Mencari Ibu

Finn seolah tidak merasakan sakit lagi di sekujur tubuhnya. Balasan ciuman dari Yona seperti morfin yang berhasil menghilangkan rasa sakit. Yona mengalungkan kedua tangannya pada leher Finn hingga ciuman itu semakin dalam. Tanpa melepaskan pagutannya, tubuh keduanya ambruk di atas tempat tidur dengan masih melakukan aksi saling membelitkan lidah.

Rasa kecewa yang sempat Yona rasakan akibat penolakan ibunya, sedikit terkikis dengan melakukan hal gila dengan Finn. Sama halnya dengan Finn, Yona semakin lama dibuat candu oleh ciuman pria itu.

Dengan nafas saling memburu, tangan Finn bergerak aktif melepas kaos yang dikenakan oleh Yona. Yona pun menurut saja, karena setiap sentuhan yang diberikan oleh pria itu selalu berhasil membuatnya melayang. Kini tubuh bagian atas Yona hanya tertutupi oleh benda penyangga buahnya saja. ciuman Finn pun turun ke leher, kemudian ke da*da Yona. Yona pun refleks meremat rambut tebal Finn saat kepala pria itu ada di bagian da*danya.

Krukkk…

Suara dari perut Yona tiba-tiba saja menghentikan akfi Finn. Pria itu mendongak, menatap Yona di mana kini wajahnya sudah memerah karena malu.

“Sebaiknya kita memang harus makan dulu!” ujar Finn sambil terkekeh.

Yona beringsut lepas dari pelukan Finn. Mengambil kaosnya yang tadi dilempar Finn sembarangan. Setelah itu masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Finn sendiri memilih tetap bertelan*jang dada. Hanya cuci tangan saja setelah itu makan. Mereka berdua menikmati makan malam dengan obrolan tentang Yona saat bertemu dengan seorang pria yang diyakini adalah Jendra.

“Kalau ibu tidak menginginkan kehadiranku, untuk apa aku dilahirkan ke dunia? Atau memang aku adalah anak yang lahir karena kesalahan?” ucap Yona setelah menceritakan tentang penolakan ibunya untuk bertemu dengan dirinya.

“Jangan asal menyimpulkan sesuatu, Yona. Mungkin saja semua itu ada alasannya. Ibu kamu mungkin belum siap bertemu denganmu. Atau pria itu yang hanya mengarang cerita agar kamu tidak bisa bertemu dengan ibumu. Alangkah baiknya memang kamu harus bertanya langsung pada ayah kamu,” ujar Finn memberi nasehat juga saran.

Yona mengangguk samar. Setidaknya ada kelegaan di hatinya setelah menceritakan semuanya pada Finn. Meskipun pencarian ibunya membuahkan hasil yang mengecewakan, Yona tidak menyesal. Entah kapan ibunya akan menemuinya.

Usai makan, Yona dan Finn mencuci tangannya. troli berisi piring bekas makanannya dibiarkan di dalam kamarnya. Mungkin nanti pelayan yang akan mengambilnya.

Finn tidak kembali ke kamarnya. Pria itu ingin menemani Yona dan menghiburnya. Yona jelas masih sedih dan kecewa atas kejadian tadi. dengan adanya ia di sisi gadis itu, Finn berharap Yona tidak sedih lagi.

Finn duduk bersandar di headboard ranjang. Sedangkan Yona bersandara di dada bidang Finn. Meskipun waktu sudah hampir larut, nyatanya mereka sama sekali belum ingin tidur. Mereka masih asyik bercengkrama. Sepertinya mereka berdua akan melanjutkan kegiatannya yang sempat terputus tadi. karena saat ini Finn sudah mulai menciumi pipi Yona. Namun saat bibir Finn akan menggapai bibir Yona, tiba-tiba saja pintu kamar itu ada yang membukanya dari luar dan dihentak cukup kasar.

“Ternyata liburan seperti ini yang kamu lakukan?” suara Jarvis menggelegar di dalam kamar itu..

Yona terperanjat kaget. Dan langsung melompat turun dari tempat tidur. Wajahnya berubah ketakutan saat melihat ayahnya tiba-tiba ada di USA. Terlebih bisa masuk ke kamar hotel tempatnya menginap.

“Ayah!! Aku.. bisa,-“

“Diam!” sahut Jarvis dengan tatapan masih menyala seperti binatang yang hendak memangsa korbannya.

Jarvis melangkah mendekati Finn. Amarahnya semakin menjadi melihat Finn hanya memakai celana saja tanpa baju. Entah apa yang sedang dilakukan pria itu bersama putrinya.

Bugh

Tanpa aba-aba, Jarvis melayangkan satu pukulan telak tepat mengenai rahang Finn. Membuat Finn jatuh tersungkur. Namun pria itu tidak membalasnya, meskipun bangun dengan tertatih.

Bugh

Jarvis menambahkan lagi pukulan ke rahang Finn yang sama. Rasa ngilu pun langsung Finn rasakan. Terlebih sebelumnya ia tadi sudah mendapatkan serangan dari anak buah Jendra.

“Ayah, cukup! Hentikan!” pekik Yona ketakutan.

Mata Jarvis tertuju putrinya yang sangat ketakutan dan menangis. Ada rasa kecewa dan sedih bercampur jadi satu saat mengetahui Yona ternyata membohonginya. Tadinya Jarvis tidak sengaja bertemu dengan Ellen, teman baik putrinya. Dari situlah Jarvis mulai mencurigai sesuatu yang tidak beres. Kemudian pria itu menginterogasi sopir pribadi yang mengantar Yona ke bandara. Dan terpaksa pria itu mengatakan kalau Yona tidak pergi dengan teman perempuannya.

“Kemasi barangmu sekarang juga!” ucap Jarvis dengan tatapan tajam.

Setelah itu Jarvis menarik Finn keluar dari kamar Yona. Masih dengan amarah yang menggelegak, pria itu melarang bertemu dengan Yona lagi. tidak ada yang Finn lakukan kecuali hanya diam. mungkin dia sadar kalau perbuatan yang ia lakukan dan Yona juga salah. Terlepas dari usahanya yang sudah membantu Yona mencari ibunya.

Setelah beberapa saat, Jarvis dan Yona keluar dari kamar hotel. malam ini juga Jarvis membawa Yona pulang. tiket penerbangan sudah ia siapkan sebelumnya. Sedangkan Finn masih berada di dalam kamarnya. Merasakan sakit pada rahangnya akibat pukulan ayah Yona tadi.

“Untuk sementara ini, lebih baik aku memang tidak menemui atau menghubungi Yona dulu,” gumam Finn sambil merasakan nyeri hebat pada rahangnya.

***

Yona dan ayahnya kini sudah dalam pesawat yang akan membawa mereka pulang ke Indonesia. Sudah satu jam mereka berada di udara. Namun sejak tadi tidak ada obrolan sama sekali diantara keduanya. Mungkin suasana yang masih panas dan tempat yang tidak kondusif membuat Jarvis memendam amarahnya pada putrinya.

Yona yang kebetulan duduk di tepi jendela, dia hanya bisa diam dan meratapi kesedihannya. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. lalu bagaimana keadaan Finn setelah tadi mendapatkan dua kali pukulan dari ayahnya. Yona tidak bisa menghubungi kekasihnya karena setelah kejadian tadi, ponselnya diambil Jarvis.

Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, akhirnya kini membawa Yona kembali ke tanah air. Liburan yang hanya sebuah kedok ternyata diketahui oleh ayahnya.

Setelah sampai rumah, Jarvis tidak bisa lagi membendung amarahnya. Tidak peduli dengan kondisi tubuh yang sangat lelah karena perjalanan jauh.

“Sejak kapan anak yang selalu Ayah banggakan ini menjadi seorang pembohong handal?” tanya Jarvis pada Yona yang kini sedang tertunduk ketakutan.

“Sejak kapan? Jawab Yona!!!” suara Jarvis menggelegar di seisi rumah.

Mulut Yona semakin terkatup rapat. Ini adalah pertama kalinya ia melihat kemarahan ayahnya yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang bijaksana dan sangat penyayang.

“Kamu punya mulut, Yona? Apa yang kurang dari Ayah selama ini untuk kamu, sampai-sampai kamu tega menyakiti ayah kamu sendiri dengan cara seperti ini. apa yang sudah kamu lakukan dengan baji*ngan itu selama beberapa hari di USA, Yona??”

Jarvis terduduk lemas. Amarahnya sudah ia luapkan, namun tetap saja hatinya masih sangat sakit. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah, orang tua tunggal untuk Yona.

“Kalau kamu sudah bosan dengan perhatian atau tertekan dengan ayah kamu ini, kamu bisa pergi sesuka hati kamu, Yona!” kali ini Jarvis berkata dengan lirih. Raut mukanya tampak keruh.

Yona memberanikan diri mengangkat kepalanya. Melihat kesedihan di wajah ayahnya, ia beringsut mendekat dan duduk bersimpuh di bawa kaki sang Ayah.

“Maafkan aku, Ayah! Aku terpaksa melakukan ini karena aku sedang mencari ibu. dan Kak Finn yang membantuku,” ucap Yona lirih.

Amarah Jarvis kembali datang setelah mendengar pengakuan Yona. Tidak menyangka kalau putrinya selama ini berusaha untuk mencari ibunya.

“Lalu bagaimana? Di mana ibu kamu? Kamu berhasil menemukannya, hah? Kalian berdua sudah bertemu? Lalu setelah itu kamu akan pergi meninggalkan ayah kamu ini?” ucap Jarvis dengan amarah yang kembali menggelegak.

Yona menggelengkan kepalanya. Air matanya terburai seiring dengan Jarvis yang kini berdiri dan menghempas tubuh Yona dengan kasar. Meninggalkan gadis itu menangis seorang diri di ruang tengah. Padahal yang hatinya paling hancur adalah Jarvis.

.

.

.

*Happy Reading!!