Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebatas Pacar Sewaan
Adelia untuk kesekian kalinya makan siang di temani oleh Arga. Ia merasa Adelia masih belum bisa bersikap biasa padanya. Wanita itu sepanjang perjalanan lebih banyak diam daripada bercerita ataupun mengobrol dengannya. Sesekali Arga mendapati Adelia lebih memilih melihat keluar kaca jendela mobil. Suasana begitu hening tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun.
"Sepertinya kalau ada gelas yang pecah pasti rame," celetuk Arga.
Adelia menatap bingung ke arah Arga. Apa hubungannya gelas pecah dengannya? Dahi Adelia mengkerut seolah mengundang tanya dari perkataan Arga barusan.
"Dari tadi kamu diam, kalau ada gelas pecah pasti jadi rame. Respon pertama berteriak kaget," jelas Arga cengar-cengir. Ia tahu perkataannya tidak lucu, namun mampu membuat Adelia tersenyum. Wanita yang mampu meruntuhkan hatinya dalam diam.
"Enggak lucu deh," balas Adelia sambil tersenyum.
"Tapi setidaknya kamu jadi mau bicara sama aku."
Arga merasa sedikit mendapat kemenangan bisa membuat Adelia mau kembali bicara padanya. Padahal mereka tidak dalam kondisi bertengkar, namun jarak yang di buat Adelia mampu membuat keduanya terdiam seperti orang asing.
Adelia hanya senyum-senyum menanggapi perkataan Arga. Matanya tak sengaja bertemu dalam satu titik pada bola mata Arga. Keduanya saling melihat sejenak, ada getaran aneh di sana. Buru-buru Adelia mengedipkan matanya dan segera melihat ke arah lain.
"Mau makan dimana?" tanya Arga. Ia tidak ingin mereka berdua terkungkung dalam kecanggungan.
"Eh, dimana ya. Sebenarnya aku pingin makan bakso di pinggir jalan. Tapi, kamu mau nggak?" tanya Adelia. Ia yakin seorang Arga tidak akan mau makan di tempat seperti itu.
"Tunjukkan saja arah jalannya, kebetulan aku juga ingin makan bakso," tutur Arga.
'Ih, orang ini beneran enggak sih mau makan bakso di sana?'
'Atau ia hanya merasa tidak enak padaku?' batin Adelia.
Setelah Adelia menunjukkan arah jalannya, Arga dengan cepat bisa sampai di warung bakso yang di maksud Adelia.
Ketika mereka turun dari mobil, sontak semua mata tertuju padanya dan Arga. Adelia lupa mobil Arga kelihatan mencolok di antara kendaraan yang terparkir di sana. Dan lagi penampilan Arga yang super tampan membuat kaum hawa meliriknya genit mencoba merebut hati Arga.
"Eh, Non Adelia ... sudah lama tidak kemari?" tanya pemilik warung.
"Iya, bagaimana kabarnya?" sapa Adelia.
Semenjak Adelia menjadi istri Adrian, ia di larang makan bakso di warung pinggiran. Kata suaminya, jika makan di warung pinggiran akan ketularan kere. Padahal tidak begitu menurut Adelia. Suaminya memang sudah lupa diri setelah di angkat menjadi wakil direktur. Ia selalu saja membatasi pergerakan Adelia.
"Sehat, mau pesan apa nih?" tanya tukang baksonya sambil melirik pria di samping Adelia. Lelaki tampan yang tidak di kenalnya. Karena terakhir ia tahu Adelia pernah bersama suaminya ke warung bakso untuk makan. Tapi bukannya bisa makan bakso yang di dapatkan, malahan omelan suaminya. Tak ingin mengorek lebih dalam, pemilik warung itu langsung menanyakan pesanan pada Adelia.
"Bakso komplit dua ya, Bang," jawab Adelia.
"Oh, ya es jeruknya dua juga," imbuhnya.
"Siap, tunggu sebentar ya Non. Silahkan duduk dulu."
Adelia dan Arga mencari kursi yang kosong untuk mereka duduki. Kebetulan ada dua orang pelanggan yang bersiap-siap untuk pergi karena sudah menghabiskan baksonya. Sehingga tempat itu bisa di tempati mereka.
"Maaf, mengajakmu makan di sini," ungkap Adelia. Ia merasa tidak enak pada Arga. Bukannya mengajaknya makan di restoran mewah malahan di warung kelas kaki lima.
"Tidak apa-apa, dulu sebelum sibuk di perusahaan. Aku juga sering makan bakso bersama teman-temanku," balas Arga.
"Oh, ya. Tapi ... habis itu tidak pernah, kan?"
"Iya sih, soalnya aku nunggu di ajak makan sama bidadari cantik sepertimu," goda Arga.
"Nah, mulai gombal deh," balas Adelia. Percakapan mereka terhenti sejenak manakala pemilik warung bakso meletakkan pesanan Adelia di atas meja.
"Silahkan."
"Terima kasih, Pak."
"Hemm, sepertinya enak," kata Arga mencium aroma baksonya. Adelia sesaat memperhatikan gerak-gerik Arga ketika menyantap baksonya. Tak ada kecanggungan sedikitpun. Itu berarti Arga memang pernah makan bakso sebelumnya.
"Mas, bisa bantu aku tidak?" tanya Adelia sembari menikmati baksonya.
"Bantu apa, kalau aku bisa pasti aku bantu," balas Arga.
"Bantu aku bercerai dengan suamiku."
Perkataan Adelia cukup mengagetkan Arga, sekaligus angin segar untuknya.
"Loh, kok bercerai memangnya kenapa?" tanya Arga pura-pura tidak tahu. Dalam hatinya ia senang karena Adelia berpikiran untuk menceraikab suami brengseknya.
"Panjang sih ceritanya, nanti aku ceritain di mobil," kata Adelia. Entah di beri kekuatan dari mana tiba-tiba Adelia berani mengambil keputusan sebesar itu untuk kehidupannya. Padahal, ia dulu bersikeras tidak mau bercerai dengan Adrian karena mempertimbangkan kesehatan orang tuanya.
"Oke, aku akan bantu sebisaku," jawab Arga.
Mereka pun menyelesaikan makan siangnya. Setelah di akhiri menyeruput es jeruk yang menyegarkan. Tak lupa Arga membayar totalan harga baksonya pada penjualnya.
"Sudah, kembaliannya buat tambah modal bapak saja," tolak Arga sewaktu ia menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu pada pemilik bakso.
"Tapi, ini kebanyakan buat saya," katanya merasa tidak enak menerimanya.
"Anggap saja ini pujian dari saya karena bakso bapak sangat enak sekali," kata Arga.
Terharu nendengar ucapan Arga, pria tua itu memeluk Arga. "Terima kasih, semoga kamu selalu bahagia, Nak."
"Amin," ucap Arga.
Keduanya akhirnya pergi dari warung bakso itu dan melanjutkan perjalanan untuk pulang.
"Jadi bagaimana ceritanya kau sampai kepikiran menceraikan suamimu?" tanya Arga sambil menyetir mobilnya.
"Dia selingkuh," jawab Adelia pendek.
"Selingkuh? Kau memergokinya selingkuh?" tanya Arga. Ia ingin memastikan seberapa banyak yang di ketahui Adelia mengenai suaminya.
"Bukan hanya memergokinya, dia menikahi wanita selingkuhannya yang berhasil di hamilinya. Kami pernah satu rumah," jawab Adelia. Matanya nanar melihat lurus ke sepan seolah dapat menembus ruang dan waktu saat ketidakadilan itu menimpanya.
Arga kaget mendengar perkataan Adelia. "Itukah alasanmu memilih pergi darinya dan tinggal di apartemen?" tanya Arga.
"Benar, aku tidak tahan dengan perlakuan kedua orang itu." Bibir Adelia bergetar menceritakan perihal kelakuan bejat suaminya.
"Kau masih mencintanya?" tanya Arga penasaran.
"Entahlah, aku tidak tahu. Yang ku inginkan sekarang terbebas darinya. Itu saja," balas Adelia.
'Aku takut, kau masih mencintainya,' batin Arga.
"Dan boleh aku minta satu pertolongan lagi?" tanya Adelia.
"Katakan saja, kalau aku bisa pasti bantu kamu," balas Arga.
Adelia terdiam sejenak ia sedikit ragu terhadap pemikirannya kali ini. Ketakutannya adalah Arga tidak mau membantu misinya.
"Loh, kok diam. Memangnya kamu mau minta tolong aku apa?" tanya Arga penasaran.
"Bisa tidak berpura-pura menjadi pacarku sampai perceraianku di putuskan?" tanya Adelia.
---Bersambung---
"Bisa tidak berpura-pura menjadi pacarku sampai perceraianku di putuskan?" tanya Adelia.
"Hemm, pacar ya. Berani bayar berapa sewa pria setampan aku ini," goda Arga.
"Memangnya berapa yang kau mau?" Adelia sedikit gelagapan. Bagaimana bisa ia bisa terpikirkan untuk menyewa Arga menjadi pacar pura-puranya. Apa dirinya sedemikian tidak lakunya di mata pria?
"Cukup dengan satu kecupan saja, aku bisa mewujudkan keinginan Sang Putri," lanjut Arga. Adelia makin salah tingkah dengan godaan Arga.
"Satu kecupan, tidak ... tidak aku tidak mau," tolak Adelia.
"Ya sudah, aku tidak akan memaksa. Tenang saja, aku akan membantu Tuan Putri tanpa syarat," balas Arga.
Tentu saja ia mau saja di beri kesempatan bisa berdekatan terus dengan Adelia meskipun sebatas pacar sewaan.
"Terima kasih, setelah ini selesai kau boleh minta bantuan apapun. Pasti aku kabulkan," balas Adelia.
"Apapun?" tanya Arga lagi meminta kepastian dari Adelia.
"Ya, apapun. Aku pasti mengabulkannya," balas Adelia.