Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#26. Mengantar Annisa.
Namun apa yang di sangkakan oleh Alberto nyatanya salah besar.
Mungkin jika pria itu melihat sang putra saat ini maka kedua manik matanya akan loncat keluar dari cangkangnya.
Annisa yang mau tak mau harus kembali mengajar lagi setelah tiga hari ijin itu, pagi ini nampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ia pergi meninggalkan rumah dan juga suaminya.
"Udah, kamu berangkat aja. Urusan rumah biar aku yang handle. Buat makan juga aku masih pegang uang kok. Kamu kerja aja yang tenang dan jangan terlalu capek," ucap Choki yang tengah menahan tangan Annisa yang hendak mencuci piring bekas mereka sarapan barusan.
Choki berubah begitu cepat.
Pemuda itu perlahan mulai mengerti akan perannya.
"Maaf, Annisa ngerepotin kamu."
"Gak, gak. Kamu jangan mikir kayak gitu kan aku udah bilang. Apalagi aku denger kata ustadz apa gitu. Kalo rumah tangga itu isinya kerja sama, dan harus di bangun secara kompak berdua," jelas Choki tegas.
"Tapi--"
"Percaya dong sama aku. Emang sih sebelumnya aku tuh hanya anak berandal yang bisanya manfaatin kekayaan orang tua. Aku, nggak pernah menghargai uang, waktu dan juga masa muda. Bahkan seharusnya kuliah aku tuh udah selesai. Tapi, aku yang aja yang jahil sehingga tidak memanfaatkan kelebihan yang aku miliki itu dengan seharusnya. Aku lagi proses belajar An. Beri aku kesempatan ya?" tutur Choki dengan tatapan penuh permohonan.
Bahkan, tangannya tanpa sadar tengah menggenggam jemari Annisa.
Annisa tersenyum dan membalas genggaman Choki pada jarinya.
"Annisa percaya. Selagi kita ada kemauan untuk berubah menjadi lebih baik, insyaallah ... niat yang di landasi karena lillah itu akan dilancarkan oleh Allah. Karena ... Allah yang akan langsung membimbing kamu," ucap Annisa dengan senyum menawan yang membuat siapapun meleleh.
Apalagi jika orang itu adalah laki-laki.
Karenanya, Choki pada saat ini hatinya bagaikan es krim yang berdiri dibawah terik matahari.
Nyesss ...
"Masyaallah. Aku bersyukur banget, cuma aku yang bisa liat senyum kamu ini," puji Choki, dengan tak lupa mendahulukan memuja penciptanya.
Tangannya terulur untuk menyentuh dagu lancip Annisa.
Hal itu membuat Annisa lantas menunduk karena malu.
"Kenapa kamu terus menjaga pandanganmu dariku. Bukankah aku ini sudah halal untukmu?" tanya Choki yang heran kenapa Annisa sering kali menunduk di hadapannya.
"B–bukan begitu, hanya saja ... Annisa malu," jawab gadis itu pelan.
Choki tersenyum simpul, mendengar alasan gadis muslimah yang tak lain adalah istrinya.
Ya, istri.
Terkadang Choki masih merasa bahwa ini semua adalah mimpi.
Mimpi, yang tak pernah ia impikan sekalipun.
Karenanya bahkan kehidupan dari seorang Choki telah berubah sepenuhnya.
Pembawaannya, yang barbar menjadi lebih sopan Bahasanya, kini juga lebih tertata rapi dan lebih sering menggunakan kata "Aku" sebagai ganti dirinya.
Lebih sering tersenyum ketimbang memasang wajah dingin dan sinis.
Sudah mulai terbiasa mengucapkan kalimat toyyibah dan mendirikan solat lima waktu.
Meskipun, masih berat bangun tahajjud dan subuh.
Sama sih, kayak author juga.
Huhuu ...
Choki yakin, perlahan tapi pasti Annisa akan terbiasa dengan kehadirannya.
Karena itu ia tak mau memaksakan kehendaknya agar Annisa dapat menerima ini sepertinya.
Sebab, Annisa memang telah membiasakan dirinya terasing dari lawan jenis. Berbeda dengan kehidupan Choki sebelumnya yang memang terbiasa bercampur dengan para wanita.
Meskipun, Choki masih bisa menjaga batasan dirinya.
Dulu, dia sering di cemooh kawannya bahkan lawannya. Karena, hanya Choki yang masih menjaga dirinya dari hubungan free seksual.
Semua lantaran Choki tidak pernah suka jika di dekati wanita yang memang mudah dekat dengan pria mana saja.
Bagaimanapun Choki mencontoh kedua orang tuanya yang begitu bucin dan setia. Bahkan sang mama sampai rela meninggalkannya dengan baby sitter demi ikut sang papa kerja kemanapun.
Choki yang memiliki postur dan wajah tampan sempurna, tak mudah didekati wanita sembarangan.
Satu hal yang pada akhirnya di jadikan kelemahan, karena sebuah rumor yang sempat mengira bahwa dirinya menyimpang bahkan cacat secara vital.
Saat ini, hal itu justru menjadikannya bangga terhadap pertahanannya kala itu.
Setidaknya, ia tak malu ketika Allah menyandingkannya dengan sang bidadari dunia yang begitu Istiqomah menjaga dirinya.
"Sudah jam segini. Berangkat sana," ucap Choki.
Annisa pun mengangguk dan berlalu masuk kamar. Tak lama keluar lagi, dengan tas selempang di bahu kanan serta tas laptop di genggaman tangan kiri.
"Aku antar ya," tawar Choki.
Annisa langsung tersenyum semringah di balik niqob-nya dan mengangguk antusias.
"Gapapa kan aku anter kamu jalan kaki. Nanti, kalo ada rejeki aku bakal beli motor lagi," ucap Choki.
"Aamiin, semoga Allah mengabulkan apapun yang menjadi niat Abang Zakaria," sahut Annisa.
Mereka jalan bergandengan tangan sambil sesekali saling melempar pandangan.
Sekilas, melihat mereka begitu seperti pasangan muda-mudi yang tengah jatuh cinta.
Mungkin, inilah awal yang bagus bagi keduanya.
Mmbangun perasaan masing-masing dan membiarkan Allah mempersiapkan waktu hingga keduanya saling menerima satu sama lain.
Annisa tiba ke sekolah lebih lambat dari biasanya karena ia berjalan santai sambil berbincang dan berkelakar. Akan tetapi, hal itu menjadikan hatinya seketika penuh bunga-bunga yang dihinggapi ratusan kupu-kupu.
"Alhamdulillah. Annisa sudah sampe. Itu, sekolahnya!" tunjuk Annisa ke arah sebelah kanan Choki.
"Oke, nanti kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput," tanya Choki, yang mengabaikan peluh di pelipisnya.
Perjalanan yang lumayan ditempuh berjalan kaki. Bagi Annisa sih biasa. Akan tetap, bagi Choki yang kebiasaan kemana-mana naik motor. Jalan segitu aja bikin bengek.
Apalagi author, Chok. Biasa rebahan gak kuat jalan jauh. 😁
Annisa yang merasa tak mau menyusahkan suaminya pun menggeleng.
"Gak usah, nanti kamu capek. Annisa pulang sendiri aja. Lagian nanti mau mampir ke pasar beli bahan-bahan buat bikin basreng," jelasnya menolak tawaran Choki secara halus.
"Pokoknya nanti aku jemput. Sekarang kan kamu sudah punya suami. Aku memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan kamu. Jadi, aku gakkan biarin kamu pergi dan pulang sendirian lagi seperti dulu," tegas Choki yang seakan tak bisa dibantah lagi.
Annisa gak kaget dengan cara Choki yang sedikit pemaksa dan possesif ini. Akan tetapi gadis itu selalu bisa memakluminya.
Choki masih dalam tahap belajar dan penyesuaian diri, begitu pikir Annisa.
"Syukron Abang. Annisa senang dan bahagia, karena sekarang ada yang menghawatirkan keselamatan Annisa," ucapnya dengan mata berbinar penuh syukur.
Hidup sebatang kara nyatanya membuat Annisa terbiasa mandiri dan tak di pedulikan.
Meskipun pak RT masih kelurga dari sang ayah, namun keadaan pria itu cukup pas-pasan sehingga Annisa tak pernah ingin menyusahkannya.
"Afwan, eh. Bener kan jawabnya gitu ya?" cengir Choki.
Annisa mengangguk.
Hingga terdengar bunyi bel dari sekolahnya tempat mengajar Annisa masih berada di luar area sekolah. Mungkin, hari ini adalah kali pertama Annisa terlambat.
"Yah, kamu terlambat," sesal Choki yang merasa bersalah karena terus mengajak Annisa bicara. Padahal sebenarnya sang hati merasa tak rela melepaskan Annisa berbaur dalam lingkungan yang ia duga pasti banyak cowoknya.
"Annisa pamit dulu ya, assalamualaikum!" ucapnya seraya meraih tangan Choki untuk kemudian di ciumnya takzim.
"Assalamualaikum Bu Annisa!"
"Wa'alaikum salam, Bu Diah."
"Suaminya ya, Bu? Kapan nikahnya?"
"Itu--"
...Bersambung ...
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan