Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Zero tetap mengejar Alana untuk mendapatkan penjelasan atas menghilangnya disaat acara pernikahan hanya tinggal menghitung hari saja. Alana tidak tahu kalau ternyata bisa bertemu dengan Zero, padahal pertemuan seperti ini adalah hal yang paling Alana hindari. Sikap Zero yang Toxic dan semuanya telah membuat Alana tersiksa, anehnya keluarga Alana sendiri seakan sudah sangat percaya dengan sikap Zero.
"Alana, Kau benar-benar masih sama seperti bocah. Selalu menghindari masalah, sama seperti yang kau lakukan pada Silas!" Ucap Zero disaat mereka sudah berada di tempat yang jauh dari keramaian.
Tatapan mata Alana tertuju pada Kiara yang masih bingung dengan semuanya. Alana berjongkok hingga sejajar dengan Kiara yang tengah berdiri menatapnya bingung. Tapi, terlihat sekali dimata Kiara jika sangat khawatir dengan Alana karena terus dikejar oleh pria asing.
"Kiara, tunggu Tante aja disana ya.. Tante bakal nyusul nanti, temui Paman Wendi kalau Kiara butuh sesuatu."
"Tapi, Tan.."
"Tidak apa, Kiara. Pergilah.." Alana tetap memaksa Kiara untuk pergi, pada akhirnya Kiara mengikuti saja kemauan Alana karena merasa semua juga diluar kendalinya.
Setelah Kiara sudah pergi jauh langsung Alana bangkit hingga kini saling berhadapan dengan Zero. "Kau mau apa lagi ha? Tidak cukup dengan segala pengkhianatan mu selama ini?!" Alana tidak kuasa menahan amarah lagi.
Bukannya merasa bersalah malah Zero tertawa mendengar apa yang Alana katakan. "Kau sendiri yang terlalu munafik, Lana. Sampai tidak mau aku sentuh tidak mau memberikan tubuhmu padaku." Jawab Zero dengan nada angkuhnya, ia semakin mendekatkan diri pada Alana.
Seperti 2 bulan yang lalu Zero tetap memberikan tatapan penuh nafsu pada Alana yang sangat cantik. Tidak tahu mengapa bisa pria bermata keranjang seperti itu bisa sangat dipercaya oleh keluarga Jegger. Pastinya karna Zero sangat pandai bersilat lidah dan mempermainkan kepercayaan keluarga Alana yang telah buta menilai semuanya.
"Ulahmu telah membuat kebencian yang sangat mendalam pada Galih dan yang lain. Apa kau masih bisa berdiri disela kau hampir dicampakkan oleh mereka?" Tanya Zero penuh meremehkan, bahkan jari telunjuknya hampir memegang pipi Alana.
Alana selalu menjaga diri, ia memastikan tidak ada sedikitpun bagian tubuh Zero yang berhasil memegang area tubuhnya.
"Lebih baik aku hidup dalam kemiskinan dari pada hidup dengan pria jalang seperti mu, Zero!" Umpat Alana sangat lantang.
Tatapan mata Alana sangat tajam dan penuh permusuhan, bahkan Alana meludah tepat dibawah kaki Zero. Mungkin saja kalau Zero tidak bisa menghindar kakinya akan terkena air liur Alana.
"Ingatlah, kau sangat pantas bersama para wanita murahan itu. Wanita sepertiku tidak pernah selevel dengan pria kotor sepertimu!" Alana mendorong tubuh Zero untuk menjauh.
Darah Zero seakan mendidih dengan semua perlakuan Alana yang keterlaluan ini. Ia menarik tangan Alana untuk tetap diam di tempat, tapi Alana sangat kuat melepaskan diri.
"Aku akan melaporkan pada Kakakmu jika sebenarnya kau ada disini. Agar kau bisa menikah denganku, ingat ini... kau adalah milikku, Alana!"
PLAK
Satu tamparan keras mendarat pada wajah tampan Zero bahkan posisi wajah sampai menyamping karena ulah Alana.
"Aku bukan Alana lugu yang mudah sekali kau tipu, Zero. Laporkan saja, aku tidak takut apapun!" Kembali Alana menantang, ia memberikan tatapan yang sangat penuh menikam sebelum pergi.
Zero menatap kepergian Alana sembari memegang pipinya yang sangat sakit. Merasa kesal dengan semua ulah Alana yang sangat lancang. Zero heran dan sangat ingin tahu siapa yang telah membuat Alana menjadi kuat seperti itu. Sudah jelas tidak mendapatkan dukungan dari keluarga lagi lalu kenapa bisa berdiri setegas itu.
Tidak mau terus berpikir sendiri langsung saja Zero menghubungi Galih untuk mengatakan semuanya. Tentang pertemuan dengan Alana dan hal-hal lain, apapun akan Zero lakukan asalkan mendapatkan Alana kembali. Hanya wanita itu yang bisa Zero bodohi dan ia tipu, tidak akan dilepaskan begitu saja.
"Aku menemukan Alana di SD Sains Jakarta, Galih. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan disini, hanya saja ada seorang bocah lima tahun yang terlihat sangat dekat dengannya."
"Kalau begitu selama kami di London, tolong tahan Alana. Agar dia tidak melarikan diri lagi, kami sangat butuh bantuanmu, Kawan."
Zero tersenyum puas karena mendapatkan kepercayaan yang sangat besar dari Galih. Hanya kembali membuat Alana didalam genggaman saja maka semua masalah akan beres.
"Alana benar-benar hama dan sok jual mahal, aku yakin.. pasti dia tidak akan bisa terus menolak ajakan untuk making love dariku." Gumam Zero sembari meremas ponselnya.
~
Alana terus berjalan cepat hingga menemukan Kiara yang tengah makan siang bersama dengan Wendi. Dari jalan Alana yang terburu-buru membuatnya ngos-ngosan, sampai Wendi dan Kiara menatapnya heran.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Wendi karena keamanan Alana adalah tanggung jawabnya.
Kiara meraih tangan Alana untuk duduk di sampingnya, memberikan sebotol minum dingin agar Alana lebih tenang dan santai.
"Terimakasih, Kiara.." Alana menenggak habis sebotol minum tersebut sambil sesekali melihat kearah Zero yang menjauh darinya.
Mata Wendi tahu kemana arah Alana memandang, ia sedikit tahu siapa pria angkuh itu.
"Nona kenal dengan Zero?" Tanya Wendi disaat Alana mulai terlihat tenang, pertanyaan Wendi membuat Alana sedikit tegang.
"Tidak, aku tidak mengenal dia." Jawab Alana cepat tapi bohong murni karena tidak mau memancing salah paham pada Wendi.
"Hem, Kiara.. Tante tidak bisa menemani lebih lama lagi, Tante mau pergi ke Perusahaan Papamu dulu." Belum Kiara menjawab Alana sudah pergi menjauh dari Dua orang yang masih bingung itu.
"Sebenarnya Tante Alana kenapa?" Tanya Kiara dengan wajah lugunya kepada Wendi, terlihat sangat menggemaskan sekali.
"Tidak terjadi apa-apa padanya, Kiara. Hanya saja mungkin Tante merindukan Papamu, Paman rasa begitu."
"Papa kelihatan sayang banget sama Tante Alana, bahkan tidak pernah sayang pada Mama. Tante Alana beruntung.." Ucap Kiara lagi kepada Wendi dengan sangat polosnya sampai Wendi sendiri tidak bisa menjawab apapun.
"Ayo, Paman. Kita ikuti berbagai lomba lagi, ayoooo!" sangat bersemangat kali ini Kiara menarik tangan Wendi, semua permainan sangat ia harapkan Wendi bisa memenangkan semuanya.
Tanpa keduanya sadari ada Bella yang memperhatikan dari kejauhan, ia tersenyum tipis melihat Kiara yang tertawa lepas bersama dengan Wendi.
"Dia mengatakan mencintai aku, tapi kenapa tidak pernah sadar jika Kiara adalah putri kandungnya sendiri.." Bella menahan air matanya yang akan jatuh, menatap sedih pada telapak tangannya sendiri yang telah menyimpan banyak rahasia.