Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 : Peperangan Ke Tiga Pangeran
Dalam perjalanan menuju Windhelm. Pangeran Rowan duduk tegak di atas kudanya, wajahnya memancarkan senyum penuh perhitungan. Hutan di sekitar mereka mulai memudar, berganti dengan jalan berbatu menuju Windhelm. Rowan melirik Putri Seraphine yang menunggang di sampingnya, wajahnya tetap dingin dan fokus.
"Seraphine," Rowan memecah keheningan, "kau tahu rencana berikutnya, bukan? Setelah ini, kita akan menyerang markas Dale."
Putri Seraphine melirik singkat, lalu berkata dengan tenang, "Kau yakin ini saat yang tepat? Velindra telah benar-benar mengendalikan Dale, dia bisa saja menyiapkan jebakan di sana."
Rowan tertawa pelan, tetapi tawanya terdengar dingin. "Justru itulah alasan kita harus menyerangnya sekarang. Dia tidak memiliki banyak pasukan yang tersisa di ibu kota. Dan tentu saja, dia tak akan bisa kembali dengan cepat untuk memperkuat pertahanannya."
Seraphine tersenyum kecil, meski sorot matanya tetap serius. "Kau telah memastikan Alaric dan Cederic mengikuti arahan kita, kan?"
Rowan mengangguk, ekspresinya penuh percaya diri. "Tentu saja. Kedua kakak kita itu sangat mudah dimanipulasi. Mereka itu sama gila nya dengan tahkta, Mereka hanya butuh sedikit dorongan untuk saling berperang dengan Dale."
Seraphine tertawa kecil, tetapi suaranya terdengar tajam. "Menyenangkan melihat mereka bertiga saling menghancurkan. Dan ketika mereka lemah, kita yang akan merebut semuanya."
Rowan menoleh padanya, senyumnya lebar dan penuh tipu daya. "Persis seperti yang aku pikirkan. Velindra boleh merasa dirinya penguasa dibalik bayangan, tetapi dia salah dengan satu hal, Yaitu tidak memperhitungkan ambisi kita."
Mereka berdua tertawa, suara tawa itu menggema di sepanjang jalan.
Pasukan Dale baru saja mencapai wilayah netral di antara Valencia dan daerah kekuasaan Elias, Claytis. Barisan prajurit mereka bergerak perlahan di bawah komando Medeline atau Velindra, seperti yang lebih dikenal oleh orang-orang di balik bayangan. Wajahnya penuh amarah, tetapi ia tetap menjaga senyumnya yang licik.
Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti. Di depan, dua sosok gagah berdiri dengan pasukan besar yang berjajar rapi. Pangeran Alaric, sang sulung, mengenakan baju zirah keemasan, sementara Pangeran Cederic, sang pangeran kedua, memegang tombak panjang dengan aura tenang namun mematikan.
Alaric maju beberapa langkah, matanya menatap Dale dengan dingin. "Dale, Kau sudah melangkah terlalu jauh. Tapi langkahmu akan berhenti di sini."
Cederic menyeringai tipis. "Kau membawa pasukan untuk menyerang wilayah Elias ya? Jangan kira kami akan membiarkanmu lewat begitu saja."
Medeline, yang berdiri di samping Dale, menyipitkan matanya. "Minggir, kalian tidak tahu siapa yang kalian hadapi."
Alaric tertawa keras. "Oh, kami tahu betul. Kau pikir kami tidak tahu kau yang mengendalikan Dale? Kau pikir kami tidak tahu tentang permainan busuk mu, Velindra?"
Medeline berhenti tersenyum. Amarahnya memuncak, tetapi ia tetap tenang. Ia melirik Dale, lalu memberikan perintah dengan nada tajam. "Bunuh mereka."
Tanpa aba-aba, Dale menarik pedangnya. Kilatan mata kosongnya berubah tajam, seperti binatang buas yang dilepas dari kandangnya. Ia maju dengan kecepatan luar biasa, menyerang kedua saudaranya tanpa ragu.
"Beraninya kalian menghalangi jalanku!" teriak Dale, pedangnya menebas dengan kekuatan besar.
Alaric mengangkat perisainya, menahan serangan itu, tetapi dampaknya membuatnya mundur beberapa langkah. "Kau benar-benar berubah, Dale! Kau bukan lagi adik ku yang dulu yah"
Cederic melompat ke samping, menyerang balik dengan tombaknya. Namun, Dale memutar tubuhnya dengan lincah, menangkis serangan itu.
"Akan ku singkirkan siapapun yang menghalangi!" Dale menggeram, serangan-serangannya semakin beringas.
Medeline berdiri di belakang, memperhatikan pertarungan itu dengan mata dingin. "Terus serang mereka, Dale. Jangan biarkan mereka mengganggu rencana kita!."
Namun, Alaric dan Cederic tidak menyerah. Alaric menyerang dengan pedang besar yang memancarkan cahaya emas, mencoba memecahkan pertahanan Dale. "Sadarlah, Dale! Kau hanya akan menjadi boneka mereka!"
Dale tidak menjawab, tetapi serangannya semakin kuat. Pertarungan itu berubah menjadi pertempuran brutal di mana ketiga pangeran saling menghancurkan, sementara pasukan masing-masing mulai terlibat dalam pertempuran besar-besaran.
Di sela-sela serangan, Cederic berteriak pada Alaric, "Kita harus memisahkannya dari wanita itu! Dia sumber kendalinya!"
Alaric mengangguk, lalu mencoba memanfaatkan celah dalam pergerakan Dale. Namun, Medeline, yang menyadari rencana mereka, melangkah maju. Tangannya terangkat, dan sebuah artefak kecil berkilauan di tangannya.
"Kalian terlalu bodoh jika berpikir bisa mengalahkan ku!" serunya. Cahaya gelap keluar dari artefak itu, membuat pasukan Dale semakin beringas dan menyerang tanpa ampun.
Melihat itu, Alaric menggeram. "Kita harus menghancurkan artefaknya!"
"Kalau begitu, ayo kita buat ini berakhir," balas Cederic sambil memutar tombaknya dan melancarkan serangan langsung ke arah Medeline.
Medeline menyeringai licik. "Ayo, coba saja."
Sementara itu, Rowan dan Seraphine telah kembali ke istana Windhelm. Dari balkon tinggi, mereka memandang ke arah medan perang yang jauh. Rowan tersenyum puas, sementara Seraphine tetap tenang.
"Sudah dimulai," ucap Rowan santai. "Sekarang, kita hanya perlu menunggu mereka saling menghancurkan. Ketika saatnya tiba, kita akan turun tangan dan mengambil alih segalanya."
Seraphine melirik Rowan. "Pastikan Velindra tidak memiliki kesempatan untuk menang. Jika dia tetap bertahan, dia akan menjadi ancaman serius."
Rowan mengangguk. "Jangan khawatir. Aku punya rencana untuk itu."
Keduanya tertawa kecil, penuh ambisi, sementara di kejauhan, suara perang terus bergema. Tiga pangeran bertarung habis-habisan, tetapi bayang-bayang Rowan dan Seraphine semakin dekat untuk mengambil segalanya.