Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Kedua mata Anna sampai terpejam karena takut dengan bentakan tersebut, ia memukul perutnya terus menerus. Anna tidak menginginkan anak didalam rahimnya, semua akan semakin mempersulit kehidupannya. Semua ulah yang dilakukan Anna membua hati Liam sangat sakit, ia menahan tangan Anna untuk memukul perutnya lagi.
Anna menatap Liam dengan tatapan penuh air mata, ia seperti sangat sangat menyedihkan dengan segala takdir hidup dengan Tuhan berikan.
"Kenapa? Kenapa aku harus mengandung anak darimu, Liam?" Tanya Anna, ia semakin menangis disaat Liam sendiri tidak bisa menjawab apapun.
Tangan Anna mendorong Liam untuk menjauh, ia muak dan kesal dengan semua hal yang terjadi. Takdir indah yang sempat Anna jalani dengan bekerja sebagai seorang desainer yang cukup terkenal juga tidak bisa membuat Anna menjauh dari keluarga Alexander.
"Anakmu ini telah membuat kehidupan ku semakin hancur! Menderita, sebaiknya dia mati saja!" Teriak Anna, spontan tangannya meraih pisau dimeja sepertinya ingin melakukan sesuatu pada tubuhnya sendiri.
Untungnya gerakan tangan Liam lebih cepat dari gerakan tangan Anna sendiri. Dengan sangat mudahnya menghempaskan tangan Anna hingga pisau itu terlempar jauh. Tangan Liam langsung memegang pundak Anna dengan sedikit penuh penekanan, ia dan Anna saling tatap dengan sangat tajam.
"Bukankah sudah aku katakan? Kau cukup lahirkan saja dia, lalu pergi dari kehidupan kami!" Ucap Liam dengan sangat tegas.
Tapi, kepala Anna terus menggeleng seolah tidak mau melakukan apa yang Liam inginkan. "Kau tidak bisa menolaknya, Anna. Aku menginginkan anak ini, aku menginginkan dia!" Teriak Liam tepat diwajah cantik Anna yang terpejam.
"Dia ada karna perlakuan kita berdua, jika kau tidak menginginkannya.. tapi, aku... aku menginginkan anakku!" Teriak Liam lagi, ia terus menyadarkan tubuh Anna agar tetap sadar dan ingat dengan semua perjanjian tadi.
Anna tidak menjawab apapun, setelah tangan Liam menjauh hanya ada tangisan saja dari Anna. Liam menghela napas secara berat, dadanya sangat sesak dengan semuanya. Merasa sebal dan marah tentunya kepada Anna yang sangat egois dan kejam.
"Tetap pertahankan anakku, aku akan beri kompensasi yang sangat besar untukmu nanti." Ucap Liam, terdengar sangat dingin sebenarnya lalu melangkah pergi begitu saja menuju tempatnya tadi.
Langsung Anna menoleh kearah Liam dengan wajah penuh air mata, lagi dan lagi Anna selalu tidak berdaya dengan semuanya. Bukan uang yang ingin Anna dapatkan, melainkan sebuah kebebasan dan kehidupan tenang yang tidak akan pernah Anna dapatkan disaat dekat dengan Liam. Kini semuanya sudah memang tidak bisa diharapkan lagi, Liam sudah menekan hidupnya.
"Tidurlah, An. Jangan karena keras kepalamu membuat anakku dalam keadaan berbahaya." Perintah Liam sangat penuh keyakinan dan tidak terbantahkan.
Anna menarik selimut lalu tidur dengan posisi membelakangi Liam, ia tetap menangis dengan mengigit selimut agar suara tangisnya tidak terdengar oleh siapapun. Tanpa Anna tahu jika Liam masih duduk dengan arah penuh menatapnya.
"Huh.." Liam mengambil dompet di meja berlalu pergi dari ruangan tersebut, terasa menyesakkan jika mengingat semua keinginan Anna tadi.
"Menangis lah sepuasmu, tetap saja.. tidak ada yang berubah apapun, aku tetap menginginkan dirimu mempertahankan anakku." Ucap Liam disaat tepat membuka pintu ruangan.
Tatapan mata Anna yang penuh dengan air mata melihat sendiri Liam yang berlalu pergi. Sangat kejam baginya, sedari dulu Liam memang seperti itu. Tidak pernah tahu dan mau tahu apa yang sedang Anna rasakan sepanjang hari. Merasa jika keluarga nya sangat menerima Anna seperti dirinya menerima Anna dengan penuh kebahagiaan dan tangan terbuka.
Faktanya Anna diperlakukan kasar dan penuh caci maki, setiap Anna mau mengadu semuanya hanya takut jika Liam malah memperburuk semua dan semakin membuat Keluarga Alexander benci.
"Sedari dulu kau tetap fokus dengan tujuanmu, tidak memikirkan sama sekali seperti apa yang akan aku hadapi jika terus mempertahankan anak ini?"
~
Liam menuju ke Taman Rumah Sakit, sepertinya menenangkan pikiran dari tempat jauh orang-orang adalah hal yang paling tenang sekarang. Tatapan mata Liam mengarah pada sepasang kekasih yang tengah duduk manis didepannya. Wanita itu tengah hamil terlihat sangat ceria tidak seperti Anna yang terus saja menangis karna mengetahui kehamilannya.
"Ibu Hamil harus terus bahagia, agar janin berkembang sehat.."
Liam teringat dengan nasehat dokter tadi, ia menjadi memikirkan hal apa yang akan membuat Anna bahagia. Sementara Liam sendiri sangat sadar dan ingat jika kebahagiaan Anna adalah menjauh darinya dan lebih memilih membunuh benihnya itu.
"Hai, Bos.." Sapa Ezra, secara tiba-tiba mengejutkan Liam saja. "Kok melamun? Apa ada masalah dengan kehamilan Nona Anna?" Ezra bertanya karena rasa khawatirnya.
"Semua baik, hanya Anna saja yang terkadang suka memberontak. Dia masih sering mengatakan ingin membunuh anakku," Liam mengadu semuanya kepada Ezra, bagaimanapun pria itu adalah orang yang paling ia percaya selama 10 tahun.
Ezra memikirkan semua kegundahan yang dirasakan oleh Liam, tidak menyalahkan Anna melainkan memikirkan solusi apa yang harus diambil.
"Cari tahu apa yang membuat Nona tidak nyaman, Tuan.. Terkadang ada sesuatu keadaan yang menekan membuat Nona sudah_"
"Huh, sepertinya soal keluargaku." Sela Liam, ia menyandarkan tubuhnya pada bangku taman, teringat dengan kenangan masa lalu. "Aku sudah lelah mencari tahu apa yang Anna rasakan saat menjadi istriku dulu.. tapi, sekarang tetap saja semua itu tidak mendapatkan jawaban apapun." sambungnya.
"Tanya saja pada Nona.."
Liam juga tahu bisa melakukan apa yang Ezra pikirkan, hanya saja Anna bukankah orang yang mudah untuk ditanyai. Pastinya akan menjawab dengan penuh kebohongan dan tidak jauh jauh dari hal menyalahkan Liam ataupun dirinya sendiri.
"Mas, aku ingin mangga muda.." Perbincangan orang yang ada didepan Liam membuat fokus keduanya menjadi teralihkan. "Baby kita menginginkan mangga, Mas!"
Sontak Liam langsung teringat dengan Anna, semenjak tahu kalau Anna sedang hamil tidak pernah wanita itu merengek meminta sesuatu hal padanya.
"Ini aneh.." Liam langsung berlari menuju kembali keruangan Anna, sementara Ezra sendiri hanya bisa menghina napas panjang dengan segala sikap sang majikan.
"Tuan, tidak semua ibu hamil harus ngidam!" Teriak Ezra, ia lupa memberitahu fakta itu kepada Liam.
Sementara sang Tuan tetap berlari cepat menuju Anna, pastinya ia sangat yakin ada sesuatu didunia ini yang diinginkan Anna.