Dalam dunia persilatan penuh kekerasan, Fang Wei, seorang pemuda lemah, bertransformasi menjadi pendekar tangguh untuk membalas dendam atas kehancuran Sekte Vila Bambu Giok. Dengan bimbingan misterius Cheng Qing, Fang Wei menjelajahi dunia persilatan, menghadapi bahaya, dan menemukan kekuatan sejati.
INI ADALAH KISAH SETELAH RIBUAN TAHUN SETELAH KISAH XIAO CHEN (LPN)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laghrima~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hutan Kegelapan II
Fang Wei mengamati sumber air itu lebih lama namun tidak ada pergerakan aneh seolah tidak ada sesuatu di dalamnya.
"Ah, mungkin aku terlalu lelah..." Fang Wei menampar dirinya sendiri, mencoba meyakinkan dirinya sendiri akan apa yang sudah disaksikannya adalah palsu.
Fang Wei meninggalkan sumber air itu dan kembali ke tempatnya semula, namun semakin lama semakin gelap suasana lokasinya. Api yang dinyalakannya sudah sepenuhnya padam bahkan bara apinya pun tidak tersisa sementara hawa dingin semakin memburuk.
"Tempat ini sungguh aneh, musim salju bahkan masih lama namun apa apaan hawa dinginnya!" ucap Fang Wei seraya sesekali meniupi tangannya, rasanya ingin membuatnya membeku hingga mati.
Terlepas Fang Wei berusaha kembali menyalakan apinya namun tidak berhasil, bahkan kayu kayu sebelumnya yang kering seolah hampir membeku sepenuhnya. Melihat tidak ada harapan lagi, Fang Wei memilih kembali ke sumber air dan menaiki sebuah pohon lalu berbaring di salah satu dahan besarnya.
Gelapnya lokasi sekitarnya seolah terusir dengan cahaya terang dari kristal di tengah sumber air, Fang Wei sebetulnya merasa heran karena sudah cukup lama ia disana namun tidak ada tanda tanda seekor siluman pun bahkan hewan lainnya yang mendekat.
Menurut cerita pendekar yang kebetulan melewati lokasi Hutan Kegelapan serta jurangnya, tempat itu terasa sangat menakutkan serta sering terdengar suara yang mengerikan dari jurang itu jadi menurut mereka pastinya tempat di bawah jurang itu rumah idaman para siluman dan mahluk mengerikan lainnya.
Berbanding terbalik dengan yang disaksikan oleh Fang Wei yang justru sekarang terjatuh ke jurang itu, tidak ada tanda tanda ada seekor silumanpun di sana serta rumor lainnya walau rasanya lokasi itu sangat aneh menurutnya.
"Shhhs... hawanya mengerikan sekali!" Fang Wei berdecak kesal, tidak ada pilihan lain selain menggunakan tenaga dalamnya untuk membuat tubuhnya hangat.
Waktu seolah berjalan lambat, Fang Wei malam itu tidak bisa tidur sama sekali. Sesekali mulutnya melepaskan uap dingin, menggunakan tenaga dalamnya rupanya tidak membantu banyak.
"Apa yang terjadi? Seharusnya sekarang matahari sudah tinggi, tapi apa ini?"
Fang Wei mengubah posisinya menjadi duduk, sudah cukup lama setelah suasana yang nampak subuh namun tetap tidak ada pagi yang hangat dirasakannya. Fang Wei kemudian melompat ke pohon yang lebih tinggi lalu melihat ke atas, namun rupanya sama saja tidak menemukan matahari yang dicarinya.
"Sebeberapa rendah tempat ini hingga matahari pun susah menjangkaunya?" Fang Wei menggaruk lehernya yang tak gatal sebelum melompat ke bawah.
Sumber air semalam terlihat biasa seperti semula, bahkan ada ikan dan sejenisnya seolah itu memang sudah sewajarnya. Fang Wei memandangnya cukup lama sebelum jongkok di tepi air dan mengambil air dengan tangannya untuk mencuci muka dan minum.
"Ha?" Fang Wei mendadak menoleh ke sampingnya, disana sudah ada seorang gadis manis yang jongkok sambil mengamatinya.
Gadis itu tersenyum melihat Fang Wei yang sudah melompat ke belakang dan mengacungkan pedangnya yang sudah retak.
"Siapa kau?!" Fang Wei merasa jantungnya hampir meledak, kehadiran gadi itu sama sekali tidak dirasakannya.
Gadis itu mengangkat tangannya ke arah pedang Fang Wei seketika itu juga pedang itu hancur berkeping keping menyisakan gagang pedangnya yang masih di genggam oleh Fang Wei.
Mulut Fang Wei terbuka lebar melihat pedang yang sudah bersamanya selama sembilan belas tahun hancur berkeping keping hanya dengan gadis itu yang bahkan tidak menyentuhnya.
"Aku tidak suka pedang diarahkan padaku!" gadis itu mendengus kesal, sebelum bangkit dan perlahan menghampiri Fang Wei.
"Ja-jangan mendekat!"
Fang Wei meraih Pedang Naga di punggungnya dan kembali mengacungkannya kepada sang gadis, membuat gadis itu menghentakkan kakinya ke tanah yang seketika itu membuat Fang Wei kehilangan keseimbangan karena bumi yang dipijaknya bergoyang.
"Hei, dengar! Turunkan di tua itu, aku terlalu cantik untuk ditunjuk oleh si tua itu!" gadis itu menunjuk Pedang Naga yang membuat Fang Wei mengerutkan alisnya heran.
"Si... si tua? Siapa sebenarnya kau?!" Fang Wei terus menaikkan kewaspaannya, gadis di hadapannya seolah hantu karena tidak terasa sedikit pun hawa kehadirannya.
Gadis itu menghela nafas pelan, melihat Fang Wei yang seperti itu membuatkan kesal.
"Aku tidak bermaksud jahat, kalau aku memang ingin kau pun tidak akan sadar." Gadis itu tersenyum penuh makna, tangannya mengelus dagunya.
"Kalau aku memang mau melukaimu pun kau tidak akan bisa apa apa, melihat kemampuanmu hanya setara anak ayam... hmm, lemah sekali sebenarnya." Gadis itu melipat tangannya dan tersenyum bangga.
Fang Wei ingin mengumpat namun tidak sedikitpun menurunkan kewaspaannya. Menyamakn kemampuan pendekar Bergelar dengan seeokor anak ayam sangat menyakiti hatinya.
Fang Wei akui jika gadis di hadapannya dari awal ingin melukai dan membunuhnya maka dirinya dipastikan mati konyol.
'Apa mungkin dia hantu?' batin Fang Wei menebak, tidak punya hawa kehadiran dan mistrius bisa saja memang hantu.
"Namaku, Cheng Qing. Aku adalah Roh bukan hantu, jadi apapun pikiranmu lupakan saja itu!" Cheng Qing membuang muka.
"Roh, bukan hantu?" Fang Wei menaikkan alisnya, apa bedanya itu.
"Sudah aku bilang! Aku adalah Roh bukan hantu, dasar bedebah!" Cheng Qing menunjuk wajah Fang Wei geram.
"Hei, apa kau bodoh? Berhenti mengarahkan si tua itu padaku!" Cheng Qing menepis Pedang Naga.
Fang Wei lagi lagi hampir kehilangan keseimbahan hanya dengan tepisan Cheng Qing, dugaan Fang Wei menguat kalau Cheng Qing adalah hantu.
Melihat raut wajah Fang Wei yang tidak berubah dan malah tambah buruk membuat Cheng Qing ingin membuka tempurung kepala pemuda itu dan memastikan apa otaknya masih ada atau tidak.
"Lihat, apa menurutmu ada hantu secantik diriku? Dan menapak di tanah ini?" Cheng Qing memasang wajah imut.
Fang Wei lagi lagi menaikkan alisnya, sikap gadis di hadapannya itu sungguh lain daripada kebanyakan saudari seprguruannya yang ditemuinya.
"Apa kau tidak punya mata?" Fang Wei akhirnya bisa tenang setelah memastikan Cheng Qing bukan hantu.
"Hmm? Dari segi banyaknya pertanyaan, kenapa menanyakan itu?" Cheng Qing melipat tangannya.
Cheng Qing sebenarnya tida heran dengan pertanyaan Fang Wei karena memang penampilannya yang menutup matanya dengan poni panjangnya.
"Apa sebenarnya yang kau lakukan disini?" Fang Wei menggenggam erat gagang Pedang Naga, kembali waspada setelah cukup lama memikirkan kehadiran Cheng Qing yang mengherankan.
Cheng Qing menguap pelan kemudian berjalan mendekati air dan duduk di tepinya.
"Aku memang selalu disini, justru kau yang sedang apa disini? Melihat penampilanmu... aku sedikit paham permasalahan hidupmu." Cheng Qing menepuk nepuk air di hadapannya.
"Apa maksudmu?" Fang Wei mengeratkan pegangan pada Pedang Naga.
"Hmm... menurutku, kau sudah bosan dengan hidupmu yang melarat sehingga memutuskan terjun dan mengakhiri hidupmu kan?" Cheng Qing memandang ke tengah danau tampa melihat reaksi Fang Wei.
Fang Wei menggaruk lehernya, menurutnya cara berpikiran Cheng Qing teramat mengerikan.
"Jika kau ingin menebasku lupakan saja itu, kau bahkan tidak di akui oleh si tua itu sebagai tuannya." Cheng Qing terkekeh.
"Apa maksudmu si tua sebenarnya?" Fang Wei semakin heran dibuatnya.
"Oh, akhirnya kau muncul juga. Apa kau malu tadi?" Cheng Qing mengabaikan pertanyaan Fang Wei dan malah melambai ke tengah air.
Fang Wei ikut melihat ke arah pandangan Cheng Qing, di tengah air perlahan muncul seekor mahluk dan perlahan mendekat ke arah mereka.
"Putri duyung?!" Fang Wei tersentak, berulang kali menggosok matanya melihat mahluk yang sedang di belai oleh Cheng Qing.
"Apanya? ini adalah Roh penjaga telaga salju, putri duyung apanya!" Cheng Qing mencibir Fang Wei.
Lagi lagi Fang Wei melebarkan mulutnya, mahluk di hadapannya sangat indah berbanding terbalik dengan yang dilihat Fang Wei semalam yang terlihat sangat mengerikan.
"Bodoh sekali, kami semua adalah Roh yang mendiami sebuah benda pusaka. Sama dengan Pedang ditanganmu itu, disitu ada Roh si tua bernama Long... long, hmm..." Cheng Qing mengelus dagunya.
"Hah, sudahlah. Ingat saja ada Roh si tua di situ, aku melupakan namanya." Cheng Qing tersenyum malu malu.
"Roh, lagi?"
Fang Wei mengangkat Pedang Naga mengamatinya lebih teliti namun tidak terlihat ada yang menarik dari pedang itu selain bentuknya yang terlihat indah dari pusaka pusaka lainnya.
Cheng Qing menghela nafas berat, "Kau lebih bodoh dari kebanyakan orang yang pernah memilikiku."
"Kau!" Fang Wei kehabisan kata kata, sudah berapa kali Cheng Qing memanggilnya bodoh dan bodoh.
"Apa?" Cheng Qing mengerucutkan bibirnya lalu menjulurkan lidahnya kepada Fang Wei.
Fang Wei mendengus kesal, selain segel yang ada pada pedang itu tidak ada hal menarik lagi yang dilihat Fang Wei sementara Cheng Qing terkekeh bersama Roh air di dekatnya membuat urat kepala Fang Wei seolah ingin putuh karena kesal.
"Jika kau ingin melihatnya, maka kau setidaknya menguasai sebagian ilmu pedang itu." Cheng Qing lanjut membelai Roh air di hadapannya.
***
Hai, Terima kasih untuk kamu yang sudah membaca dan memberikan like dan komentarmu. Itu sangat membantu saya, itu sangat berharga untuk menghibur kesepian Fang Wei heheh.
Perjalanan Pendekar Pedang Naga, akan rilis setiap hari loh heheh. Terima Kasih atas like dan komentarnya.
semangat
menurut yg saya fahami iyalah dunia luas yg di gambarkan kak Ron seperti tata Surya pada kehidupan nyata,ada bumi,mars Jupiter DLL,bedanya setiap dunia yg di gambarkan kak Ron ini memiliki kehidupan, misalkan fang Wei di bumi di huni manusia biasa-pendekar,nah di mars di huni oleh para kultivator, kemudian di Jupiter atau Venus di huni para demon (bangsa ye Wang,chi Yue,long nue DLL).