Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
"Semua orang memiliki sudut pandangnya masing-masing, tak lain halnya dalam bentuk ekspresi terhadap hidup orang lain. Mereka dengan gampang menilai hidup kita, seolah dia sudah hebat jika memainkan dalam peran kita. Padahal, dalam kenyataanya tidak begitu banyak orang-orang dapat bertahan, jika di beri porsi masalah kita."
Ibu-ibu itu menoleh kearah Anissa, "Bukan begitu, Nduk?"
Sebelum Anissa menjawab. Sejak tadi Anissa sudah mengira, jika wanita tua yang kini duduk di sebelahnya memang memiliki segudang prestasi, yang mungkin banyak orang tidak tahu.
Jika dilihat dari caranya berpenampilan, tidak ada bedanya pada ibu-ibu umumnya. Celana kain yang warnanya hampir pudar, atasan panjang bewarna coklat muda, serta jilbab lebar yang menutupi kepalanya. Rupanya itu semua hanya cover yang menutupi kecerdasan pola pikir ibu tersebut.
"Saya kagum dengan pembawaan kalimat anda, Bu!" jawab Anissa tersenyum bangga.
Ibu tadi tersenyum. Dia memalingkan pandanganya menjadi kedepan, "Kalimat Ibu hanya kata-kata receh yang tidak memiliki arti apa-apa, Nduk! Tapi ada rasa bangga, setidaknya Ibu dulu pernah menyampaikan beberapa hal atau pelajaran kehidupan pada anak didik ibu ...."
Anissa masih menatap, namun kali ini keningnya seketika mengerut, "Anda seorang guru, dulunya?"
"Benar Nduk ... Ibu dulunya mengajar di Universitas ternama di Semarang!" jawab Ibu tadi sambil tersenyum. Walaupun sejujurnya dia seorang dosen dulunya, tetapi jika ada seseorang yang menyebutnya guru, dia sama sekali tidak mendebat.
Anissa semakin tertegun. Kedua matanya berbinar. Dan memang benar, pantas saja pembawaan ucapanya begitu lembut penuh tatanan di dalamnya.
"Oh, maaf ... Saya tidak tahu! Anda sangat hebat, karena untuk bisa mejadi guru, kita harus menyerap ilmu dari seorang Dosen," kata Anissa segan.
Ibu tadi mengangguk. Kemudian menoleh kembali, "Tidak perlu minta maaf! Ya, seperti ucapan ibu di awal tadi ... Ibu tidak ingin mematahkan cara orang menilai hidup Ibu. Mungkin itu bentuk dia berekspresi pada hidup ibu. Apalagi ... Penampilan ibu yang lusuh seperti ini," kekeh ibu tadi sambil menatap pakaiannya.
Anissa juga ikut terkekeh, hingga tanpa mereka semua sadari, bis umum yang Anissa tumpangi sudah berhenti di ujung kota.
Sementara di rumah sakit.
Prabu masih enggan untuk di ajak kembali masuk. Dia masih mengedarkan pandanganya, siapa tahu wanita tadi benar-benar Anissa, dan masih berada dekat di sekitarnya.
"Anissa ....." teriak Prabu kembali.
Fahmi yang masih setia menemani tuannya, dia masih bingung bagaimana agar tuannya sadar, jika istrinya tidak ada di tempat ini.
"Tuan ... Wajah anda semakin pucat! Darah anda banyak yang keluar, ayo kita kembali masuk! Setelah anda sehat, nanti kita cari kembali di mana Nyonya muda ...." teriak Fahmi yang cukup nyaring, namun sudah larut bercampur derasnya air hujan.
Brugh!
"Ya ALLAH Tuan ....." teriak Fahmi kembali, saat Prabu sudah tidak mampu lagi menopang tubuh lemasnya.
Satpam yang sejak tadi berdiri di samping Fahmi, juga spontan tak kalah terkejut. Dia lalu memgambil sesuatu pada sakunya, untuk di gunakan menginformasikan pihak dalam rumah sakit, bahwa ada pasien pingsan dipinggir jalan.
Dua petugas medis datang, dan langsung membawa Prabu diatas ranjang darurat, untuk di bawa masuk kembali kedalam.
Wajah Prabu benar-benar pucat, dengan beberapa bekas darah yang sudah berserakan di wajah tampan itu.
"Anissa ... Kamu di mana?" lirih Prabu selama perjalanan masuk kedalam.
Sementara di luar, mobil mewah milik Elang kini sudah memasuki halaman rumah sakit Salatiga.
Flashback
Bu Asih dan tuan Sudrajat saling melempar tatap, saat melihat putrinya datang bersama sepupu Prabu dan juga kepala pelayan~mbok Marni.
"Nak Elang ... Ayo silahkan masuk!" ajak tuan Sudrajat.
Sejak tadi, Ailin selalu menatap ke arah Elang dengan tatapan kagum, tanpa memalingkan wajahnya walau sedetik pun. Dan hal itu membuat kedua orang tuanya sekali lagi saling melempar tatap.
"Elang ... Kamu sangat tampan sekali! Ada bayangan Damar didalam tubuhmu," gumam Ailin mengulas senyum penuh kagum.
Elang menoleh sekilas. Sejujrnya dia kurang begitu nyaman, karena mendapat tatapan dari wanita di sebelahnya itu. Namun karena dia tidak ingin menyakiti wanita lembut itu, Elang hanya membiarkan saja Ailin dengan segala halusinasinya.
"Paman, bibi ... Maaf sebelumnya, jika kedatangan kami membuat pertanyaan besar bagi anda berdua. Saya datang ingin menyerahkan Ailin kembali pada tangan yang tepat, yakni kepada kedua orang tuanya sendiri!" kata Elang menatap satu persatu kedua orang di depannya.
Bu Asih menarik nafas dalam. Wajahnya begitu tenang, walaupun dia tahu pasti ada sesuatu sehingga putrinya itu harus di kembalikan kepadanya secara mendadak.
"Apa ada masalah, Nak?" tanya bu Asih.
"Anissa sudah 2 hari pergi dari rumah! Saya rasa ... Kepergiannya karena ada sangkut pautnya dengan kehadiran Ailin di dalam rumah tangganya. Dan untuk sekarang, Prabu kesehatannya sedang tidak baik-baik saja. Jadi saya putuskan, untuk mengembalikan Ailin pada Anda berdua!" timpal Elang kembali cukup sopan.
Bu Asih terperanjat. Dia spontan membekap mulutnya dengan sebelah tangan. Rasa bersalah kian menyeruat didalam batinnya, atas masalah yang timbul dari putrinya.
"Keputusanmu sudah benar, Nak! Paman dan bibi akan menerima kembali Ailin dengan lapang dada. Sudah saatnya Prabu menyudahi drama hidupnya yang begitu pelik!" sambung tuan Sudrajat membenarkan posisi duduknya.
Bu Asih lalu bangkit. Dia berjalan kearah putrinya, untuk duduk di sebelah Ailin. Di rengkuhnya bahu sang putri dengan begitu sayang. Bu Asih begitu bersyukur, walaupun di balik ganguan jiwa yang menyerang putrinya, Ailin tetap sehat dengan penampilan yang begitu terurus.
Perlahan, bu Asih melerai pelukanya. Ailin masih terus menatap ke arah Elang, tanpa peduli terhadap sikap ibunya saat ini.
"Nak Elang ... Bibi ucapkan terimakasih sekali lagi. Dan atas kehadiran Ailin, Bibi mengucaokan maaf yang sebesar-besarnya, mengenai kepergian Anissa," seru Bu Asih menatap Elang.
Mendengar kata Anissa, Ailin sontak bereaksi. Dia setetika memutus pandanganya dari wajah Elang.
"Anissa pergi? Dia sahabatku ... Kemana Anissa pergi?"
Semua orang yang berada di ruangan itu, langsung saja saling melempar tatap. Karena tidak menyangka, Ailin akan bereaksi secepat ini.
"Sayang ... Kamu tahu, siapa Anissa?" tanya bu Asih pelan, sambil menepuk-nepuk tangan putrinya.
Ailin menoleh, Dia yang sudah menganggap Anissa sebagai sahabatnya, begitu terkejut saat mendengar Anissa pergi dari rumah.
"Dia sahabatku. Anissa yang selalu merawatku di sana. Dimana sekarang dia?" kata Ailin yang seketika langsung bangkit dari duduknya, dengan wajah begitu khawatir.
Melihat itu, Elang langsung saja ikut bangkit lalu mengajak Ailin untuk duduk kembali.
"Kamu cukup tenang di sini saja! Urusan Anissa, biar aku yang mencarinya," gumam Elang meyakinkan.
"Tidak! Aku akan ikut denganmu, Damar! Aku ingin bertemu sahabatku." ucap Ailin yang masih saja menganggap Elang sebagai Damar.
Elang memejamkan matanya dalam-dalam. Jika saja wanita di depanya wanita yang benar-benar sehat, mungkin saja Elang akan mejitak kepala Ailin saat ini.
"Aku berjanji padamu ... Jika sahabatmu sudah ketemu, aku akan mengajaknya datang ke sini. Percayalah!" jawab Elang dengan sorot mata meyakinkan.
Ailin hanya mengangguk, lalu duduk kembali.
Flashback off
"Aden kenapa, kok cemberut gitu sejak tadi?" tegur mbok Marni yang sejak tadi sudah ingin melontarkan kalimatnya itu.
Elang mendengus kesal. Dia masih berjalan menuju ke ruangan rawat Prabu.
"Jika saja wanita itu tidak gila, hemm ... Pasti sudah ku jitak kepalanya, Mbok!" greget Elang, jika ingat Ailin terus saja memanggilnya Damar.
Mbok Marni terkekeh, hingga membuat Elang seketika menoleh, "Kok malah Simbok ketawa sih?"
"Tapi ya Den ... Simbok rasa, non Ailin tertarik dengan anda. Dan baru kali ini, Nona menatap lawan jenisnya dengan begitu lekat ...."
Elang mengernyit, "Memangnya, dulu bagaimana saat dia berada di dekat Prabu?"
"Non Ailin tidak pernah bercengkrama lebih dengan Tuan muda. Nona juga tahu, kalau Tuan Prabu itu bukan kekasihnya. Setiap malam, Nona selalu tidur sambil memeluk figura Tuan Damar. Mungkin, jika saat anda melihat kelembutan sikap Tuan Prabu kepada Nona ... Itu semata, karena Nona sudah di anggap keluarga oleh Tuan. Dan juga sebaliknya ... Non Ailin hanya menganggap Tuan muda sebagai adiknya. Karena hanya Tuan Prabu yang dapat memberi kasih sayang, disaat Tuan Damar tiada! Banyak orang yang salah paham atas perilaku Tuan muda. Entahlah Den ...." terang mbok Marni.
Elang terdiam. Pikiranya menerobos jauh ke waktu lalu, yang mungkin baginya, perasaan itu harus dia kubur dalam-dalam.
Ceklek
Fahmi yang sedang duduk sambil memangku laptop kerja. Sontak saja menghentikan aktivitasnya, karena mendengar pintu terbuka dari luar.
"Tuan Elang, Simbok ...." sapa Fahmi seraya bangkit dari duduknya.
"Bagaimana keadaanya, Fahmi?" tanya Elang sambil mendekat kearah ranjang sepupunya.
"Ya ALLAH Tuan ... Kenapa anda bisa sampai seperti ini ....." gumam mbok Marni sambil menaikan sedikit selimut yang menutupi badan Prabu.
Fahmi mendekat. Tatapanya masih melekat kearah Tuannya.
"Seperti yang anda lihat, Tuan! Tadi, sebelum anda datang ... Tuan sempat lari dari ruanganya, dia berteriak menyebut nama Nyonya muda. Tuan berlari hingga di pinggir jalan, dan pingsan kembali," terang Fahmi dengan tatapan iba.
Elang masih menatap wajah pucat Prabu yang saat ini damai dalam tidurnya.
"Bagaimana tadi yang dokter ucapkan?"
Fahmi kembali ke arah sofa, untuk mengambil hasil tes laborat tentang penyakit Prabu.
"Ini tuan," Fahmi menyerahkan amplop coklat yang terdapat logo rumah sakit tersebut.
Elang menerimanya, dan langsung di buka. Dia sedikit terkejut, atas penyakit yang selama ini di derita sang sepupu.
"Jangan ada yang memberi tahu budhe Laksmi, tentang masalah kesehatan Prabu!" ujarnya saat memasukan kertas itu kembali.
dah tau penyakitan mlh nikah tp nyiksa istrinya bawa pulang wanita lain pula.
semoga smpat minta maaf ke anisa sebelum mati tu si Prabu.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.