My Sugar Baby

Ketika memasuki kamar itu, Zidan sama sekali tidak melihat keberadaan Chika di atas tempat tidur. Kemungkinan besar wanita itu berada di dalam kamar mandi dan sedang membersihkan tubuhnya. Lagipula hari sudah semakin siang dan pastinya sang kekasih harus segera bersiap-siap untuk pergi kuliah.

Selagi menunggu Chika dan bergantian memakai kamar mandi, pria itu memilih untuk memesan sarapan dan juga pakaian ganti untuk dirinya sendiri. Tidak mungkin dia tetap mengenakan pakaian kemarin yang pastinya sangat bau keringat.

" Mungkin sop buntut cocok untuk sarapan pagi ini " ucap Zidan memilih-milih makanan yang tertera di layar ponselnya.

Memang sop atau makanan yang bekuah hangat sangat cocok untuk memulihkan tubuh yang lelah. Apalagi bagi Chika yang tubuhnya digempur habis-habisan oleh sang kekasih hingga hari hampir menjelang pagi.

Mengingat hal itu, membuat sebuah senyuman terlihat jelas di bibir Zidan. Sepertinya pria itu benar-benar puas telah berhasil membuat Chika terus mende-sah di bawah tubuhnya dan tidak berdaya.

" Suara de-sahan dan ekspresinya benar-benar sangat seksi " gumam Zidan yang sangat menyukainya.

Entah kekuatan apa yang dimiliki oleh Chika, sehingga dirinya sangat menyukai apapun yang ada pada diri wanita itu. Sebelumnya tak ada satu pun wanita yang bisa membuatnya seperti ini, bahkan mantan kekasihnya di masa-masa sekolah dan kuliah.

Ceklek.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka sedikit mengejutkan Zidan yang sempat melamun. Pria itu pun segera menoleh ke arah suara dan memang sang kekasih baru saja keluar dari sana dengan tubuh yang hanya dibalut handuk serta rambut yang basah.

Penampilan yang sebenarnya sangat menggoda imannya, tetapi Zidan berusaha untuk tetap bersikap biasa saja. Tentu saja dia juga harus menahan diri untuk tidak membawa wanita itu berolahraga di atas tempat tidur lagi. Bisa-bisa malah nanti Chika terlambat pergi ke kampus atau tidak pergi sama sekali.

" Om mau mandi sekarang? " tanya Chika sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

" Iya, sudah tidak nyaman soalnya " jawab Zidan menganggukkan kepalanya.

Sebenarnya itu hanya alasan, karena tujuan utamanya adalah ingin menidurkan sesuatu yang telah bangun di bawah sana. Ternyata miliknya itu cukup murahan dan langsung bereaksi hanya melihat penampilan Chika yang sangat seksi.

" Kalau begitu ini handuknya.. Aku juga sudah menyiapkan air hangat di bath tub " ucap Chika memberikan sebuah handuk bersih.

" Iya.. Terima kasih " jawab Zidan menerima handuk tersebut.

Zidan pun segera berlalu dari hadapan kekasihnya itu dan secepat mungkin masuk ke dalam kamar mandi. Dia hanya takut andai tidak akan bisa menahan dirinya untuk waktu yang lebih lama lagi.

.

.

.

Setelah selesai bersiap-siap dan menghabiskan sarapan masing-masing, tentunya Zidan harus mengantarkan Chika ke kampus. Tidak mungkin dia membiarkan sang kekasih pergi sendiri dengan menggunakan taksi online. Lagipula sekalian juga dia akan pergi untuk mengecek salah satu restoran miliknya.

Jarak antara apartemen dengan kampus tidak terlalu jauh, sehingga dalam waktu lima belas menit keduanya sudah sampai. Kali ini Zidan memaksa untuk mengantar Chika hingga di depan gerbang utama kampus dan tidak di halte bus seperti kemarin. Itu pun dengan syarat pria itu tidak boleh turun dari mobil sama sekali.

Bukan tanpa alasan Chika memberikan sebuah syarat seperti itu, tetapi karena tidak ingin mereka berdua menjadi pusat perhatian dari semua orang yang ada di kampus. Bisa dipastikan jika teman-temannya satu kampusnya akan heboh andai melihat dirinya diantarkan oleh seorang pria dewasa.

Apalagi dengan menggunakan mobil mewah yang harganya sangat fantastis. Mereka semua pasti bisa menebak hubungan diantara dirinya dan Zidan, ya walaupun dia melakukannya bukan karena uang.

Pasalnya, selama ini tidak ada yang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya selain sahabatnya. Teman-temannya di kampus hanya tahu dirinya adalah orang yang merantau di kota itu untuk melanjutkan pendidikan, bukan putri salah satu dari keluarga terkaya di kota Surabaya.

" Nanti pulang jam berapa? Biar aku jemput " tanya Zidan setelah menghentikan mobilnya.

" Sekitar jam dua sih, Om.. Tapi, aku pulang sendiri saja, soalnya sudah ada janji dengan Aurel hari ini " jawab Chika.

Tidak mungkin Chika membatalkan janjinya pada sang sahabat hanya untuk pulang bersama dengan Zidan. Pastinya Aurel akan merajuk dan tidak mau berbicara padanya lagi, karena janji itu sudah ditunda sejak kemarin.

" Kalau begitu, jangan lupa kabari aku ya.. Aku ingin tahu kemana perginya kamu dan apapun yang kamu lakukan " ucap Zidan mengusap salah satu pipi Chika.

Chika pun menganggukkan kepalanya. " Iya Om, tenang saja " jawab Chika tersenyum.

Tentu saja Chika tidak akan keberatan hanya diminta untuk selalu memberikan kabar oleh sang kekasih. Terlebih lagi juga, hanya Zidan yang selalu menanyakan kabar dan keberadaan serta selalu mengkhawatirkannya.

" Aku turun dulu ya, Om.. Sudah hampir terlambat soalnya " pamit Chika melihat jam di pergelangan tangannya.

Hanya tersisa waktu sekitar sepuluh menit lagi sebelum mata kuliah pertamanya di mulai hari ini. Dia harus bisa secepat mungkin sampai di kelas atau tidak bisa mengikuti mata kuliah itu, karena dosennya cukup galak dan sangat disiplin.

" Iya Baby.. " jawab Zidan.

" Semangat belajarnya dan jangan nakal ya.. " ucap Zidan tak lupa memberikan kecupan di kening kekasihnya itu.

" Siap, Om " jawab Chika tersenyum.

Kembali mendapatkan kalimat penyemangat untuk dirinya setelah sekian lama tentu saja membuat Chika menjadi sangat bersemangat untuk menjalani harinya. Sepertinya memang Zidan adalah pengobat rasa sepinya selama ini.

" Bye, Om.. Sampai ketemu nanti " ucap Chika sebelum benar-benar turun dari mobil itu.

" Bye, Baby.. " balas Zidan melambaikan tangannya pelan.

Kemudian, Chika pun segera turun dari mobil itu dan menutup pintunya kembali dengan benar. Wanita itu menunggu hingga mobil yang dikendarai oleh sang kekasih itu benar-benar pergi baru masuk ke area kampus.

Sesuai dugaannya, semua orang yang melihatnya turun dari mobil mewah itu langsung menatap ke arahnya dan menjadikan pusat perhatian. Tidak bisa Chika bayangkan andai tadi Zidan ikut turun juga, pasti mereka semua akan sangat heboh.

" Beruntung aku melarang Om Zidan untuk turun dan tidak bisa dilihat oleh mereka semua " batin Chika merasa sangat lega.

Tak ingin pusing memikirkannya, Chika memilih tidak memperdulikannya dan segera beranjak pergi dari sana. Lebih baik dia pergi menuju ke kelasnya saja agar tidak terlambat daripada meladeni mereka semua yang pasti akan bertanya-tanya ataupun meledeknya.

***

Halo, Guys.. Baru bisa update sedikit sore nih, tapi diusahakan untuk update satu bab lagi. Jadi, ditunggu ya😉

***

Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘

Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘