NovelToon NovelToon
Istriku, Dokter Pribadiku

Istriku, Dokter Pribadiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Istri ideal
Popularitas:29.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ana Al Qassam

~ Zifara Meisha Rabbah ~

" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.

sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Al Faroby Family

Rumah Sakit adalah rumah kedua bagi Zifa. Tak ada hal yang membuatnya mangkir dari tugas maupun aroma obat rumah sakit. Zifa memang bukan dokter spesialis seperti senior - seniornya. Dia terbiasa dengan kemandirian. Kali ini dia ingin melanjutkan spesialis jika memungkinkan.

" Zifa ... Sudah ada pemetaan dokter pribadi ada rollingan terbaru. Dokter sebelumnya sudah banyak yang pensiun," ucap salah satu teman Zifa.

" Ehem ... Lalu? Apakah khawatir dengan hal baru?" tanya Zifa dengan masih fokus mengecek laporannya.

" Ck. Menyebalkan," jawab dokter Diandra sambil memukulkan map di tangannya pada lengan Zifa.

" Kamu yang menyebalkan sudah lihat aku sedang sibuk masih saja menganggu. Huft ... Sana keluarlah Diandra! Aku sudah pusing dengan pernikahan," jawab Zifa tiba - tiba. Sontak saja temannya Diandra itu langsung menatap Ziva intens.

" Seriously beib!?" tanya Diandra terkejut. Zifa kini menatapnya nyalang.

" Seriuslah ... Capek aku Diandra ketika mereka membahas hijab. Aku juga ingin seperti mereka yang islami cara berpakaiannya. Tapi aku masih belum siap. Huft .... " keluh Zifa yang sejatinya selalu tak peduli akan hal itu. Nampaknya saat ini mulai berpengaruh pada dirinya. Sudah bertahun - tahun Zifa di terpa nasehat akan hal itu. Tapi hingga detik ini dia tetap saja masih yang sama.

" Menikah dengan siapa coba??" tanya Diandra langsung berubah jadi bloon seketika.

" Putra Kyai teman Abi," jawabnya singkat dengan nada kurang enak di dengar.

" Yakin???? Langsung pake hijab dong ya," goda diandra. Zifa menatap temannya itu secara horor.

" Bisa diam tidak! Aku pusing .... Aku masih memikirkannya," jawab Zifa dengan kesal. Diandra pun tertawa.

Hahahahhahaha.

" Pikirkan matang - matang! Bisa jadi kamu langsung pake cadar cantik hahahah," tawa diandra menggema di ruangan Zifa. Sebelum kena amukan temannya Diandra kabur dan menutup pintu dengan cepat.

Astaga anak ini! Masih saja sama.

Beda Zifa Beda lagi dengan Diandra. Keluarga diandra memang tak bernuansa islami kental. Jadi, keluarganya bebas mau berpakaian seperti asalkan dalam taraf sopan. Namun Diandra sedaei kecil cenderung berhijab jadi hal itu tak jadi masalah bagi keluarga besarnya.

Zifa yang menutup ruang prakteknya itu. Dia istirahat sejenak. Dia ingat bahwa hari ini keluarga besar akan kembali bertandang ke rumah Abinya. Dia malas sekali jika harus berdebat kembali masalah hijab.

Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa selalu memberontak kala mereka menanyakan hijab. Hmmmm ... Kenapa jadi seperti ini???

Hari ini mungkin berat bagi Zifa untuk beranjak pulang tapi apapun itu dia harus pulang. Zifa yang telah bersiap pulang itu mendapatkan telpon dari seseorang.

" Ya ... Dengan Dokter Zifa di sini?!" tanya Zifa di sambungan selulernya.

" Dokter ... Maaf mengganggu. Saya tahu dokter baru hari ini resmi menjadi dokter keluarga kami. Tapi keluarga saya ada yang sakit bisakah dokter berkunjung ke rumah kami??? Kami sungguh butuh bantuan," suara panik sangat terdengar jelas dalam irama suaranya. Zifa pun lagi - lagi tak bisa mangkir begitu saja.

" Kirimkan alamat rumah kalian! Saya berangkat," jawab Zifa dengan tegas tanpa banyak alasan ke sana kemari.

" Terima kasih dokter," ucapnya sebelum mengakhiri perbincangan.

Zifa pun segera meluncur dimana mereka tinggal sesuai dengan alamat yang di kirim. Diandra yang melihat sahabatnya terburu - buru sampai tidak menegurnya. Jika Zifa bersikap begitu maka ada urgent.

Dalam perjalanan ...

" Assalamualaikum ... Bi Zifa pulang terlambat ya!? Ada pasien penting yang harus di tangani. Salam pada Ummi ... " pamit Zifa.

" Hati - Hati Zifa," jawab Abinya.

Saat Abinya itu menutup ponsel. Ummi sudah menatap lekat suaminya itu. El tahu bahwa Alia tidak suka putrinya itu mangkir dari pertemuan keluarga. Selalu saja alasannya pasien.

" Tidak bisa datang lagi??" tanya Ummi nampak tidak bahagia. El pun langsung merangkulnya dengan penuh kasih sayang.

" Dia datang hanya saja dia bilang terlambat. Jangan terlalu menghakimi anak itu sayang. Bisa - bisa dia jauh darimu. Walau bagaimana keadaannya dia putri kita kan?? Jangan lelah mengingatkannya. Jangan bandingkan dia dengan siapapun! Jika tidak kita akan benar - benar kehilangan dia," nasehat El pada Alia.

Alia selama ini mendidik putrinya dengan keras harus ke jalur A, B,C,D tanpa melihat apa yang di ingini putrinya itu. Namun keadaan itulah yang membuat Zifa sampai pada titik di mana dia ingin menjadi diri sendiri tanpa ada bayangan background keluarga besarnya.

" Bukan itu maksud Alia mas ... " lirihnya sedih.

" Tapi putrimu memahami itulah yang Umminya lakukan. Menjadi apa yang Ummi-nya mau. Sayang ... Kadang anak kita itu tidak harus menjadi seperti yang kita inginkan. Tapi, tetap kita berikan wawasan keagamaan yang baik dan menasehatinya. Sudahlah ... Doakan saja Zifa kembali pada hal yang baik dan benar," jawab El tanpa ingin menyakiti hati Alia.

Di kediaman pasien Zifa ....

" Apa rumah ini?" tanya Zifa pada dirinya sendiri. Akan tetapi sebelum bertanya pada satpam Zifa sudah melihat nama pemilik di Dinding Gerbang rumah.

Al Faroby Family.

" Permisi pak! Saya Dokter Zifa ... " ucap Zifa pada satpam depan.

" Silahkan dokter .... Semua orang sudah menunggu anda!" jawab satpam dan langsunh membuka gerbangnya lebar - lebar. Zifa tersenyum dan kembali mengendarai mobilnya ke halaman luas di sana.

Rumah megah nampak sangat indah sekali bahkan estetik. Halaman luas dan rapi menunjukkan bahwa mereka orang berada. Zifa merasa baru kali ini menjadi dokter keluarga kaya. Ini kali pertama baginya.

Belum mengetuk pintu sudah ada yang membuka pintu membuat Zifa melongo.

" Silahkan dok! Tuan sudah menunggu anda di dalam," ucap pelayan rumah ini. Lagi - lagi ziva hanya mengulas senyum padanya.

Sesampainya di dalam rumah ...

" Permisi pak! Saya dokter Zifa ... " ucap Zifa pada laki - laki paruh baya dengan wajah tampan dan nampak familiar baginya. Dia tersenyum dan hal itu membuat Zifa seperti mengenal wajah itu.

" Dokter silahkan masuk! Cucu saya sakit entah tadi makan apa tenggorokannya sakit. Saya takut jika dia harus di operasi sebab dia masih berusia 3 tahun!" keluh kakek dan laki - laki paruh baya yang nampak tak asing.

" Baik ... Saya periksa dulu ya pak. Permisi!" ucap Zifa tanpa mengurangi rasa sopannya.

" Hallo sayang ... Apa kabar hari ini???? Mana yang sakit coba tunjukkan sama tante Zifa? Aaaa ... " ucap Zifa pada anak itu.

Dia menurut dan membuka mulutnya. Ziva menemukan duri di tenggorokannya dan itu belum Fatal.

" Tante bantu sulap buat sembuhin ya!??? Anak pinter tahan sakitnya sedikit ya??! Boleh kok sayang kalau mau cubit tante. Gimana? Boleh tante bantu .... " tanya Zifa pada anak perempuan itu. Dia nampak mengangguk dan Zifa segera membantunya mengeluarkan duri.

Selama hampir 1 jam karena sulitnya pengambilan akhirnya sukses. Meskipum harus ada drama menangis dan lain sebagainya.

" Pak ... Resep ini tolong di tebus. Untuk ke depannya makan gadis kecil ini tolong di perhatikan!" pinta Zifa. Namun saat Zifa hendak mengambil tasnya tiba - tiba tangannya di tarik seseorang yang tak lain adalah Nyonya besar keluarga Faroby.

" Dokter ... Ikut makan bersama kami! Jangan menolak loh ya .... " ajaknya sambil mengapit tangan Zifa.

Eh .... Ini Emak siapa??? Kenapa begitu hamble.

Semua orang yang melihat kejadian itu hanya terkekeh saja. Sedangkan Zifa tersenyum bingung serta kikuk.

Dalam perjalanan ke ruang makan agaknya pendengaran Zifa agak berkurang. Sebab dia mendnegar sesuatu yang aneh baginya.

Jika masih single menikahlah dengan putraku dok! Dia tampan kok ... Tapi sayang anaknya lagi tugas.

1
Dia Amalia
mengada² lh mas Ahmad ne istrinya slow bukan berarti tak cemburu 😂🤣😂
nadya insan
lanjut dong kak part nya
Ana Al Qassam: wait ya kak! tdi terkendala seleksi jadi nunggu seharian/Smile/
total 1 replies
Mulianti Mulianti
ular tambah 1 lagi 😄
Dia Amalia
ada walang sangit nambah daftar kawa mafaza🤣😂😂😂
nadya insan
lanjut kak cerita nya
nadya insan
lanjut kak
Ana Al Qassam: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
Mulianti Mulianti
gol
Ana Al Qassam: /Chuckle/
total 1 replies
Mika Saja
nenek SM ibu Sam aja ngajarin cucunya biar ambisi jd kaya
Dia Amalia
akhirnya mas Ahmad gool 😂🤣😂😂
Ana Al Qassam: /Grin/
total 1 replies
Dia Amalia
haiii yg yaa mafaza gila mau jd kaya 🤣😂🤣
Dia Amalia
hah itu lh penyakit hati ya gk diberkah Allah mafazaaaaaa gk bisa dipeksoooo😂🤣😂🤣
Sutila Dewi
Biasa
Sutila Dewi
Buruk
Mika Saja
mafaza racun.....harus cepat2 dibasmi ini
Mulianti Mulianti
so sweet
Mulianti Mulianti
dendam amat bu 😄😄😄
Dia Amalia
aaahhh mas Ahmad mau belah duren 🤣😂😂
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa/Heart//Good//Good//Good/.,... Lanjut....
....
Ana Al Qassam: makasih kak bintangnya/Drool/
total 1 replies
Mika Saja
masih menyelami hati 2 anak manusia ini
Dia Amalia
weeehhh dalam banget mas Ahmad perasaanmu ke adek zifa 😘😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!