Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Acara selesai sekitar pukul 5 sore. Alea terlihat duduk seorang diri di sebuah kamar hotel yang lokasinya berdekatan dengan tempat berlangsungnya acara pernikahannya tadi.
Dia masih mengenakan kebaya lengkap dengan riasannya, matanya terlihat sembab namun tidak mengurangi kesan ayu yang sudah menjadi pembawaannya sejak lahir.
Beberapa derap langkah kaki terdengar mendekat memasuki ruangan tempat Alea duduk seorang diri. Alea menoleh, terlihat Ayahnya yang sedang duduk dikursi roda yang di dorong oleh Bik Jum mendekat kearahnya. Dibelakangnya Tante Nita dan Mahesa mengikuti.
Alea yang yang sejak tadi merenung seorang diri buru-buru berlari dan langsung berlutut tersungkur di kaki Ayahnya, Alea menangis sejadi-jadinya seperti seorang anak kecil yang mengharap pertolongan orang tuanya.
Ayah serta Bik Jum pun tak kuasa menahan air matanya, putri semata wayangnya yang masih berusia remaja sudah di ambil paksa oleh orang lain demi menyelamatkan hidupnya.
"Kuatkan hatimu nak, setelah keadaan ayah membaik, ayah akan segera menjengukmu di rumah yang baru" Ucap Ayah berusaha menguatkan putrinya.
"Maafkan Ayah Alea" tangis Ayah semakin menjadi, karena perasaan bersalah pada putri semata wayangnya.
Alea hanya mengangguk perlahan, dia sudah tidak mampu berkata apapun. Dia menyadari bahwa sekarang statusnya berubah menjadi seorang istri. Dan dia harus turut serta kemanapun suaminya membawanya.
Bik Jum telah diminta oleh Ayah untuk ikut serta menemani Alea, untuk memastikan Alea merasa nyaman di rumahnya yang baru.
"Tentu saja Bik Jum boleh ikut bersama kami, selama itu membuat istriku ini merasa nyaman berada di tempat tinggalnya yang baru" Ucap Mahesa memberi persetujuan kepada Ayah.
"Tenang saja, saya akan menjaga dan memastikan putri anda akan aman bersama saya" Imbuh Mahesa meyakinkan
Sore itu juga, Mahesa membawa Alea pulang kerumahnya menggunakan mobil yang di kendarai oleh seorang supir. Alea merasa sangat lelah, tak terasa dia tiba-tiba terlelap sepanjang perjalanan.
Sekitar pukul 9 malam, akhirnya mereka tiba di halaman sebuah rumah. Rumahnya tidak terlalu besar, bahkan tergolong sederhana. Halamannya cukup luas dikelilingi pagar beton yang terlihat kokoh, disebelah kanan dan kirinya terdapat taman dengan bunga-bunga yang indah. Ada kolam ikan yang airnya mengalir jernih sekali.
Rumahnya memiliki 2 tingkat berlantaikan marmer, di lantai atas ada ruang kerja Mahesa, ruang santai, 1 buah kamar tidur berukuran standart dan kamar utama. Ukuran yang cukup luas dengan ranjang mewah berukuran king size.
Meskipun dari luar rumah ini terkesan sederhana, namun Interior yang ada di dalamnya sepertinya bukan interior abal-abal yang di jual di toko-toko mabel pada umumnya. Jelas terlihat perbedaan dari fisik dan kualitasnya, sangat berkelas sekali.
Di lantai bawah terdapat sebuah ruang tamu dengan sofa-sofa dan pajangan yang menarik untuk di lihat, 1 kamar tamu, 3 kamar ART, dapur, kamar mandi dan ruang keluarga.
Rumahnya tertata begitu apik dan nyaman, sederhana namun terkesan elegan. Alea mengerjap-ngerjapkan matanya, rasanya ingin sekali dia home tour di rumah itu. Mengamati ada apa saja di setiap sudut rumah.
"Ada apa?" Mahesa bertanya keheranan.
"Tidak ada" Jawab Alea, "Kukira rumah seorang pengusaha bisa lebih besar daripada ini" Ucap Alea melanjutkan.
Mahesa tertawa geli melihat ekspresi Alea. "Rumah sebesar apa yang kau harapkan dari seorang pria sebatang kara sepertiku?"
Alea tercengang, tak berekspektasi Mahesa akan menjawab seperti itu. Jika dipikir-pikir ada benarnya juga, untuk apa rumah yang super besar jika kau hanya tinggal seorang diri. Pikirnya.
"Tenang saja, rumah ini cukup nyaman untuk ditinggali. Kau bisa berkeliling besok. Sekarang sudah malam mari kita istirahat" Ucap Mahesa sambil merengkuh pundak istrinya. Namun segera dilepaskan kembali setelah melihat ekspresi canggung istrinya. "Baiklah, mungkin butuh sedikit waktu agar kau bisa relax di sini"
Alea hanya diam, jantungnya berdetak tidak karuan.
"Ganti bajumu, apa kau ingin tidur memakai itu?" Ucap Mahesa sambil menunjuk gaun kebaya yang masih dikenakan Alea. "Aku mau mandi air dingin, disini panas sekali".
Alea hanya mengangguk, kemudian membuka koper yang tadi sudah di siapkan Bik Jum dari rumah dan memilih baju mana yang akan dia pakai.
"Disini hawanya dingin sekali, AC nya juga menyala, kenapa dia kepanasan" Alea bergumam sendiri.
Tak berselang lama, setelah berganti baju dan menghapus make up. Aleapun segera berbaring di ranjang yang empuk dan nyaman ingin rasanya segera terlelap, mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan setelah acara besar tadi siang.
Namun, seketika dia teringat, bahwa dia tidak akan tidur sendiri malam ini. Dia menelan ludah, ada ketakutan dan kekhawatiran yang menyeruak dalam hatinya membuat dadanya bergetar, antara gugup dan takut yang tak bisa di artikan.
Cklek!!
Terdengar pintu kamar mandi dalam dibuka, terlihat Mahesa keluar dengan tubuh hanya berbalut handuk putih menutupi bagian bawahnya saja, memamerkan dadanya yang bidang, sangat atletis, dibawah pusarnya terlihat bulu-bulu halus tumbuh di kulitnya yang putih bersih.
Alea seketika terbelalak, buru-buru dia menutupi mukanya dengan selimut. Dia merasa sangat gugup dan gemetar ketakutan. tak pernah ia bayangkan jika malam ini dia akan tidur dengan om-om seperti di film-film yang pernah dia lihat di layar televisi.
Bayangan-bayangan ketika dia menonton film dewasa, mulai menari-nari di benaknya. Ya, meskipun Alea terlihat seperti gadis yang lugu, namun tak dapat dipungkiri jika dia pernah beberapa kali menonton adegan-adegan dewasa bersama teman satu geng nya.
Meski matanya sudah ternoda, namun Alea belum pernah sama sekali melakukan hubungan terlarang itu, walaupun dengan kekasihnya sekalipun.
Mahesa yang memperhatikan hanya senyum-senyum saja. Dia memaklumi jika mungkin Alea masih malu dan belum terbiasa melihat pemandangan seperti itu.
Usai memakai baju tidurnya, Mahesa segera berbaring di samping Alea, dia melirik gadis yang tengah meringkuk membelakanginya itu. Kemudian beringsut berlahan mendekatinya.
"Secepatnya biasakan dirimu, aku tak mau menunggu terlalu lama sayang" Ucap mahesa lirih, nafasnya membentur leher Alea, geli sekali membuat bulu kudu Alea seketika merinding dibuatnya.
Perlahan mahesa mengecup leher belakang istrinya dengan lembut, kemudian beringsut menjauh. Dia takut jika diteruskan dia akan kebablasan. Mahesa tidak ingin terlalu memaksa istrinya yang masih remaja untuk melayaninya, meski ini adalah malam pertama mereka.
Mahesa lebih suka membiarkan Alea terbiasa, hingga Alea sendiri yang mau menyerahkan tubuhnya sendiri pada Mahesa.
Mereka tidur saling membelakangi, meski sebenarnya mereka tidak benar-benar tidur. Terlebih Alea yang merasa sangat ketakutan karena dipikirannya saat ini, disampingnya ada Om-Om mesum yang siap memperkosa Alea kapanpun itu.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/