NovelToon NovelToon
Jejak Tanpa Nama

Jejak Tanpa Nama

Status: sedang berlangsung
Genre:Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dyy93

Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."

Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak yang Hilang

Malam tiba dengan suasana penuh keheningan di atas kapal yang membawa Arga dan timnya menjauh dari reruntuhan Abyssal Core. Langit di atas lautan gelap, hanya diterangi bintang-bintang yang terlihat redup karena kabut tipis yang menyelimuti area tersebut. Meskipun mereka berhasil menghancurkan fasilitas bawah laut Helios, rasa lega hanya sesaat. Nathan masih hidup, dan mereka tahu pertempuran ini jauh dari selesai.

Arga berdiri di dek kapal, menatap jauh ke horizon. Angin dingin menerpa wajahnya, tetapi pikirannya terlalu sibuk untuk memedulikan itu.

“Arga,” suara Alya memecah keheningan. Ia berjalan mendekat, membawa secangkir kopi untuknya. “Kau tidak tidur?”

“Aku tidak bisa,” jawab Arga, menerima kopi tersebut. “Kita mungkin menghancurkan Abyssal Core, tapi Nathan jelas punya rencana lain. Dia bukan orang yang mudah menyerah.”

Alya mengangguk pelan. “Aku juga merasa ini belum selesai. Tapi, setidaknya kita telah memberi pukulan besar padanya. Itu sesuatu yang patut kita syukuri.”

Arga tersenyum tipis. “Mungkin kau benar. Tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ini hanya permulaan.”

---

Di ruang kendali kapal, Lina dan Damar sibuk memeriksa data yang mereka berhasil ambil sebelum Abyssal Core dihancurkan. Mereka berharap menemukan petunjuk tentang lokasi Nathan atau rencana cadangannya.

“Semua data ini sangat terfragmentasi,” kata Lina, frustrasi. “Nathan menggunakan enkripsi yang lebih rumit dari sebelumnya. Aku butuh waktu untuk memecahkannya.”

“Berapa lama?” tanya Damar sambil memandangi layar yang dipenuhi kode-kode.

“Beberapa hari, mungkin lebih,” jawab Lina. “Tapi aku yakin kita bisa menemukan sesuatu di sini.”

“Baiklah,” kata Damar. “Kau fokus pada itu. Sementara itu, kita harus memastikan semua orang siap untuk apa pun yang akan datang.”

---

Beberapa jam kemudian, Lina akhirnya menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ia memanggil semua orang ke ruang kendali.

“Aku menemukan sesuatu,” katanya, suaranya dipenuhi rasa cemas. “Sebelum Abyssal Core hancur, sistemnya sempat mengirimkan sinyal ke lokasi lain.”

“Lokasi lain?” tanya Arga, duduk di depan layar.

“Ya,” jawab Lina sambil menunjuk koordinat di layar. “Tempat ini berada di daerah terpencil di pegunungan Andes. Aku belum yakin apa yang ada di sana, tapi kalau Nathan mengirim sinyal ke sana, itu pasti penting.”

Damar bersandar di kursinya. “Pegunungan Andes? Itu jauh dari laut. Apa mungkin Nathan punya fasilitas lain di sana?”

“Segalanya mungkin,” kata Alya. “Kita tahu Nathan selalu punya rencana cadangan.”

Arga berpikir sejenak, lalu berkata, “Kalau itu adalah tujuan Nathan, maka kita harus bergerak cepat. Semakin lama kita menunggu, semakin besar peluang dia memperkuat posisinya

Arga melanjutkan, "Kita berangkat ke Andes secepat mungkin. Ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk menghentikannya sebelum dia merencanakan serangan balasan."

Alya mengangguk. "Aku akan mulai mempersiapkan perlengkapan. Pegunungan Andes bukan tempat yang ramah, terutama di ketinggian seperti itu."

Damar menambahkan, "Kita juga perlu memeriksa kondisi tim. Setelah apa yang baru saja kita lalui di Abyssal Core, kita tidak bisa pergi tanpa persiapan matang."

---

Keesokan harinya, kapal mereka merapat di sebuah pelabuhan kecil. Tim segera membagi tugas. Alya dan Damar pergi membeli persediaan, sementara Arga dan Lina mengurus logistik dan transportasi ke Andes.

Di sela-sela itu, Lina terus mempelajari data yang mereka temukan. Ia mencoba menghubungkan potongan informasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya direncanakan Nathan.

“Arga,” katanya, ketika mereka sedang berjalan menuju tempat pertemuan. “Aku menemukan sesuatu yang aneh.”

“Apa itu?” tanya Arga.

“Dari data yang kita dapatkan, tampaknya Nathan tidak hanya membangun teknologi untuk mengendalikan iklim,” jelas Lina. “Ada sesuatu tentang proyek bernama Project Zenith. Aku belum tahu detailnya, tapi proyek ini sepertinya lebih besar daripada yang kita duga.”

“Lebih besar bagaimana?”

“Dari dokumen yang berhasil aku pecahkan, sepertinya Nathan mencoba menciptakan semacam sistem energi tak terbatas. Ini bukan hanya tentang senjata atau kekuasaan. Dia ingin menciptakan dunia yang sepenuhnya bergantung padanya. Kalau dia berhasil, dia tidak hanya akan mengendalikan pemerintah, tapi seluruh peradaban.”

Arga terdiam, memproses informasi itu. “Kita harus menghentikan ini. Apa pun rencananya, kita tidak bisa membiarkannya berhasil.”

---

Beberapa hari kemudian, tim tiba di kaki pegunungan Andes. Mereka menyewa helikopter untuk mendekati koordinat yang ditemukan Lina. Namun, medan di pegunungan itu tidak memungkinkan mereka mendarat terlalu dekat.

“Kita harus berjalan kaki dari sini,” kata pilot helikopter. “Lokasi yang kalian tuju terlalu berbahaya untuk diterbangi.”

Tim turun dengan perlengkapan lengkap, menatap puncak pegunungan yang tertutup salju. Udara dingin menyengat, dan angin kencang membuat perjalanan semakin sulit.

“Kita harus bergerak cepat,” kata Arga. “Nathan mungkin sudah tahu kita menuju ke sini.”

---

Di tengah perjalanan, mereka menemukan tanda-tanda aktivitas manusia. Jejak ban kendaraan besar dan bekas kemah terlihat di sepanjang rute menuju koordinat.

“Helios sudah ada di sini,” kata Damar, menatap jejak itu dengan cermat.

“Kalau begitu, kita harus lebih berhati-hati,” balas Alya.

Ketika mereka semakin mendekat, mereka melihat sebuah fasilitas besar tersembunyi di balik tebing. Fasilitas itu terlihat seperti pabrik, dengan asap tipis mengepul dari cerobong-cerobongnya.

“Itu dia,” kata Lina sambil menunjuk ke arah bangunan. “Fasilitas utama Helios.”

“Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kita masuk tanpa diketahui?” tanya Damar.

Arga memandang ke arah fasilitas itu dengan serius. “Kita akan menemukan cara. Tapi kali ini, kita harus memastikan Nathan tidak punya jalan keluar.”

---

Tim mendekati fasilitas dengan hati-hati, menggunakan bebatuan besar dan pepohonan sebagai perlindungan. Mereka mengamati gerakan penjaga dan drone yang berpatroli di sekitar area.

“Kita butuh distraksi,” kata Alya. “Kalau tidak, kita tidak akan pernah bisa mendekat.”

“Lina,” kata Arga. “Apa kau bisa mengakses sistem mereka dari sini?”

“Aku bisa mencoba,” jawab Lina sambil mengeluarkan perangkatnya. “Berikan aku waktu beberapa menit.”

Saat Lina bekerja, tim lainnya berjaga-jaga, memantau pergerakan penjaga. Setelah beberapa saat, Lina tersenyum puas.

“Aku berhasil mengganggu sistem drone mereka,” katanya. “Tapi gangguan ini hanya bertahan beberapa menit.”

“Itu cukup,” kata Arga. “Kita bergerak sekarang.”

---

Mereka berhasil masuk ke dalam fasilitas melalui celah di pagar belakang. Di dalam, mereka menemukan bahwa fasilitas itu jauh lebih besar daripada yang terlihat dari luar.

“Ini seperti kota kecil,” bisik Alya.

“Dan lihat itu,” tambah Damar, menunjuk ke pusat fasilitas, di mana sebuah menara besar berdiri. “Pasti di sana tempat Nathan berada.”

Arga mengangguk. “Kita pisah tim. Alya dan Damar, kalian pasang bahan peledak di sekitar fasilitas ini. Lina, kau ikut denganku. Kita menuju menara itu.”

Mereka segera bergerak, masing-masing dengan tugas yang jelas.

Namun, ketika Arga dan Lina mendekati menara, suara Nathan terdengar dari speaker di sekeliling mereka.

“Kalian benar-benar gigih,” katanya, dengan nada dingin. “Tapi ini adalah akhir perjalanan kalian. Selamat datang di benteng terakhir Helios.”

Lampu di sekitar mereka tiba-tiba menyala, dan puluhan robot penjaga muncul dari setiap sudut.

“Bersiaplah!” seru Arga, mengangkat senjatanya.

Bab ini berakhir dengan ketegangan yang memuncak, membuka jalan untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib mereka. Apa yang menanti mereka di menara? Akankah mereka berhasil menghentikan Nathan sebelum terlambat?

1
La Otaku Llorona <33
Tungguin lama-lama juga bikin kangen 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!