~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Baratha berniat mengetuk pintu kamar hotel yang ia sewa untuk Gabriella. Tapi ketika tangannya menyentuh daun pintu, pintu itu malah langsung terbuka. Gabriella tidak mengunci pintu kamarnya.
Tak ada seorang pun di kamar, tapi ia mendengar suara air dari kamar mandi. Sesuai dugaannya tak lama kemudian wanita yang nyaris menjadi tunangannya itu keluar hanya dengan menggunakan handuk sebatas dada. Paha putih mulus itu seperti sengaja di ekspose untuk menggodanya.
"Aku menunggumu seharian ini!"
Bara menghela nafasnya ketika Gaby langsung duduk disampingnya tanpa terlebih dulu memakai bajunya.
Dia akui jika lekuk tubuh wanita disampingnya sangat sempurna, tapi tak membuatnya ingin menyentuhnya! Entah...mungkin karena sampai sekarang ia belum bisa melupakan rasa sakit ketika dicampakkan.
Gabriella adalah wanita karier yang sangat mandiri, dan itu adalah salah satu hal yang membuatnya jatuh cinta. Setiap gerak gerik wanita itu sangat menarik hatinya, berada di dekat Gaby membuatnya merasa lebih 'hidup'.
"Sudah aku katakan jika hari ini sangat sibuk, bayak hal yang harus aku tangani mengenai perusahaan milik keluarga ayahku. Bukankah kemarin aku sudah katakan jika dalam waktu dekat aku akan pulang?"
"l can't wait anymore, l miss you!"
"Ada hal penting yang ingin kau bahas denganku hingga kau meluangkan waktumu untuk datang ke negeri ini?"
"Pertanyaanmu terdengar terlalu sinis honey, sampai saat ini belum ada kata perpisahan di antara kita. Aku katakan sekali lagi...aku datang karena sangat merindukanmu," jawab Gaby mulai mengoleskan butter ke tangan dan kakinya. Tentu saja dengan gerakan yang ia buat se-erotis mungkin.
"Dua bulan lalu kau sudah membuat pilihan, dan aku menghormati pilihanmu. Jangan membuat ini menjadi sulit sayang! Aku menyayangimu...but our relationship is over."
"Kau terlalu memaksaku waktu itu, kau mendesak aku untuk melakukan hal yang belum aku inginkan. I need more time honey...just that. Dan sekarang aku berubah pikiran," ujar Gaby tersenyum menang ketika Bara hanya diam ketika ia naik ke pangkuan pria itu.
"Now I'm married, so don't do anything that can insult yourself. Sampai sekarang pun aku masih sangat menghormatimu, jadi jangan rendahkan dirimu dengan bersikap seperti ini," ujar Bara, perhatiannya teralih ketika sebuah nomor asing mengirimi beberapa gambar di ponselnya.
Pria itu memejamkan matanya, rasa kecewa terlihat di raut wajahnya.
"Bohong, kau bahkan masih memanggilku dengan sebutan 'sayang'. Kau tidak akan pernah bisa menikah dengan wanita lain," ujar Gaby tak kalah kecewa karena respon Bara akan kedatangannya di luar ekspektasinya.
Seharusnya pria itu lebih menghargai dirinya yang sudah terbang sejauh ini hanya untuk bisa menemuinya.
"Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, aku sudah sangat terbiasa dengan sebutan itu. Dan untuk pernikahan aku tidak akan menuntutmu untuk percaya. Satu nasehatmu untukmu, jangan sia siakan tenagamu hanya untuk mendapatkan aku kembali!"
Perlahan Bara memindahkan tubuh di atasnya, ada hal penting yang mengharuskan dia pulang sekarang juga.
"Baratha...come on, kita belum selesai bicara! Jika kau ingin aku bersimpuh minta maaf maka akan aku lakukan! But don't leave me alone!" seru Gaby meraih satu tangan Bara, tapi nyatanya pria itu menepisnya pelan.
"Sekali kau keluar dari pintu itu maka selamanya aku akan benar benar melupakanmu!"
Tapi nyatanya Baratha tetap terus melangkah keluar kamarnya....
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪