Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam kegelapan hutan
Sseettt...
Pedang di tangan Li Anhe di bersihkan dengan dedaunan di sekitar. Dia tidak ingin bekas darah dari para pembunuh masih menempel di bilah pedang. Rintik hujan tidak terlalu deras hanya seperti butiran abu yang berhamburan memenuhi kegelapan. Padatnya kabut membuat jalan tidak dapat di lihat dengan jelas. Angin malam juga berhembus cukup kencang. Namun dia tidak memiliki waktu untuk berhenti. Dua kali kamp rahasia pembunuh mengirimkan pemburu malam mereka. Jika mereka kembali sadar para pemburu malam telah mati. Para ketua berdarah dingin itu pasti akan mengirimkan tingkat satu.
Gadis itu berjalan lebih dari dua jam lamanya menyusuri setiap jalur yang dapat di temukan. Langkah santainya sesekali mengayunkan pedang untuk mengusir kebosanan.
Dari arah belakang suara kereta kuda terdengar mendekat. Li Anhe berjalan menuju semak belukar untuk menghindar sampai kereta telah melewatinya. Satu kereta dengan puluhan pengawal pribadi mendampingi. Setelah jalur utama kembali sunyi dia melanjutkan perjalanannya lagi.
Tapi siapa sangka kereta justru menunggu kedatanganya. Gadis itu menatap tenang kearah kereta. Seorang pria datang menghampirinya. "Di hutan ini sangat berbahaya. Jika Nona muda tidak keberatan. Tuan muda saya ingin mengantar hingga keluar hutan."
"Baik," gadis itu menyetujuinya tanpa berpikir panjang. Dia ikut duduk di luar kereta berdampingan dengan kusir.
Kereta kembali melaju di ikuti semua pengawal dengan menunggangi kuda.
Pria yang ada tepat di samping kereta sedikit mendekatkan kudanya kearah gadis yang baru saja naik kereta. "Nona muda, apa saya bisa sedikit bertanya?" dia berusaha menghilangkan rasa penasarannya.
Li Anhe melirik sebentar kearah pria di sampingnya. "Anda ingin bertanya mengapa saya ada di sini?" pria di atas kuda itu mengangguk dengan tersenyum merasa tidak enak. "Terakhir kali saya hanya ingat telah di bekap seseorang dari belakang saat berjalan santai di jalan. Saat sadar kembali saya sudah ada di sini."
"Nona cukup beruntung tidak bertemu hewan buas atau bandit yang ada di kedalaman hutan," pria itu menanggapi.
Gadis itu sedikit tersenyum. Tatapannya sangat tenang, "Saya juga bersyukur bisa bertemu orang baik seperti kalian. Sehingga dapat keluar dari hutan lebih cepat."
"Nona muda bisa bela diri?" menunjuk ke arah pedang di tangan gadis muda yang ada di kereta.
Li Anhe menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Pedang ini sudah ada bersama ku saat terbangun. Jadi saya membawanya sebagai alat perlawanan jika ada orang yang berniat jahat lagi."
"Nona muda di berkati oleh dewa. Sehingga bisa selamat dari musibah," ujar pria di atas kuda merasa pertanyaannya sudah berakhir. Dia hanya mencoba mengetes gadis itu. Dan semua pertanyaan di jawab lancar tanpa adanya tanda kebohongan yang dapat ia lihat.
Selama perjalanan yang telah memakan waktu hampir empat jam. Rintik hutan juga sudah berhenti sekitar satu jam yang lalu. Hanya kabut tebal menyelimuti kegelapan. Setelah melewati jalan hutan mereka melalui jalan persawahan yang sangat luas. Tanaman padi terlihat hijau asri membentang seluas mata memandang. Suara katak saling bersautan di sepanjang jalur. Li Anhe sesekali menarik nafasnya lalu menghembuskannya untuk merasakan udara segar memenuhi dirinya.
Membutuhkan waktu satu jam untuk bisa sampai di batas persawahan warga. Dan tepat di pintu masuk sebuah desa kecil di pinggiran hutan gadis itu di turunkan. "Tuan, terima kasih atas tumpangannya."
Dia memberikan hormatnya sebagai tanda terima kasih yang tulus.
Pria di atas kuda merasa kasihan dengan gadis itu yang harus terpisah dari keluarga, "Nona, jaga diri mu baik-baik."
Kereta melaju pergi meninggalkan Li Anhe. "Aaa..." merenggangkan tubuhnya. Dia melihat di sekitar sudah ada banyak orang yang bangun untuk melakukan aktivitas pagi mereka. Gadis itu berjalan santai menikmati keramaian pagi yang cukup nyaman.
Dari arah salah satu penginapan yang masih belum buka penjaga kediaman dari keluarga Chao menunggu kedatangan Nona muda mereka. "Nona muda telah kembali," para penjaga melihat ke datangan Li Anhe. Salah satu penjaga masuk ke dalam penginapan memberikan kabar.
Gadis itu ragu untuk masuk ke dalam penginapan, "Nenek masih belum bangun?" ada ketakutan di hatinya kerena telah mengambil keputusan sendiri. Bahkan membuat neneknya pingsan.
"Nona muda, Nyonya besar sudah bangun sejak dua jam lalu," jawab salah satu penjaga.
Li Anhe menatap pintu penginapan cukup lama. Hingga pelayan Bi er datang. "Nona muda," pelayan itu terlihat sangat senang melihat Nona mudanya kembali. "Nyonya besar memanggil anda untuk segera mendatanginya."
Pelayan Bi er menjadi pemandu untuk Nona mudanya hingga sampai di depan pintu kamar penginapan di lantai dua.
Li Anhe masuk ke dalam kamar, neneknya juga telah duduk di atas tempat tidur menatap penuh rasa khawatir saat cucunya datang. Gadis itu mendekat berlutut di depan neneknya. Nyonya tua Chao menatap lembut, "Jangan berlutut lantai sangat dingin. Sini lebih dekat dengan nenek," Li Anhe bangkit duduk di samping neneknya. "Apa kamu terluka?" memperhatikan setiap bagian tubuh cucunya.
"Nenek, aku baik-baik saja. Maaf karena sudah membuat keputusan sendiri bahkan membuat nenek pingsan," gadis itu menundukkan kepalanya.
Nyonya tua Chao mengelus lembut kepala cucunya. "Yang penting kamu sudah kembali," meraih tangan Li Anhe menggenggamnya dengan kuat.
Di hari itu perjalanan di lanjutkan saat matahari sudah terlihat. Dan perjalanan terus di lakukan tanpa henti hingga dua hari lamanya. Mereka sampai di kota Hengji pada pagi hari. Kediaman pribadi sangat sederhana berada di pinggiran kota. Nyonya tua Chao turun dari kereta di ikuti cucunya. Dia menatap untuk beberapa saat kediaman yang pernah dia tinggali bersama ibunya di masa lalu. Dan semua itu telah berlalu selama puluhan tahun lamanya. "Yi er, kita hanya bisa tinggal di sini untuk sementara waktu. Apa kamu keberatan dengan tempat tinggal kita? Jika kamu merasa tidak nyaman nenek akan membeli kediaman lain di kota yang lebih luas."
Li Anhe menatap hangat kearah neneknya. "Nenek, aku tidak keberatan. Di sini terlihat sangat nyaman."
Desa kecil di pinggiran kota terlihat lebih tenang juga penuh keramaian. Warga desa juga berkerumun di saat seseorang datang bersama banyak penjaga juga pelayan.
"Kediaman itu puluhan tahun tidak di tempati. Mungkin mereka pemiliknya."
"Gadis muda itu sangat cantik. Sepertinya mereka bukan orang sembarang."
"Tapi kenapa meraka ada di sini?"
"Bisa saja usaha mengalami kemunduran hingga memutuskan kembali."
Suara kerumunan terdengar saling bersautan penuh rasa penasaran.
Wanita tua mendekat perlahan dengan tongkat di tangannya. "Apa ini Chao er?" suaranya bergetar.
Nyonya tua Chao melihat kearah wanita tua yang masih mengenalnya. "Benar. Anda?"
"Aku Fei Fei, teman mu waktu kecil. Apa kamu melupakan ku?"
"Fei Fei," Nyonya tua Chao terkejut melihat temannya yang masih ada di desa tempat dia melewati masa kecilnya. "Tentu saja aku ingat. Bagaimana kabar mu selama ini?"
"Hehh..." wanita tua itu tertawa. "Aku cukup baik. Memiliki empat putra dan dua putri. Cucu-cucu ku juga selalu berlarian di kediaman saat tengah berkumpul. Kamu sendiri? kenapa tidak pernah kembali lagi?"
"Fei Fei, kita bicarakan di dalam. Aku akan membantu mu," Nyonya tua Chao membantu temannya untuk bergerak masuk ke dalam kediaman. "Semua berjalan sangat baik. Aku juga membawa cucu ku ke sini," memperkenalkan cucu yang ia sayangi.
Kediaman lusuh itu perlahan di perbaiki dan di bersihkan. Nyonya tua Chao juga berbincang mengenang masa lalunya bersama teman masa kecilnya.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut