Dewasa🌶🌶🌶
"Apa? Pacaran sama Om? Nggak mau, ah! Aku sukanya sama anak Om, bukan bapaknya!"
—Violet Diyanara Shantika—
"Kalau kamu pacaran sama saya, kamu bakalan bisa dapetin anak saya juga, plus semua harta yang saya miliki,"
—William Alexander Grayson—
*
*
Niat hati kasih air jampi-jampi biar anaknya kepelet, eh malah bapaknya yang mepet!
Begitulah nasib Violet, mahasiswi yang jatuh cinta diam-diam pada Evander William Grayson, sang kakak tingkat ganteng nan populer. Setelah bertahun-tahun cintanya tak berbalas, Violet memutuskan mengambil jalan pintas, yaitu dengan membeli air jampi-jampi dari internet!
Sialnya, bukan Evan yang meminum air itu, melainkan malah bapaknya, William, si duda hot yang kaya raya!
Kini William tak hanya tergila-gila pada Violet, tapi juga ngotot menjadikannya pacar!
Violet pun dihadapkan dengan dua pilihan: Tetap berusaha mengejar cinta Evan, atau menyerah pada pesona sang duda hot?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Malam
Pujian Violet tadi masih terngiang di kepala William.
"Om makin ganteng deh kalau kayak gini."
Itu mungkin cuma basa-basi. Pujian spontan dari Violet karena habis diberi sesuatu yang dia suka. Tapi tetap saja, hal kecil itu cukup untuk membuat William merasa sangat bahagia.
Maka, sepanjang perjalanan pulang, senyum di wajahnya tak kunjung luntur. Bahkan, saat sudah sampai di apartemen, pria itu masih bersenandung kecil sambil melakukan aktivitasnya.
Evan, yang lagi-lagi melihat tingkah aneh ayahnya, langsung merasa curiga. Selama mengenal William, belum pernah sekalipun ia melihat pria itu terlihat sebahagia ini tanpa alasan yang jelas.
“Papa habis menang tender besar, ya?” tanya Evan akhirnya saat mereka makan malam bersama.
William, yang sedang menikmati makanannya, mengangkat wajah dengan ekspresi bingung. “Apa? Nggak kok.”
Evan mengernyit. “Oh... Terus, kenapa dari tadi Papa senyum-senyum sendiri?”
William hampir tersedak. Ia buru-buru meneguk air putih. “Hah? Ngomong apa sih kamu? Siapa yang senyum-senyum?”
Evan tidak langsung menjawab. Dia malah merogoh ponselnya, membuka galeri, lalu menyodorkan layar ke hadapan William.
“Nih, buktinya.”
Mata William membesar melihat fotonya sendiri yang diambil diam-diam oleh Evan. Disitu wajahnya terlihat tersenyum lebar seperti orang jatuh cinta.
“Kapan kamu ambil ini?!”
Evan tertawa puas. “Tadi, waktu Papa lagi nyanyi-nyanyi sendiri.”
William mendengus, tapi sekaligus malu karena merasa tertangkap basah. “Dasar bocah.”
Tapi rupanya Evan tak ingin melepaskan William begitu saja. Ia bersandar santai di kursinya, menatap papanya itu dengan penuh arti.
“Pa... ngaku deh. Papa punya pacar, ya?”
"Ohok! Ohok!" Kali ini William benar-benar tersedak. Ia buru-buru mengambil air minum lagi. “Evan, jangan ngawur kalau ngomong!”
“Yaelah, Pa, nggak usah ditutup-tutupin kali...” ujar Evan santai. “Lagian aku juga udah besar. Aku tahu hubungan Papa sama Mama udah nggak mungkin balik lagi. Mama juga udah beberapa kali bawa pacarnya ke rumah, jadi kalau Papa juga punya... ya, wajar aja.”
William menghela napas, lalu mengusap mulutnya dengan serbet. “Papa nggak punya pacar. Jangan mikir yang aneh-aneh kamu.”
“Habisnya...” Evan menatap ayahnya penuh selidik. “Udah lama aku nggak lihat Papa senyum selebar itu. Mana sampai nyanyi-nyanyi segala.”
William mengembuskan napas, lalu mengambil sepotong paha ayam besar dan meletakkannya di piring Evan. “Udah, makan aja. Nggak usah banyak omong.”
Evan tersenyum miring. “Kalau Papa beneran punya pacar—”
“Satu kata lagi keluar dari mulut kamu, kartu kredit kamu Papa sita.”
Evan langsung cemberut. “Ih, Pa, ancamannya nggak asik.”
William mengangkat bahu. Mereka pun kembali makan dalam diam, tapi di dalam hati, William mulai merasa gelisah. Evan terlalu jeli. Jangan-jangan anaknya itu benar-benar bisa mencium sesuatu?
...----------------...
Setelah makan malam, ayah dan anak itu pun melanjutkan kegiatan mereka masing-masing. Evan asyik menonton televisi di ruang tengah, sementara William kembali ke kamarnya.
Baru saja ia duduk di tepi ranjang, ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi muncul.
Purple mengirim foto.
Jantung William langsung berdegup lebih cepat. Ia buru-buru membuka pesan itu.
"Makasih ya, Om. Skincare-nya cocok banget di kulitku."
Pesan itu disertai sebuah foto, yaitu Violet yang tersenyum manis sambil memegang salah satu produk skincare yang tadi William belikan untuknya.
Mata William terpaku pada layar. Dia tidak tahu kenapa, tapi melihat foto itu membuat hatinya terasa berbunga-bunga.
Senyumnya mengembang.
Lalu, tanpa sadar...
"YES!"
Suaranya bergema di seluruh apartemen.
Tak sampai tiga detik kemudian, terdengar ketukan di pintu.
"Pa, kenapa Pa?" suara Evan terdengar dari luar.
William buru-buru menenangkan diri, berdehem, lalu menjawab dengan suara datar. "Nggak apa-apa! Cepetan tidur sana!"
Dari luar terdengar dengusan kesal. "Aneh..." gumam Evan sebelum langkah kakinya menjauh.
Sementara itu, di dalam kamar, William kembali menatap foto di ponselnya. Tangannya mengusap dagu, dan matanya menelusuri senyuman Violet di layar.
Sial. Dia malah semakin jatuh ke dalam pesona gadis itu. William hanya berharap obat penawar itu sampai lebih cepat supaya dia tidak semakin gila.
...----------------...
Di sisi lain, Violet justru sedang bersantai di kamarnya setelah mengirimkan foto pada William, tanpa tahu kalau aksinya barusan sudah sukses menggonjang-ganjingkan hati pria itu.
Gadis itu bercermin, mengoleskan berbagai produk skincare di wajahnya dengan riang.
Bagaimana tidak senang? Produk-produk yang diberikan William bukan barang murah. Kalau ia harus membeli sendiri, mungkin sebulan penuh uang makannya bakal habis hanya untuk skincare saja. Sekarang, dia bisa tampil glowing tanpa harus menguras uang jajannya.
"Apa ini rasanya jadi sugar baby ya?" gumam Violet sambil menatap bayangannya di cermin.
Dia lalu terkikik sendiri, geli membayangkan hal itu.
"Hihihi... kalau gitu, apa aku manfaatin aja ya? Aku tinggal bilang uangku habis, pasti langsung dikasih deh sama Om William."
Namun, selang beberapa detik, Violet buru-buru menepuk pipinya sendiri.
"Ya ampun, nggak boleh gitu, Violet! Jadi perempuan itu nggak boleh matre! Lagian Om William kan jadi begitu gara-gara efek air jampi-jampi yang aku kasih!"
Pikirannya kemudian tiba-tiba melayang pada satu hal yang lebih mengkhawatirkan.
"Eh, tunggu... kalau nanti obat penawarnya sampai, berarti Om William bakal balik ke mode awal, dong? Bisa-bisa dia nagih utang dua ratus sepuluh juta itu, ditambah sama skincare ini... Waduh, gawat!"
Kecemasan melintas di wajahnya. Tapi tak lama kemudian, ia menggeleng dan kembali tersenyum santai.
"Ah, yaudahlah... dinikmatin aja dulu. Yang lain pikir nanti."
Setelah selesai memakai skincare, Violet bersiap berbaring di kasur. Tapi baru saja hendak merebahkan diri, ia mendesah panjang melihat tumpukan pakaian bersih yang tergeletak di atas kasur.
Terpaksa, ia harus melipat pakaian-pakaian itu dulu sebelum bisa tidur dengan nyaman.
Saat melipat, Violet tiba-tiba merasa ada sesuatu yang janggal.
Alisnya berkerut.
"Kalau dipikir-pikir... kenapa akhir-akhir ini dalaman aku banyak yang hilang, ya?" gumamnya pelan.
Ia berhenti sejenak, mencoba mengingat-ingat.
"Apa ada yang ambil? Tapi siapa? Masa sih ada maling dalaman?"
Namun, logikanya menepis pikiran aneh itu.
"Haish... paling jatuh waktu dijemur terus aku nggak sadar."
Violet kembali melipat pakaian, berusaha tidak memikirkan hal-hal aneh. Setelah selesai, ia memasukkan pakaian ke lemari, lalu mematikan lampu dan merebahkan diri di kasur.
Tanpa ia sadari, di luar jendela, ada sepasang mata yang mengintai dalam gelap. Nafas berat sosok itu terdengar di keheningan malam, bersamaan dengan jemari kotornya yang menggenggam erat sehelai pakaian dalam milik Violet.
Laki-laki itu memejamkan mata sambil menempelkan kain kecil itu ke wajahnya...
Senyum menjijikkan terukir di bibirnya.
"Ah...Violet..."
Lalu, bayangan itu perlahan menghilang di balik gelapnya malam.
ngakak brutal ya allah
"mertuaku, mantan musuh bebuyutan ku..
atau
"mertuaku, besty SMA ku?
kalau sempat tau, habis kau om jadi dendeng balado..🤣🤣🤣
dia jujur gak tu depan bapak nya si cowok..😭😭