Debi menuruni jalan setapak yang menuju rumahnya dengan langkah cepat. Matahari mulai tenggelam, memberi warna keemasan di langit dan menyinari tubuhnya yang lelah setelah perjalanan panjang dari Sarolangun. Hawa desa yang sejuk dan tenang membuatnya merasa sedikit lebih ringan, meskipun hatinya terasa berat. Liburan semester ini adalah kesempatan pertama baginya untuk pulang, dan meskipun ia merindukan rumah, ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan setiap kali memikirkan Ovil.
Debi sudah cukup lama tinggal di Sarolangun, bersekolah di sana sejak awal tahun ajaran baru. Sekolah di kota jauh berbeda dengan kehidupan di desa yang sudah dikenalnya. Di desa, segalanya terasa lebih sederhana. Namun, setelah dua tahun menjalani kehidupan kota, ia merasa bahwa dirinya sudah mulai terbiasa dengan keramaian dan rutinitas yang cepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Debi Andriansah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bukti yang mengubah segalanya
Malam itu, Redi dan Ras memutuskan untuk menemui Debi. Mereka membawa bukti berupa tangkapan layar percakapan anonim yang menunjukkan bahwa Kapit adalah dalang di balik semua drama ini.
---
Pertemuan yang Mendebarkan
Debi sedang duduk di ruang tamu rumahnya ketika Redi dan Ras tiba. Raut wajah mereka terlihat serius, membuat Debi langsung menanyakan apa yang terjadi.
“Deb, kita nggak bisa diam lagi. Ini soal kamu dan Ovil,” kata Redi tanpa basa-basi.
Ras mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan bukti-bukti yang mereka kumpulkan. Tangkapan layar itu jelas memperlihatkan Kapit mengirim foto-foto dan pesan-pesan yang telah merusak hubungan Debi dan Ovil.
Debi membaca pesan-pesan itu dengan hati yang bergejolak. “Jadi, Kapit selama ini… dia yang melakukan semua ini?”
Redi mengangguk. “Iya, Deb. Dia ingin menghancurkan hubungan kamu sama Ovil. Dia nggak terima kamu lebih memilih Ovil daripada dia.”
Debi mengepalkan tangan. Ia tidak percaya bahwa Kapit, yang selama ini dianggap teman, bisa sekejam itu.
“Aku harus kasih tahu Ovil,” ujar Debi dengan nada tegas.
---
Ovil yang Masih Diliputi Keraguan
Sementara itu, Ovil sedang duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Foto terakhir yang ia terima dari grup anonim itu terus menghantui pikirannya.
Namun, di tengah kebimbangannya, sebuah pesan masuk dari Debi:
“Vil, aku perlu bicara. Ini soal kita dan Kapit. Tolong beri aku kesempatan.”
Ovil ragu sejenak, tetapi akhirnya ia membalas. “Oke. Ketemu di taman kota, sekarang.”
---
Konfrontasi di Taman Kota
Debi tiba lebih dulu di taman kota, ditemani oleh Redi dan Ras. Tak lama kemudian, Ovil datang dengan langkah berat. Wajahnya menunjukkan kelelahan dan kekecewaan yang mendalam.
“Apa yang mau kamu jelaskan, Deb?” tanya Ovil tanpa basa-basi.
Debi menatapnya dengan tatapan penuh harap. “Vil, aku tahu kamu ragu sama aku, tapi ini semua ulah Kapit. Aku punya bukti.”
Redi maju dan menyerahkan ponselnya kepada Ovil. Ovil membaca percakapan itu dengan saksama. Wajahnya perlahan berubah, dari keraguan menjadi kemarahan.
“Jadi Kapit yang selama ini…? Kenapa dia melakukan ini?” tanya Ovil dengan suara gemetar.
“Karena dia nggak suka lihat aku sama kamu. Dia selalu berusaha memisahkan kita,” jawab Debi.
Ovil mengepalkan tangannya. Ia merasa marah pada dirinya sendiri karena sempat meragukan Debi.
---
Konfrontasi dengan Kapit
Tak ingin membiarkan ini berlarut-larut, Ovil, Debi, Redi, dan Ras memutuskan untuk menemui Kapit. Mereka menemukan Kapit sedang nongkrong di warung kopi, terlihat santai seperti tidak ada masalah.
“Kapit!” seru Ovil dengan nada tinggi, membuat semua orang di warung kopi menoleh.
Kapit tampak terkejut, tetapi ia berusaha tetap tenang. “Eh, ada apa, Vil? Tumben ramai-ramai.”
“Kita tahu semuanya,” kata Redi dengan tajam. “Semua pesan, foto, dan fitnah yang kamu sebarkan. Kamu pikir kita nggak akan tahu?”
Wajah Kapit berubah pucat. Namun, ia berusaha membela diri. “Apa buktinya? Jangan asal nuduh!”
Ras maju dan menunjukkan tangkapan layar dari ponselnya. “Ini bukti percakapan kamu. Dan ini nggak bisa kamu bantah.”
Kapit terdiam. Ia tahu dirinya sudah kalah. Namun, ia masih mencoba membela diri. “Aku cuma… aku cuma pengen Debi sadar kalau Ovil nggak pantas buat dia.”
“Dan kamu pikir fitnah dan manipulasi itu cara yang benar?” bentak Ovil. “Kamu nggak punya hak buat campur tangan dalam hubungan kami!”
Kapit akhirnya menundukkan kepala. “Aku cuma… aku nggak mau kehilangan teman. Aku nggak mau Debi lupa sama aku.”
“Kamu nggak kehilangan teman, Kapit. Tapi kamu kehilangan kepercayaan kami,” kata Debi dengan nada dingin.
---
Sebuah Awal Baru
Setelah konfrontasi itu, Kapit meminta maaf kepada semua orang, tetapi hubungannya dengan mereka tidak akan pernah sama lagi.
Debi dan Ovil, di sisi lain, mulai membangun kembali hubungan mereka. Ovil berusaha lebih percaya pada Debi, sementara Debi memastikan bahwa tidak ada lagi rahasia di antara mereka.
Redi dan Ras, yang selalu mendukung mereka, juga merasa lega karena kebenaran akhirnya terungkap. Hubungan mereka sebagai pasangan pun semakin erat, menjadi inspirasi bagi Debi dan Ovil untuk tetap kuat dalam menghadapi cobaan.
Namun, apakah ini benar-benar akhir dari masalah mereka? Atau ada rintangan lain yang menanti di depan?
Bab selanjutnya: Kehadiran Orang Baru