Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Penolakan Amelia
"Tapi-- Amora eh maksudku Amel, kau lupa jika saat ini kau berada di Jerman?. Dan adik serta ibumu sudah dimakamkan delapan bulan yang lalu," ujar Maxime menatap lurus pada Amelia dan melihat reaksi dari gadis itu.
"Ha?"
"Amel kau mengalami hilang ingatan selama delapan bulan belakangan. Itu karena sebuah kecelakaan yang kau alami," jelas Maxime dengan begitu hati-hati.
Gadis itu tiba-tiba menegang, kejadian kecelakaan itu kembali menyeruak masuk kedalam ingatannya. Nafas gadis itu terlihat memburuh dengan wajah yang terlihat pucat pasi.
"Amel...kau baik-baik saja?," tanya Maxime yang terlihat kuatir melihat keadaan Amelia. Pria itu mendekati Amelia dan mengguncang tubuh gadis itu.
"Pergi Max!, aku membencimu," teriak Amelia tiba-tiba saja membuat Maxime mengerutkan keningnya dengan perubahan sikap Amelia.
"A-mel kau--kenapa?," tanya Maxime.
"Pergi dari sini Max, aku membencimu. A-aku-- menyesal datang ke sini mencarimu," jawab A-melia setengah berteriak menatap Maxime dengan penuh kebencian.
Maxime menegang mendengar ucapan Amelia. Pria itu tidak menyangka jika Amelia akan sebenci itu padanya. Pria itu terluar menggeleng pelan dan tetap menghampiri Amelia, memeluk gadis itu untuk memenangkannya.
"Tidak Amel, jangan membenciku. Aku minta maaf atas kejadian delapan bulan yang lalu. Aku--
"Lepas!," seru Amelia yang terlihat memberontak.
"Amel... dengarkan dulu alasanku kenapa aku tidak datang malam itu. Setelah itu terserah padamu jika ingin tetap membenciku. Aku akan kembali meluluhkan hatimu sama seperti dulu," jawab Maxime menangkup kedua pipi Amelia dan menatap dalam kedua manik mata gadis itu.
Melihat Amelia sudah terlihat tenang, Maxime melepaskan pelukannya lalu mengenggam kedua tangan gadis itu. Maxime menghela nafas beratnya dan meyakinkan dirinya untuk bisa mengatakan hal yang sebenarnya pada Amelia kenapa malam itu ia tidak datang.
"Amel...aku tidak tahu sama sekali jika kau mengikutiku kesini karena semenjak penolakan dari ibumu saat itu aku memutuskan untuk memblokir nomor ponselmu dan mencoba menerima jika kita memang tidak berjodoh. Aku kembali ke negara ini berusaha untuk melupakanmu," jelas Maxime.
"Sungguh Amel aku tidak tahu, kamu datang kesini mencari keberadaanku. Saat pertama kali kau muncul kembali sebagai Amora, aku berusaha menepis jika itu bukan kamu tapi kalian begitu mirip sehingga aku berusaha menyelidiki siapa Amora dan aku begitu kesulitan. Hingga suatu hari Emily mengatakan kegagalan pernikahanmu dan juga kamu tidak ditemukan dimana pun aku membuka blokiran nomor ponselmu hingga aku menemukan begitu banyak pesan darimu dan juga panggilan tidak terjawab," sambung Maxime.
"Aku sudah menjelaskannya, terserah padamu jika kamu percaya atau tidak," ucap Maxime berdiri dari duduknya dan memberikan ruang pada Amelia untuk mencerna semuanya. Ia tidak ingin memaksa Amelia mempercayai penjelasannya. Maxime akhirnya pergi meninggalkan kamar yang ditempati Amelia karena gadis itu tidak kunjung membuka suara menanggapi penjelasannya.
***
Pagi menjelang, Amelia tampak sudah rapi dengan mini dress yang membalut tubuhnya. Ia menatap penampilannya didepan cermin. Semalaman ia tidak lagi bisa tidur setelah Maxime meninggalkan kamarnya. Semua rentetan kejadian yang ia lewati setelah ia mengalami amnesia menghantuinya. Ia bergabung dengan kelompok mafia yang ada di negara ini itu yang ia ingat. Bahkan Revan dan Kakek Armand, ia juga mengingatnya. Serta perjanjian yang ia lakukan dengan Kakek Armand lima bulan yang lalu.
Ia juga mengingat pertemuannya untuk pertama kalinya dengan Maxime di Markas milik Kakek Armand. Amelia menatap kedua tangannya, sudah tidak terhitung berapa banyak nyawa manusia Tania renggut dengan kedua tangannya sendiri.
"Kenapa bisa seperti ini?," lirih Amelia.
Saat ia sedang asyik melamun tiba-tiba saja pintu kamar diketuk dari luar. Gadis itu berusaha untuk bersikap biasa menyembunyikan semua permasalahannya. Setelah ia cukup tenang, ia melangkah menuju pintu kamar dan membukanya.
"Maaf menganggu anda Nona, apakah anda ingin sarapan di bawah atau di kamar?," tanya Lulu dengan hati-hati.
"Apakah Tuanmu yang menyuruhmu?," jawab Amelia kembali bertanya.
Lulu menggeleng pelan." Tidak Nona, Tuan sepertinya belum bangun. Beliau jika datang ke sini suka bangun sedikit siang," jawab Lulu.
"Baiklah, aku akan makan di bawah," ucap Amelia langsung keluar dari kamarnya diikuti Lulu dari belakang.
Saat berada di lantai dasar, Amelia benar tidak ada melihat keberadaan Maxime. Gadis itu tidak tahu ada di kamar mana Maxime beristirahat saat ini."Kenapa aku malah memikirkannya," batin Amelia lalu berjalan menuju ruang makan dimana begitu banyak hidangan dengan berbagai macam makanan.
"Daging ini halal kan?," tanya Amelia menunjukkan salah satu menu makanan.
"Halal Nona...," angguk Lulu.
Amelia menganguk pelan lalu mendudukkan tubuhnya disalah satu kursi meja makan. Ia berpikir sejenak makanan sebanyak ini siapa yang akan memakannya.
"Lulu... duduklah disampingku!, temani aku makan!," ucap Amelia.
"Mohon maaf Nona, saya tidak pantas makan bersama anda disini," jawab Lulu menolak dengan lembut ajakan Amelia.
"Ayo Lulu!," ujar Amelia menarik pergelangan tangan Lulu memaksa gadis itu untuk duduk di sebelahnya. Ia paling malas makan sendirian sejak dulunya.
Dengan sangat terpaksa Lulu ikut makan bersama dengan Amelia. Meski rasanya begitu sangat canggung karena untuk pertama kalinya selama ia bekerja disini makan bersama dengan majikannya.
Setelah selesai Amelia berniat membantu Lulu untuk membereskan meja makan namun mendapat penolakan dari Lulu."Jangan Nona...saya bisa mendapat masalah jika Tuan tahu anda melakukan pekerjaan ini," tolak Lulu.
"Tapi Lu--
"Saya mohon Nona, saya tidak ingin Tuan memecat saya. Pekerjaan ini sangat saya butuhkan," ucap Lulu.
Amelia mengangguk pelan lalu pergi dari ruang makan. Ia berniat untuk duduk di taman belakang yang mengarah pada lautan lepas. Ia paling suka duduk di taman belakang menikmati deburan ombak yang menghantam karang membuatnya merasa tenang.
Amelia menduduki bangku yang biasanya ia duduki lalu menatap lautan lepas. Ia ingin pergi dari negara ini dan kembali ke negaranya. Tempat ini begitu sangat asing baginya sebenarnya. Ia tidak menyangka jika orang yang membawanya pergi dari Kakek Armand adalah Maxime. Dan ia juga tidak menyangka jika Maxime adalah bagian dari kelompok mafia yang begitu ditakuti di negara ini.
"Ehem..."
Amelia tersentak kaget saat tiba-tiba saja Maxime mengagetkannya. Gadis itu berniat beranjak dari duduknya namun tiba-tiba saja pergelangan tangannya di tahan oleh Maxime.
"Lepas!," ucap Amelia dengan tatapan lurus ke depan tanpa menoleh sedikitpun pada Maxime.
"Kau masih marah padaku?," tanya Maxime menatap Amelia yang terlihat enggan menatapnya.
Amelia tidak menjawab pertanyaan Maxime namun ia berusaha melepaskan genggaman tangan Maxime pada pergelangan tangannya. Namun bukannya terlepas genggaman itu semakin erat membuatnya sedikit meringis kesakitan.
"Max--
"Amel... kamu semakin terlihat cantik dengan warna rambut seperti ini," ujar Maxime yang terdengar berupa bisikan lembut namun masih bisa di dengar oleh Amelia.
Amelia mendelik tajam pada Maxime yang tersenyum hangat padanya seakan meruntuhkan dinding yang berusaha ia bangun.
"Ini tidak lucu Max," jawab Amelia.
"Hehehe... siapa juga yang sedang melucu Amel," ujar Maxime terkekeh pelan namun ia tidak kunjung melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Amelia. Dan gadis itu juga tidak lagi memberontak seperti yang sebelumnya.
Amelia membuang muka kearah lain. Jika ia terus-terusan menatap Maxime bisa-bisa ia akan kembali jatuh pada pesona pria itu.
...****************...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman