Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Cyara keluar dari kamarnya dengan penampilan yang nyaris sempurna. Pada dasarnya, gadis itu memang cantik alami. Tapi penampilannya kali ini sangat cantik. Gadis itu merasa heran saja, kenapa pertemuan seperti ini di lakukan pagi menjelang siang seperti ini. Padahal biasanya mereka akan berangkat beribadah bersama.
"Papi...", Cyara memanggil papinya yang sedang membenarkan jas nya sebelum menuruni tangga.
"Ya?'',sahutnya.
"Mana ponsel Cya?'', tanya gadis itu. Papi Cyara mengangkat ponsel Cyara tapi ia kembali memasukkannya ke saku jas nya.
"Papi...!''
"Setelah acara kita selesai, papi baru kembalikan ponsel kamu!''
Cyara menggeleng tak percaya.
"Papi, ini acara papi...bukan acara ku. Kenapa kita harus melakukan pertemuan seperti ini dibandingkan berangkat ibadah? Papi..."
"Kita ibadah sore nanti setelah acara pertemuan dengan keluarga rekan bisnis papi selesai.''
"Itu acara Papi!''
"Tapi masa depan kamu yang kita bicarakan!''
Cyara terhenyak. Ia memang sudah mendengar dari maminya tentang perjodohannya dengan anak rekan bisnis papinya. Tapi tentu Cyara tidak mau apalagi ia tak mengenal calonnya itu. Dan yang pasti, ia mencintai Arshaka!
"Turuti apa kata Papi mu, Cya! Tolong!'', kata maminya mengusap bahu Cya yang terbuka. Dengan wajah lesu, Cyara pun ikut turun bersama maminya yang menyusul papi menemui tamunya.
Suasana ruang tamu tampak ramai di isi oleh para tamu papi dari Cyara.
"Nah, itu Cyara!'', kata papi. Semua menoleh ke arah tangga di mana Cyara berjalan pelan beriringan dengan maminya.
Seorang pemuda menatap kagum pada Cyara. Sedang Cyara sendiri tampak menunjukkan wajah datarnya tanpa tersenyum sama sekali.
"Kemari sayang!'', panggil papi yang meminta Cyara duduk di apit oleh kedua orang tuanya.
"Ya Tuhan...Cyara cantik sekali kamu nak!'', kata seorang perempuan yang usianya di bawah mami Cya.
Cyara terpaksa menyunggingkan senyumnya.
"Terimakasih tante...!''
"Oh iya, Cyara udah kenal kan sama anak tante? Pasti kenal lah ya hehehhe...", ujar perempuan modis itu. Cyara menoleh ke samping perempuan itu, Kedua pasang mata itu saling menatap beberapa saat.
"Apa kabar Cya?'', tanya pemuda itu.
"Baik!'', jawab Cyara singkat.
"Willy, kamu pernah bilang sama mommy kalau kamu dan Cyara pernah pacaran waktu kelas sepuluh SMA kan?'', tanya mommy nya Willy.
Seketika itu juga Cyara tersentak,
Willy? Dia Willy? Batin Cyara.
"Benarkah?'', justru papinya Cyara yang antusias. Willy tampak senyum-senyum.
"Iya, om.''
"Wah...kebetulan sekali ya. Kalau begitu, kita tidak butuh waktu lama untuk membicarakan soal perjodohan mereka ya? Selama ini, Willy tak pernah punya pacar!'', ujar daddy dari Willy.
"Cyara juga belum punya pacar kok, ya kan sayang?'', papinya menggenggam kencang tangan Cyara hingga gadsi itu hanya bisa pasrah mengangguk.
"Setelah makan siang, nanti kalian ngobrol berdua saja ya! Barangkali mau nostalgia masa SMA!'', kata mommy Willy yang disambut kekehan ringan oleh para orang tua.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
"Kamu serius, Ca?'', tanya Galang yang hampir tak percaya jika Ica menerima cintanya. Gadis itu hanya mengangguk malu.
"Tapi...apa Mas Galang mau menerima apa ada nya Ica? Kamu tahu kan selama ini mungkin sikapku kekanak-kanakan dan..."
"Apapun Ca...!'', sahut Galang. Ica tersenyum tipis.
"Boleh ngga kalau aku mau bicara sama abi kamu.''
"Bicara apa ya?'', tanya Ica.
"Soal keputusan kamu barusan. Dan berhubung niat ku ngga untuk main-main...aku mau abi kamu juga mengetahui hubungan kita."
Tak di duga, tiba-tiba Syam sudah berjalan menuju ke arah mereka yang ada di sofa. Lelaki itu duduk di samping Ica.
"Om sudah mendengarnya. Maaf kalau Om nguping pembicaraan kalian.''
Galang justru tersenyum tipis.
"Ngga perlu minta maaf Om. Sebagai seorang ayah, wajar kalau om selalu menjaga anak perempuan om.''
Syam menganggukkan kepalanya pelan.
"Saya tidak akan melarang kalian untuk berhubungan. Tapi saya harap, jangan ada kontak fisik berlebihan. Kalian belum mahram.''
Ica meringis sambil melirik abinya.
"Insyaallah Om. Saya akan menjaga Ica. Dan kalau om berkenan...saya akan membawa orang tua saya untuk menemui keluarga Om sebagai bukti keseriusan saya.''
Ica mengerjapkan matanya cepat.
"Boleh saja, untuk menyambung tali silaturahmi kan? Kalau untuk mengkhitbah Ica , om rasa ini terlalu cepat.''
"Iya om, sekedar berkenalan lebih dulu. Dan insyaallah ke depannya bisa menyegerakan niat baik saya.''
"Terimakasih nak Gilang atas keberanian kamu.''
"Galang Om!'', protes Galang.
"Galang Abi!'', Ica membenarkan ucapan abinya yang salah panggil nama. Lelaki itu pun tertawa pelan.
"Iya...maaf-maaf...!''
Pembicaraan itu pun usai. Gendhis dan Gilang sudah bergabung lagi. Setelah puas mengobrol, tamu-tamu Ica pun pulang.
"Abi ingin bicara berdua sama kamu, Ca!''
Ica membeku mendengar abinya yang auranya sudah berubah dingin tak sehangat tadi saat bersama triplet.
@@@@@@@@@@@
TERIMAKASIH :):):):0
duh jgn sampai terjadi sesuatu sama ica
a.ica
b.shaka
c. mak othor...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣