Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Kedatangan Tamu Tak Diundang
Ting!
Lift berhenti dan terbuka. Zafa keluar begitu juga dengan Star. Zafa tak ingin menegur Star dan terlalu PD dengan mengira jika Star mengikutinya.
Star menghentikan langkahnya, Zafa reflek menoleh.
"Star." Larry mendatangi Star dan lalu menampar wajah Star dengan keras. Larry mengira Zafa adalah pria yang sering dibawa Star ke apartemen.
Star berdiri di tempatnya, Zafa sebenarnya tak mau ikut campur, tapi melihat kekerasan terjadi di depannya, Zafa tak bisa tinggal diam.
"Jaga sikap anda di sini, Tuan. Aku bisa melaporkan anda pada pihak berwajib."
"Kau tidak usah ikut campur urusan keluarga kami," ketus Larry. Zaffa tersenyum miring.
"Apa ini perilakumu yang sebenarnya? Kau tidak ada bedanya dengan ibumu yang pelacur itu." Larry tersenyum menyebalkan. Star benar-benar ingin menonjok Larry saat ini, tapi kali ini dia akan playing victim agar mendapat simpati dari dosen buruannya itu.
"Tutup mulutmu!" pekik Star, matanya berkaca-kaca sangking emosinya. Dia tak masalah jika dihina, tapi tidak dengan ibunya. Ibunya tidak salah apapun. Star tahu betul penyebab ayahnya pergi meninggalkan ibunya saat.
"Kau dan ibumu sama-sama murahan, Star," kata Lucresia ikut menyerang Star dengan kalimat yang begitu menyakitkan.
Star memilih tak menanggapinya. Dia berjalan gontai melewati Zafa dan Larry. "Lain kali jangan mencariku lagi. Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Kita hanya orang asing yang kebetulan terhubung. Dan mulai saat ini aku akan memutuskan hubungan itu."
"Star, kau harus mengatakan pada pamanmu, aku ingin mansion itu. Anggap itu bayaran karena aku sudah merawat pelacur keluarga Montana saat itu," kata Larry.
Star tak bisa menahan amarahnya lagi. Dia tidak peduli lagi apa yang akan Zafa pikirkan tentangnya hari ini. Yang jelas saat ini dia ingin membungkam mulut Larry.
Star membalikkan tubuhnya dan meninju wajah Larry. Ayah sambung yang selama ini dia sayangi dengan segenap hatinya.
Dengan air mata yang berderai, Star mendorong tubuh Larry hingga jatuh terlentang. Dia duduk di atas tubuh Larry dan menghajarnya.
"Hentikan!" teriak Lucresia.
Zafa langsung mengangkat tubuh Star saat melihat Larry sudah babak belur. Zafa mengangkat badan Star dan memanggulnya. Dia membuka pintu apartemennya dan membawa Star masuk ke dalamnya.
Zafa mendudukkan Star di atas sofa. Star hanya diam. Dia masih marah dengan ucapan Larry. Zafa menuju dapur dan mengambil segelas air putih.
Dia kembali ke ruang tamu. Dia melihat Star menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Zafa duduk tidak jauh dari Star. Dia meletakkan gelas itu di depan Star.
"Minumlah!" kata Zafa.
"Bisakah kau meninggalkan aku di sini sendiri?" tanya Star tanpa membuka tangannya.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Zafa penasaran.
"Aku hanya ingin sendiri. Aku juga tidak ingin kau melihat wajahku yang buruk."
"Baiklah, kau memang tampak buruk jika menangis." Zafa akhirnya meninggalkan Star. Dia berniat mengambil belanjaannya tadi yang tertinggal.
Saat ia membuka pintu, dia tak melihat orang-orang tadi. Zafa terlihat cuek dengan hal itu. Dia turun mengambil belanjaan.
Star membuka tangannya. Dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Hatinya benar-benar sakit mendengar ibunya dihina seperti itu.
Star mengambil gelas dari Zafa dan meminum isinya hingga tandas.
"Aku semakin menginginkanmu, Zafa," lirih Star. Dia tahu, jika Zafa sebenarnya pribadi yang hangat meski sikapnya bertolak belakang.
