Alexa Beverly sangat terkenal dengan julukan Aktris Figuran. Dia memerankan karakter tambahan hampir di setiap serial televisi, bahkan sudah tidak terhitung berapa kali Alexa hanya muncul di layar sebagai orang yang ditanyai arah jalan.
Peran figurannya membawa wanita itu bertemu aktor papan atas, Raymond Devano yang baru saja meraih gelar sebagai Pria Terseksi di Dunia menurut sebuah majalah terkenal. Alexa tidak menyukai aktor tampan yang terkenal dengan sikap ramah dan baik hati itu dengan alasan Raymond merebut gelar milik idolanya.
Sayangnya, Alexa tidak sengaja mengetahui rahasia paling gelap seorang pewaris perusahaan raksasa Apistle Group yang bersembunyi dibalik nama Raymond Devano sambil mengenakan topeng dan sayap malaikat. Lebih gilanya lagi, pemuda dengan tatapan kejam dan dingin itu mengklaim bahwa Alexa adalah miliknya.
Bagaimana Alexa bisa lepas dari kungkungan iblis berkedok malaikat yang terobsesi padanya?
Gambar cover : made by AI (Bing)
Desain : Canva Pro
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sutradara Bilang, 'CUT'!
“Ehm … Tuan … .”
Wanita bersurai pirang mendesah panjang tatkala pria yang baru ditemuinya di lounge hotel itu semakin ganas memainkan lidahnya di leher jenjang wanita itu.
Kedua insan yang sedang dimabuk gairah itu sedang bergulat di atas ranjang berukuran luas setelah memasuki kamar dalam keadaan tergesa, mereka bahkan tidak tahu apakah pintu kamarnya sudah tertutup dengan benar atau belum.
Tangan Alexa yang mengalung di leher pria bersurai gelap di atasnya lantas meremat rambut yang ada di sela jemarinya, mendesah semakin keras saat lidah Raymond kembali mengintimidasi cuping telinganya. Sapuan hangat dengan napas memburu Raymond di telinganya membuat Alexa menggigit bibir, berusaha mengingat bahwa mereka sedang syuting, bahwa semuanya hanyalah akting.
Sejak Raymond mulai menyentuhnya dengan liar ketika mereka memasuki kamar, Alexa tahu bahwa tubuhnya tidak bisa menolak saat sentuhan pria itu membuat kepalanya mendadak kosong. Ada sengatan di setiap sentuhan, juga ada api yang seolah membakar seluruh tubuhnya di tengah napas yang memburu.
Raymond mengangkat sedikit kepalanya, menatap wanita yang terbaring di bawah kungkungannya. Netra sedalam lautan itu terbakar ketika melihat Alexa menggigit bibir dengan wajah memerah dan mata berair.
‘Ke-kenapa dia menatapku seperti itu?’ Alexa membatin panik. Cara pemuda di atas menatap seolah ia akan menelan Alexa hidup-hidup. Gairah yang terpancar jelas di netra langit pria itu membuat Alexa sedikit menciut. Padahal sedang akting, tapi tatapan Raymond benar-benar hidup, seolah pria itu memang sedang bersiap membawa Alexa terbang tinggi malam ini. Ugh!
“Damian,” panggil Alexa lemah, suaranya sedikit gemetar bersamaan dengan setetes cairan bening lolos dari sudut matanya. Jujur saja ia takut dengan cara pemuda di atasnya menatap, jadi Alexa memanggil nama karakternya agar Raymond sadar bahwa mereka sedang syuting dan ada banyak orang di sekitar mereka.
“Sial!”
Pria itu mengumpat sebelum meraup bibir merah muda Alexa, menyusupkan lidahnya di sela bibir wanita itu sebelum menerobos dan menyapa daging tak bertulang milik Alexa. Tangan kiri pria itu turun, menyentuh setiap jengkal tubuh wanita di bawahnya hingga tangan kasar itu menyusup ke dalam gaun.
Alexa yang terlalu kaget dan tidak sempat menolak pagutan Raymond, hanya bisa melenguh kecil di sela tautan lidah mereka. Jemari lentik itu memegang rahang sang dominan, memperdalam pagutan mereka sebelum berpindah, menelusuri bahu lebar hingga dada bidang pria itu, membuka kancing kemeja satu per satu.
Gerakan yang lambat membuat Raymond menghentikan tangan wanita itu, sebelum ia sendiri yang membuka kemejanya dengan gerakan kasar. Suara kancing yang terlepas memenuhi indera pendengar Alexa, tapi wanita itu lebih fokus pada tubuh Raymond yang kini bagian atasnya polos, menunjukkan bentuk tubuhnya yang sempurna.
Raymond menyibak rambutnya yang basah akibat keringat setelah melempar asal kemeja putihnya. Pria itu kembali mendekat dan langsung memagut bibir Alexa, gerakannya cepat, terkesan terburu-buru, tapi rasanya sangat luar biasa.
Alexa tidak punya perbandingan karena ini pertama kali ada pria yang menjamah bibirnya, tapi jelas wanita itu harus mengakui bahwa Raymond sangat ahli dalam hal ini. Rasanya seperti Raymond adalah ssseorang yang bisa memuaskan teman ranjangnya hanya dengan saling melilitkan lidah.
‘Aku kehabisan napas!’ Alexa yang hampir mendorong pria yang tengah menikmati bibirnya, menghentikan tangannya ketika Raymond melepas tautan bibir mereka.
Bola mata sewarna langit itu menatap Alexa yang sedang terengah, berusaha meraup udara sebanyak mungkin. Bibir yang biasa membentuk garis lurus terhadap setiap wanita yang datang seperti lintah ke kamarnya itu menyeringai, menampilkan senyum yang seketika membuat Alexa menggigil.
“OKE, CUT! WAH, LUAR BIASA!!!” Zayn Miller berteriak dari balik kamera, membuat suasana yang sebelumnya sangat hening itu langsung ramai dengan tepukan tangan dari semua orang.
“Su-sudah selesai,” ucap Alexa gugup. Wanita itu berusaha keluar dari kungkungan Raymond, tapi tidak ada tanda-tanda pemuda itu akan melepaskannya. “Syutingnya sudah selesai, Tuan Raymond.”
“Coba panggil lagi namaku,” ucap Raymond berbisik.
Nama?
“Tuan Raymond?” Alexa memiringkan kepala, bingung dengan tingkah pria di atasnya. Kenapa tiba-tiba ingin dipanggil?
“Bukan. Panggil namaku seperti tadi.”
Alexa mengerutkan kening. Apa sih, yang sedang diinginkan Raymond? Alexa, kan, sudah memanggil seperti keinginannya, lalu apa lagi yang salah?
“Berhenti bermain-main, Tuan. Syutingnya sudah selesai dan saya harus pulang.” Alexa kembali memberontak, berusaha membebaskan diri. Di tengah usahanya untuk lepas dari kungkungan lawan mainnya, lutut yang berada di sela kaki Raymond tidak sengaja menyentuh bagian pusat tubuh pria itu.
Hanya sekilas, Alexa buru-buru meluruskan lagi kakinya. Wajahnya kembali memerah sempurna saat menyadari sesuatu di bawah tubuh Raymond sedang terbangun.
“Panggil namaku,” ucap Raymond lagi setelah berusaha keras agar tidak kembali menjamah bibir wanita di bawahnya.
Alexa kembali menghela napas, padahal ia sudah memanggil, tapi sepertinya terus saja salah. Memangnya dia mau dipanggil dengan nama apa selain Raymond? Tidak mungkin pria itu mau dipanggil Damian–Alexa menghentikan keluhannya saat nama karakter yang sedang dimainkan Raymond terlintas di pikirannya.
Eeyy, mana mungkin!
“Damian,” panggil Alexa pelan, menatap iris biru yang terlihat sangat memesona.
Raymond tersenyum miring, “Tidak buruk,” katanya seraya beranjak dari atas tubuh Alexa.
Pria itu duduk di tepi ranjang. Alexa yang mendapatkan kebebasannya langsung terduduk, bersiap untuk melangkah turun dari ranjang sebelum Raymond tiba-tiba mendekat, berbisik di telinganya.
“Aku tahu kau tidak sabar bertemu ‘adik kecil’ di bawah sana, tapi bertahanlah sampai waktunya tepat.”
Dasar gila! Alexa langsung menjauhkan wajahnya setelah mendengar kalimat tidak senonoh yang dibisikkan Raymond. Alexa bersiap untuk mengumpati pria itu ketika seseorang menghampiri mereka.
“Sutradara bilang, Cut! Tidakkah kalian mendengarnya?” Nada ketus dan tatapan tajam seorang pria berkaca mata yang baru datang itu terasa menusuk.
“Maafkan aku,” ucap Alexa seraya membungkuk, menyampaikan permintaan maaf meski ia tidak membuat kesalahan apa pun.
Pria yang merupakan manajer Raymond itu mengabaikan perkataan Alexa, lebih fokus melototi pria yang terlihat tidak peduli.
Raymond menghela napas setelah beberapa saat. Pria itu menatap Alexa sekali lagi, tersenyum miring sebelum beranjak, meninggalkan wanita itu dengan tanda tanya besar.
‘Apa yang sebenarnya terjadi?’ Alexa membatin, masih merasakan dingin di belakang leher sejak Raymond tersenyum dan menatapnya dengan mata menakutkan.
“Aku sudah memesan pizza, burger, ayam goreng pedas, minuman bersoda juga beberapa snack yang akan menjadi camilan pendamping.”
Alexa mendongak, menatap Alena yang datang sambil bersedekap dan mengatakan hal-hal aneh. Mereka hanya memesan makanan instan sebanyak itu saat sedang merayakan sesuatu. Tapi, tidak ada perayaan apa pun hari ini. Atau Alexa yang tidak ingat?
“Kita akan merayakan dan memberi selamat kepada bibirmu yang sudah tidak suci lagi,” ucap Alena santai, memberitahu alasannya memesan begitu banyak makanan pada wanita yang melotot horor.
“Haa … Raymond sialan!” umpat Alexa lirih, menyadari bahwa ia baru saja kehilangan keperawanan bibirnya. Padahal pria itu sendiri yang meminta agar tidak ada adegan saling menautkan bibir itu!