(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
ISTRI 13 TAHUN
32
Sedari pagi Suniah sudah di make-up oleh MUA pilihan Rosiati. MUA yang biasanya banyak di pakai orang-orang karena memang paling cantik dan paling bagus tentunya juga dengan bayaran yang cukup menguras kantong. Meskipun begitu, bagi Rosiati selagi itu calon menantunya pasti akan dilakukan yang terbaik. Apalagi ini menantu pertama yang akan duduk di rumahnya.
Hari ini acara resepsi diadakan di rumah Hendro, ayah Pajajar. Satu harus sudah cukup untuk mereka beristirahat karena tidak mungkin acara resepsinya akan di undur lagi apalagi undangan sudah disebarkan.
"Wahhh kamu cantik sekali Nak," puji Maimun menatap kagum sang putri. Dirinya baru sampai di rumah Hendro sore kemaren bersama suami, anak dan juga beberapa kerabat yang dibawa Maimun.
"Terimakasih Emak," Suniah tersenyum malu, bahkan dirinya juga tidak menyangka jika yang berada di pantulan kaca itu dirinya. Bahkan Suniah tidak bisa berkedip dengan perubahan wajahnya yang menurutnya seratus persen tidak mirip dengannya.
"Kamu sangat cantik Niah, bahkan aku tidak menyangka jika kamu bisa berubah seperti ini. Aku membayangkan wajah kamu sama saja seperti kemaren cantiknya tapi lihatlah sekarang, lebih waw bahkan lebih dari yang bisa aku bayangkan. Aku tidak menyangka jika tukang make up di kota itu bagus-bagus tidak seperti di kampung kita yang ala kadarnya." ungkap Kasiah yang tidak bisa berhenti menatap Suniah. Kagum, itulah satu kata yang bisa di gambaran dari Kasiah untuk Suniah.
"Namanya juga kita orang kampung Kasiah, dimana kehidupan disana bisa di bilang miskin bahkan teknologi saja sangat susah di sana. Yang mempunyai handphone android saja bisa di hitung berapa orang yang memilikinya, berbeda sama orang-orang kota yang kaya-kaya. Mereka bisa membeli apa saja yang mereka mau kalau orang kampung kita mana bisa untuk makan saja terpenuhi sudah bersyukur sekali." ucap Maimun.
"Benar kata Emak, Kasiah. Salah satunya kita ini, punya HP Nokia saja sudah sangat bersukur yang penting ada alat komunikasi yang kita miliki."
"Aku berharap nanti juga akan di jodohkan sama Bapak dengan laki-laki seperti suami kamu yang berada Suniah, setidaknya nanti saat aku sudah menikah tidak kekurangan apapun." lirih Kasiah. Siapa yang tidak mau memiliki takdir hidupnya menjadi lebih baik, siapa sih yang tidak ingin hidup lebih enak dari kehidupan sebelumnya yang apa-apa serba kekurangan. Tidak akan ada termasuk pula Kasiah.
"Aamiin. Semoga saja nanti kehidupan kamu juga akan baik sama seperti ku, Kasiah. Aku juga berharap kita sama-sama mendapatkan suami dan mertua yang baik dan sayang sama kita meskipun kita ini hanya berasal dari kampung dan miskin."
Maimun menatap sendu kedua putrinya. Sedih sekali rasanya mendengar ucapan kedua putrinya itu. Orang-tua mana yang tidak ingin memberikan kehidupan terbaik untuk buah hatinya, orang-tua mana yang tidak ingin anaknya sukses seperti kebayangkan orang-orang di luaran sana. Begitupun dengan Makmun, jika saja bisa memilih takdir dirinya lebih memilih anaknya bisa mencapai cita-cita yang mereka inginkan bukan malah menikah di usia sedini ini.
Tidak bisa Maimun bendung air matanya, karena merasa dirinya bersalah dengan kedua putrinya. Tapi apa yang bisa Maimun lakukan jika takdir kehidupan yang di gariskan Allah kepadanya hanya seperti ini. Menyalahkan Allah itu bukan suatu hal yang pantas, bahkan diberikan nikmat sehat saja itu sudah anugrah yang paling besar di tambah lagi masih di beri rezki sama Allah sudah bersyukur sekali.
TBC