kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35.Beres-Beres.
Beberapa saat kemudian......
Setelah pertemuan itu, kini Andika dan pak Joko mempersiapkan kamar barunya. Yaitu kamar yang berada di lantai 4 nomor 3 di apartemen ini.
"Udah ini aja barang-barang kamu, Dik?" tanya pak Joko yang merasa heran, karena Andika hanya membawa tas besar yang selalu dibawanya itu. Serta sebuah kresek hitam yang Andika pakai untuk menyimpan pakaiannya itu.
"Iya pak. Dikit banget pak barang ku."balas Andika sambil tertawa ringan.
Beruntungnya untuk Andika, karena di dalam kamar apartemen yang kini ia tinggali ini, semua sudah terisi dengan barang-barang pokok. Seperti sebuah lemari, meja dan kursi, ranjang, sofa dan juga peralatan masak di dapur.
Mungkin menyebutnya sebagai sebuah kamar itu, mungkin tak begitu tepat. Karena unit apartemen ini memiliki tiga buah ruangan di dalamnya, dan ditambahkan sebuah balkon di unjung ruangan.
Untuk ruangannya sendiri terdiri dari ruangan kamar berukuran 3 x 3 m², kemudian ruangan kamar mandi yang kira-kira berukuran 1,5 x 2 meter serta yang terakhir adalah ruang tengah.
Ruang tengah ini sendiri nampak memiliki bentuk seperti huruf L, dengan luas total sekitar 25 m². Cukup difungsikan sebagai ruang santai, ruang tamu sekaligus dapur kecil.
"Bagus kan Dik?" tanya pak Joko dengan senyuman yang tak lebar diwajahnya.
"Bagus pak. Kebagusan malahan ini pak!! Kira-kira perbulannya berapa ya pak?" tanya Andika kepada pak Joko.
Secara perlahan pak Joko mengangkat 7 jarinya. Mengarahkan ke wajah Andika.
"Tujuh juta perbulannya?" tanya Andika begitu kaget ketika pak Joko mengangkat tujuh jarinya.
"700 juta per unitnya. Hahaha....." balas pak Joko sambil tertawa keras.
Mendengar angka yang begitu fantastis itu, Andika hampir saja terkena serangan jantung. Bagaimana ia bisa mengganti 700 juta rupiah jika dirinya saja sudah syok setelah menerima tagihan dua belas juta dari beasiswanya itu.
"Pa.... Pak!! Ini terlalu mahal!! A... Aku nggak bisa..... "
"Tenang saja. Kemarin Agus udah bilang, kalau bayarnya santai saja. Tapi yah, kamu bayar tagihan listrik, air sama gasnya sendiri ya? Lagian ini apartemen belum full di beli semua kok. Jadi dia masih santai." balas pak Joko sambil berusaha menenangkan Andika.
Dengan mendengar hal tersebut, pandangan Andika terhadap dunia nyata kembali terbuka. Sedikit lebih lebar lagi, dibandingkan dengan dirinya yang dulu. Yang hanya mengenal buku untuk mengintip sisi dunia nyata.
"Sama satu lagi." ucap pak Joko sambil mendekatkan wajahnya ke sisi samping telinga Andika.
"Dia itu udah untung 50-100 juta rupiah tiap penjualan unit apartemen. Jadi aku masih bisa nge - lobby utang apartemen ini nanti."lanjut pak Joko yang membisikkan hal itu dengan suara yang sangat lirih kepada Andika.
" Eh..? Sampai segitu banyaknya keuntungannya?"tanya Andika yang sangat terkejut mendengar bisikkan dari pak Joko tadi.
"Tapi dia pelit. Haha.... " ucap pak Joko sambil tertawa kembali.
Keduanya kemudian memastikan bahwa semua fasilitas yang ada di dalam apartemen ini dapat berfungsi dengan baik.
Dan setelah beberapa saat......
Akhirnya pak Joko pamit untuk pergi. Meninggalkan Andika sendirian di kamar barunya beserta kunci motor bekas yang diberikan oleh pak Joko kepadanya.
Atau lebih tepatnya kendaraan bekas yang diberikan oleh pak Agus kepada Andika. Karena motor itu sudah lama tidak terpakai, dari pada menganggur dan tak digunakan maka pak Agus memberikannya kepada Andika atas permintaan dari pak Joko.
Meskipun hanya motor matic bekas, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada harus terus berjalan kaki untuk pergi me kampus.
'Tik...... Tik..... Tik.... '
Suara jarum jam dinding nampak terdengar sangat nyaring di ruangan tengah itu, di tambah lagi suasana yang sunyi, karena kini hanya tinggal Andika sendirian di ruangan itu.
Andika kemudian membaringkan badannya di kamar barunya itu, merasa cukup kelelahan atas kejadian selama beberapa hari ini.
Tapi, entah kenapa. Ia merasa telah cukup puas karena berhasil melalui semuanya dengan cukup baik.
"Ana bagaimana kabarnya ya?"gumam Andika sambil membuka kunci lada layar ponselnya itu.
Di layar kecil itu, napak ada seseorang yang mengirimkan pesan kepadanya. Dimana Andika tidak menyadari pesan itu karena seharian ini sibuk untuk mengurus tempat tinggal barunya itu.
"Nova?" gumam Andika saat melihat nama pengirim pesan itu.
Nova : "Sayang, aku tau kondisi kamu gimana dari apa yang udah kamu ceritakan. Tapi aku boleh minta tolong nggak?"
Sebelumnya Andika sudah menceritakan semua kejadian yang dialaminya selama ini kepada Nova. Wajar saja karena wajahnya sudah muncul di televisi , jadi mau tak mau Andika harus menjelaskan situasi itu kepada pacarnya.
Namun tentu saja, Andika menyembunyikan fakta bahwa ia pernah tidur satu kamar dengan Ana. Dengan mengatakan, kalau kedua hanya teman kampus yang tak sengaja bertemu di perpustakaan kampus. Sekaligus mengatakan kalau Ana tak begitu banyak teman di kampus, maka dari itu Ana memilih untuk menghubungi Andika.
Dan setelah mempertimbangkan pesan Nova barusan. . . ..
Andika : "Boleh. Mau minta tolong apa emangnya?"
Andika kemudian segera mematikan layar ponselnya. Ia sudah hafal dengan sikap Nova kalau ia pasti akan membalasnya beberapa jam kemudian, mengingat betapa sibuknya Nova.
Namun di luar dugaan......
DinDut Itu Pacarku ngasih Iklan