Sekuel Sincere Love My Husband.
"Jika mubtada saja membutuhkan khobar untuk membuat sebuah kalimat, maka Azura juga membutuhkan A Mahen untuk dijadikan imam dunia akhirat," ucap Azura dengan senyuman manis di bibirnya.
"Belajar dulu yang bener! Baru bisa menikah," cetus Mahen dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Patah hati mampu membuat seorang laki-laki berparas tampan rupawan itu kehilangan jati dirinya. Mahendra Dirgantara dihadapkan dengan kenyataan, jika dirinya dikhianati dan dibuat patah hati oleh seorang wanita yang dicintainya.
Perginya Rima di dalam hidupnya, seakan membuat Mahendra hancur, sampai nekad mengakhiri hidupnya. Namun berhasil dicegah, tetapi laki-laki itu malah menjadi berubah drastis. Cuek, dingin, menyeramkan. Itulah dirinya sekarang.
Sampai suatu hari, Mahendra dipertemukan dengan seorang wanita cantik di masa kecilnya yang berusaha keras, meluluhkan hati yang sudah terkunci itu.
Akankah Mahen luluh oleh Azura? Atau memilih Rima kembali? Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 2 : Lari Dari Pernikahan
..."Memulai lembar baru dengan hati yang telah hancur itu tidaklah mudah. Seberapa kuat untuk melupakannya pun, tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Sampai ada orang yang bisa menggantikan hati yang rapuh, dengan menerima kenyataan."...
...~~~...
Seminggu Kemudian
Setalah memikirkan perkataan dari Umma Arumi. Kini Mahendra kembali untuk melanjutkan hidupnya. Membuka lembar baru, setalah kepergian Rima yang menorehkan luka.
Sekarang Mahendra berada di dalam rumah kedua orangtuanya di Jakarta. Kejadian seminggu yang lalu, masih menorehkan luka amat dalam bagi Mahendra.
Krrettt!
Sampai suara pintu terbuka dan munculnya seorang wanita di balik pintu kamar itu, mampu membuat laki-laki berparas tampan itu, menatap kepada Umma Arumi yang amat menyayanginya.
"Mahen, ayo kita berangkat ke Pesantren Darussalam. Kakek mu, sudah menunggu kedatangan cucunya yang ingin mondok di sana," ucap Arumi yang berhasil membujuk Mahendra untuk bisa mondok di pesantren abinya yang berada di Bandung.
"Iya, Umma. Mahen sudah siap, ayo kita berangkat sekarang," sahut Mahendra yang tidak banyak berkata, tapi langsung membuat keputusan.
Arumi tersenyum, lalu menatap wajah putranya itu lekat. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja, begitu kamu mengerti makna dari sebuah cinta. Lupakan wanita yang telah menyakitimu itu dan belajar memperbaiki diri, dengan memperdalami ilmu agama. Insya allah, ini yang terbaik untuk kamu. Cobalah membuka lembar baru, karena tidak ada gunanya meratapi masa lalu yang tidak akan pernah bisa untuk kamu miliki kembali. Umma hanya ingin kamu bahagia," katanya dengan memberikan nasehat kepada Mahen.
"Iya, Umma. Mahen akan coba memulai semuanya dari awal. Maafkan Mahen yang sudah membuat Umma cemas selama ini, karena Mahen masih belum bisa melupakan Rima," seru Mahendra dengan seulas senyum manis.
"Tidak Papa, ayo kita berangkat sekarang. Baba sudah menunggu kita di luar," ujar Umma Arumi dengan membawa sang putra keluar dari kamarnya.
Setelah itu, Baba Alaska pun telah menunggu di mobil. Dan segera membantu sang istri juga anak-anaknya masuk ke dalam mobil.
"Gimana, sudah siap?" tanya Baba Alaska yang sudah berada di kursi kemudi dan di sampingnya ada Arumi---sang istri tercinta.
"Siap dong, Baba." Humaira---putri kedua dari Arumi dan Alaska menjawab, karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kakek neneknya yang di Bandung itu.
"Oke, les goo!" Baba Alaska pun melanjukan mobil mewahnya dengan hati-hati dan kecepatan sedang, sehingga membuat keluarga kecil itu merasa nyaman.
Mahendra kini hanya diam saja, melihat ke arah luar kaca mobil yang hanya menampakan pemandangan jalanan kota.
Setelah kejadian itu, Rima membuatnya parah hati, dan semakin membuat Mahendra terpuruk. Dan itu mampu menjadikan Mahendra, laki-laki yang dingin, datar, dan cuek. Setelah putus cinta, Mahendra lebih sering menyendiri, dan jarang berbicara hanya seperlunya saja.
Naasnya, pada hari ini pun Rima dan Reza akan melangsungkan pernikahan, sedangkan Mahen memilih untuk mondok di Pesantren Darusallam, milik kakeknya yang berada di Bandung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tiga Tahun Kemudian.
Di sebuah rumah besar, seorang wanita cantik tengah berada di dalam kamarnya yang sudah dirias mewah oleh pendekor pernikahan.
Seorang wanita cantik, tengah didandani oleh seorang MUA terbaik di kota itu. Namun, perasaan calon mempelai wanita yang seharusnya bahagia, ini malah sebaliknya.
Dan disepanjang didandani oleh MUA, wanita cantik yang berumur 24 tahun itu merengek, kerena tidak ingin menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh abinya itu.
"Ih, aku gak mau nikah sekarang! Aku masih mau bebas! Jangan didandani begini," rengek Azura yang terus menghentikan pekerjaan MUA itu.
Azura Nahla Maulida merupakan putri dari pasangan suami istri, Safa dan Ibrahim. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan pria pilihan Abi Ibrahim. Dan hari ini, Azura terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya itu, karena tidak kunjung menikah di umurnya yang sudah terbilang cukup untuk menikah. Namun hal itu, malah membuatnya nekad untuk melakukan apa saja, agar bisa menghindari penikahan itu.
"Maaf, Non Azura. Non harus segara didandani, soalnya akad pernikahan akan segara dilangsungkan dalam sepuluh menit lagi," ujar MUA wanita itu yang sudah kewalahan mengatasi calon pengantin itu.
"Enggak, pokoknya Azura enggak mau menikah sama Jibril titik! Azura mau kabur aja," ucap Azura, wanita cantik itu berontak.
"Eh jangan, Non Azura! Nanti Tuan Ibrahim sama Nyonya Safa marah," ujar pengawal wanita yang menjaga Azura di dalam kamarnya itu.
Tanpa menjawab apa-apa, Azura pun melakukan tindakan yang tak terduga sama sekali. Wanita cantik itu, memilih untuk berlari ke arah jendela kamarnya yang untungnya, kamarnya Azura berada di lantai bawah, sehingga memudahkannya untuk kabur.
"Non Azura, jangan kabur! Makeupnya belum selesai," teriak MUA itu dengan segera mencekal tangan Azura, tapi gadis itu bisa lolos.
"Azura kabur, tolong tangkap dia!" pinta MUA itu kepada pengawal wanita yang juga ikut terkejut dan segera berlari mengejar Azura.
Tidak lama dari itu, Ummi Safa membuka pintu kamar Azura untuk memeriksa sang putri yang perkiraannya telah selesai bersiap, karena harus segara dibawa ke pelaminan.
"Azura, sayang. Sudah selesai belum dandannya?" tanya Ummi Safa sembari tersenyum, pada saat membuka pintu kamar putrinya itu.
Namun tiba-tiba saja, keningnya berkerut karena merasa heran dengan apa yang dilihatnya.
"Loh, ada apa ini? Kenapa semuanya berantakan? Dan di mana Azura?" tanya Ummi Safa yang mencari keberadan sang putri.
MUA itu menundukan kepalanya, seakan takut dimarahin oleh Safa, karena Safa terkesan sering memarahi Azura, sebab anak itu sangat bandel. Dan MUA itu adalah teman dekatnya Safa, sehingga ia tahu bagaimana Safa.
"Kenapa ini, Nina? Putri saya ke mana? Aku sedang bertanya kepadamu?" tanya Ummi Safa kembali, karena tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya yang sebenarnya itu.
"Maa--f, Safa. Putrimu kabur lewat jendela kamar itu," jawab Nina---seorang MUA ternama di kota itu, seakan tidak berdaya di hadapan Ummi Safa.
"Apa? Yang benar saja? Tidak mungkin Azura kabur!" seru Ummi Safa yang mulai kalang kabut dengan tingkah dari putrinya itu.
"Itu benar, Nyonya. Azura telah kabur lewat jendela itu," ucap pembantu yang sempat melewati kamar Azura dan mendengar obrolan di dalam kamar itu.
Sontak saja, Ummi Safa dan juga Nina menatap kepada pembantu itu. Dengan begitu, Safa mulai percaya akan ucapan pembantunya itu yang memperkuat jawaban dari Nina.
"Astaghfirullah! Azuraaaa!" teriak Ummi Safa yang reflek berteriak, karena tidak kuasa menahan kelakuan dari Azura.
Sampai-sampai, teriakan itu terdengar oleh para tamu dan juga suaminya---Ibrahim di luar. Sontak saja, Abi Ibrahim menghampiri sang istri yang berada di dalam kamar putrinya.
.
.
.
Hayo penasaran kan? Berikan like sana komentar kalian per babnya dulu ya! Jangan sampai kosong, oke!
lanjut....