menerima undangan pernikahannya.
Benar saja, Bisma memang tak menjawab pertanyaan Lidya barusan. Laki-laki itu malah fokus bercengkrama dengan Arsen.
"Oh, ya, Mas. Perkenalkan, ini calon suamiku. Mas Leon ini salah satu manager muda kepercayaan Papa dan kami akan menikah dalam waktu dekat," lanjut Lidya yang terlihat sangat bangga pada calon suaminya yang memiliki ketampanan sebelas duabelas dengan Bisma, menurutnya.
Leon yang diperkenalkan sebagai manager muda kebanggaan bosnya di kantor, terlihat sangat senang. Sementara Bisma seperti biasa, datar-datar saja menanggapi ocehan Lidya yang membanggakan calon suaminya itu dan hanya menatap ke arah mereka berdua sekilas. Lalu, fokus Bisma kembali pada Arsen.
"Mas Bisma ke sini hanya berdua dengan Arsen?" tanya Lidya selanjutnya.
"Seperti yang kamu lihat," balas Bisma seperti jawabannya yang pertama. Benar-benar minim kosakata laki-laki itu. Dan setelah menjawab demikian, lagi-lagi perhatian Bisma kembali pada bocah kecil di sampingnya.
Di saat Lidya masih mencoba menjalin komunikasi dengan Bisma meski terus saja diabaikan, Leon diam-diam mengedarkan pandangan. Dia merasa seperti ada seseorang yang mengawasi gerak-geriknya. Namun, hingga cukup lama Leon memperhatikan sekeliling, tetap saja dia tak menemukan apa pun yang mencurigakan.
Sementara Lidya yang merasa terus diabaikan Bisma, menjadi sangat kesal. Untuk mengobati kedongkolan hatinya pada Bisma, Lidya kemudian memamerkan kemesraannya dengan Leon. Sayangnya, Bisma tak melihat karena fokus laki-laki itu, hanya pada Arsen.
"Selalu bocah tengik itu yang menjadi pusat perhatiannya. Dan gara-gara bocah itu juga, Mas Bisma tak pernah mau melirikku!" Tatapan yang penuh kebencian pun, Lidya tujukan pada bocah yang dia anggap sebagai penghalang ambisinya untuk mendapatkan Bisma kala itu.
Lidya adalah adik tingkat Bisma, Nicholas, juga Ira_tiga serangkai yang dulu ke mana-mana selalu bersama. Lidya tertarik dengan Bisma sejak dia semester satu.
Mengetahui jika Bisma selalu mengabaikannya, pada semester akhir, Lidya yang mengetahui kedekatan Bisma dengan keluarga Reynaldi—keluarga Nicholas—kemudian meminta bantuan sang papa yang merupakan rekan kerja Om Rey di kantor untuk membantu mendekatkannya dengan Bisma.
Akan tetapi, usaha Lidya dan sang papa tetap saja gagal. Padahal, mereka juga sudah sempat mengancam bahwa Bisma tak 'kan bisa bekerja di kantor tersebut jika cinta Lidya ditolak.
"Saya salah satu orang yang menduduki posisi penting di kantor. Kamu tahu itu, 'kan? Jika saya mengatakan iya, Bos pasti akan setuju. Begitu pun sebaliknya. Jadi, meski kamu keponakan Mas Rey, tapi jika saya meminta pada Bos untuk tidak menerimamu, kamu tidak akan pernah bisa bekerja di sana!"
Bisma sama sekali tak gentar. Sementara Om Rey dan Nicholas yang saat itu juga berada di sana dan mendengar ancaman papanya Lidya, hanya tertawa.
"Rasman-Rasman. Kamu pikir, kamu itu siapa?" kata Om Rey sesaat kemudian.
"Sudah merasa hebat, kali, Pa, Om Rasman karena sudah menduduki jabatan penting di kantor," sahut Nicholas.
"Kamu memang salah satu orang penting di kantor kita, Ras. Tapi, kamu tidak tahu, kan, siapa tangan kanan Bos?"
Om Rey kembali terkekeh begitu melihat kebingungan Pak Rasman setelah mendengar perkataannya. Sementara Bisma diam saja. Hanya senyuman tipisnya yang terulas di bibir laki-laki itu.
Lidya yang teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu itu, kemudian melirik sinis pada Bisma.
"Kamu udah lihat sendiri, kan, Mas Bisma yang sombong! Aku bahkan bisa mendapatkan seorang manager yang enggak kalah tampan dari kamu. Enggak seperti kamu yang sampai sekarang masih pengangguran dan hanya mengandalkan belas kasihan dari Om Rey."
"Maaf, ya, kalau agak lama."
Kedatangan Ira yang membawa dua paper bag di tangan, berhasil menyeret Lidya dari lamunannya. Ira lalu menyerahkan gaun pengantin serta stelan jas untuk Leon pada Lidya.
"Makasih atas kepercayaannya, lho, Lid. Jangan kapok," kata Ira dengan senyum ramahnya.
"Enggak akan kapok, lah, Mbak. Aku selalu suka, kok, dengan gaun rancangan Mbak."
Setelah berbasa-basi sebentar dengan Ira, Lidya kemudian pamit. "Mbak Ira harus datang, ya, ke acara resepsi pernikahan kami. Jangan lupa bawa pasangan," pinta Lidya sebelum benar-benar berlalu dari sana.
Lidya kemudian menatap Bisma. "Mas Bisma juga, ya. Mas harus datang."
"Jangan khawatir, Lid. Bisma pasti datang dan dia juga akan membawa pasangan halalnya," sahut Ira, membuat Lidya mengernyit.
"Pasangan halal?"
bersambung ...
Semangat terus Kak.... qt selalu nungguin Bisma-Winda Up lg...❤🌹