Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belakang hotel
...Bismillahirrahmanirrahim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
"Ingat lakukan dengan cepat dan buat dia seolah-olah seperti bunuh diri."
Beberapa orang Sania berpencar terus mengikuti Jia sampai ke toilet wanita sementara Sania kembali keruangan dimana acara gala amal yang diadakan keluarga Baskara sudah resmi dimulai.
Tepuk tangan meriah dari para tamu undangan yang datang semakin membuat acara gala amal itu ramai padahal baru saja dibuka. Banyak sekali tamu undangan yang sangat senang bisa ikut berpartisipasi dalam acara gala amal ini.
Nanti hasil yang diperoleh akan disumbangkan pada orang yang membuat, akan diberikan pada beberapa pantai. Setiap 2 tahun sekali memang keluarga Baskara selalu menyelenggarakan acara gala amal.
"Raka, dimana istrimu?" tanya Gita tak melihat kehadiran menantunya sedangkan di atas panggung pembawa acara sedang memadu acara gala amal yang baru saja dimulai.
Raka menolah ke samping dia memang tidak mendapati keberadaan Jia. "Tadi dia bilang ingin ke toilet, ma," jawab Raka setelah ingat tadi Jia memang sempat memberitahunya.
"Tante tenang saja sebentar lagi pasti Jia datang," hibur Jia yang kebetulan mendapatkan tempat duduk di sebelah Gita.
Ternyata yang bicara Sania membuat Gita tersenyum kecil. "Kamu rupanya, kirain tadi siapa. Terimakasih ya Sania."
"Sama-sama Tante."
Raka juga ikut tersenyum melihat sang mama menghela nafas lega. "Kamu memang tahu membuat mama merasa jauh lebih baik," ujar Raka.
Sania tersenyum senang Raka memujinya. "Kamu ini Raka bisa saja."
Obrolan singkat mereka terpaksa terhenti karena pembawa acara mempersilakan Raka untuk maju memberikan sambutan sebentar.
Raut wajah Raka terlihat gelisah, dia beberapa kali melihat kearah pintu keluar berharap Jia kembali, tapi beberapa menit menunggu tidak ada tanda-tanda Jia akan masuk kembali ke ruang dimana acara berlangsung.
'Mencari Jia mimpi saja!' Sania tersenyum penuh kemenangan tak jauh dari tempat duduk ada Riska juga di sana.
Beberapa kali nama Raka terus dipanggil dia akhirnya maju juga tidak lagi menunggu kehadiran Jia padahal Raka ingin sekali Jia menyaksikan dirinya berada diatas panggung sedang menyampaikan beberapa patah kata. Raka yakin jika Jia melihat penampilannya pasti akan semakin terpaku.
Pikiran Raka tentang Jia terhadap menilai dirinya memang suka berlebihan lebih. "Raka lebih baik maju saja dulu para tamu sudah menunggu kamu, yakinlah sebentar lagi Jia akan kembali," ucap Sania perempuan perhatian.
"Apa yang Sania katakan benar Raka, lebih baik maju saja dulu jangan sampai kamu mengacaukan acara ini," sambung Gita menyetujui pemikiran Sania.
Sementara itu diarea belakang hotel Jia sedang berusaha melawan beberapa orang yang berusaha membunuhnya.
"Cek!" keluh Jia.
"Ini terjadi lagi sungguh melelahkan sekali." Jia sebenarnya malas untuk melawan orang-orang suruh Sania, tapi jika dia tidak melawan mereka sekarang bukankah sama saja namanya dibunuh diri menyerah begitu pada musuh tanpa ada perlawanan.
Sejak kejadian waktu itu dimana Jia ingin dibunuh, sejak saat itu juga Jia memutuskan untuk melihat dirinya agar lebih baik lagi. Dia yakin kejadian dirinya ingin dibunuh pasti akan terjadi lagi.
Setelah membaca novel kakaknya yang berjudul 'Antagonis Rahasia' Jia jadi tahu jika Sania aku melakukan apapun demi kepentingan dirinya, demi kebahagiaan dirinya. Cerita tentang Sania dikemas serapi mungkin hingga membuat dia benar-benar terlihat seperti karakter protagonis yang baik.
Di belakang hotel Jia masih berusaha melawan beberapa orang bertopeng seperti waktu itu. Kali ini bukan hanya 5 orang yang dibayar oleh Sania, bahkan dia mengerahkan 10 orang memang niat sekali membunuh Jia.
Beberapa kali Jia menghindar serangan-serangan bertubi-tubi dari orang-orang bertopeng, dia tak gentar walaupun mereka menggunakan pisau sayangnya lagi-lagi Jia kala ditengah.
'Kalau begini terus aku benar-benar akan mati,' keluh Jia. Dia berusaha memutar otaknya agar bisa keluar di situasi berbahaya sekarang.
Walaupun masih berpikir Jia harus tetap melawan 10 orang yang menyerangnya secara bersama. "Sania memang berniat membunuhku rupanya. Dia bahkan menambahkan anggota pembunuh dari 5 menjadi sepuluh." Jia menggeleng pelan tak habis pikir.
Bruk...
Duk...
Beberapa kali Jia sempat melayangkan pukulannya, dia meras lelah karena terus menghindar dan harus terus melawan, bayangkan saja 10 banding 1 sangat tidak seimbang sekali.
"Stop!" ucap Jia kerah, entah kenapa 10 orang itu mendadak berhenti menuruti ucapan Jia.
Sebentar Jia terbengong melihat orang-orang bertopeng ini terdiam. ' Wah, hebat juga mereka mau berhenti.' Jia sangat senang dia bisa menghembus nafas lega, sampai bisa menghirup udara banyak-banyak.
"Hei perempuan sudah belum?" ujar salah satu pembunuh bertopeng.
Pertanyaan orang bertopeng itu membuat Jia nyengir. "Hehe, sudah-sudah. Tapi apa kalian tidak capek hah? Aku ini lelah sekali melawan kalian 10 tidak sebanding sekali. Ditambah lagi aku ini cewek, apa kalian tidak malu bertarung 10 orang hanya untuk melawan satu perempuan saja," mendengar penuturan Jia, para pembunuh bertopeng itu mengangguk membenarkan.
"Begini saja, kita satu lawan satu," usul salah satu pembunuh bayaran.
"Ini baru benar." Jia tertawa senang, mereka mulai melawan Jia satu persatu sedangkan yang lain hanya menonton.
Orang pertama yang melawan Jia langsung tumbang membuat yang lain takjub akan keahlian Jia. "Wah, wah, wah. Rupanya kamu hebat juga aku senang melihatnya. Sekarang lawan aku." Satu orang lain maju menghadapi Jia, sama seperti sebelumnya yang lain hanya menonton.
Hingga 3 orang gugur yang lain mulai sadar jika Jia sudah memperdaya mereka. Jadinya tanpa aba-aba mereka kembali menyerang Jia secara bersama.
"Hei perempuan, kami tidak akan tertiup lagi olehmu!"
Mendapati yang tersisa kembali menyerang Jia mulai kewalahan, dia diserang sampai terpojok. 'Sekarang apakah aku akan kembali mati? Sepertinya hidupku hanya sampai disini.' Jia menutup matanya saat pisau berada di leher.
Beruntung sebelum pisau tajam itu menggorok leher Jia. Seorang dengan sigap membantu Jia tidak merasakan apa-apa pada dirinya Jia membuka mata mendapati para pembunuh bertopeng itu sedang menyerang seorang, Jia tidak tahu siapa orang itu karena dia memakai masker yang Jia tahu pasti bukan orang sembarangan dia terlihat sangat lincah mengahadapi para membunuh bayaran itu, Jia lagi dan lagi menghela nafas lega. Dia ikut menyerang orang-orang yang sangat berniat membunuhnya.
"Lari!" suruh salah satu dari mereka.
Tanpa diperintah dua kali, para orang-orang bertopeng itu sudah kocar-kacir tidak karuan. Jia kembali bernafas lega.
"Terimakasih sudah membantu sa..." ucap Jia seraya menoleh kesamping, tapi sudah tidak ada siapapun disampingnya. Bahkan dibelakang hotel itu hanya ada dirinya lagi.
"Kemana orang yang membantuku tadi?"