Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Hai sayang, sudah bangun." Agus menyapa Diana di pagi hari setelah Diana masuk kamar.
"Sudah, bangun yuk." sapa Diana canggung, dia mengambil pakaian ganti dan masuk ke dalam kamar sang adik.
"Loh kak, ngapain kesini?" tanya Dina heran.
"Sssttt gak usah berisik dik." ucap Diana langsung masuk dan berganti pakaian.
"Cie pengantin baru segarnya, sudah malam pertama ya!" ledek Dina sang adik sambil membereskan bukunya karena rencananya mau ke Kampus buat bimbingan.
Satu Tahun kemudian
Diana menjalani hidupnya dengan bahagia walau pun ujian tetap ada, tetapi dia mampu menghadapinya dengan bijaksana.
"Sayang, aku sudah dapat izin untuk pindah kesini." ucap Agus baru datang dari Bombana, Agus bergegas memarkirkan motor kesayangannya lalu mencari sang isteri.
"Loh sayang sudah pulang?" tanya Diana heran keluar dari dapur. Diana dan Agus tinggal di rumah ayah Sidiq, sesekali mereka menginap di rumah ibu Marya dan ayah Purnomo.
"Iya sayang, aku sudah diizinkan pindah,, ini surat izinnya." ucap Agus semangat. Mereka sudah berusaha menerima satu dengan yang lain, bahkan Agus sudah sangat menyayangi Diana.
"Alhamdulillah. Jadi disini mengajar di sekolah mana yank?" tanya Diana penasaran, karena Diana juga mengajar di SMK Negeri 1 Kolaka Utara.
"Di tempat kamu sayang. Tiap hari bisa ketemu deh!" ucap Agus sambil mengedipkan sebelah matanya genit.
"Genit deh." ucap Diana malu-malu, Agus memang selalu berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang buat Diana. Diana pun memahaminya hanya cinta Diana belum tumbuh sepenuhnya buat Agus.
"Kan sama isteri." ucap Agus bangga. Selama ini mereka bertemu hanya sebulan sekali karena harus LDR. Agus di Bombana dan Diana di Kolaka Utara.
"Ya udah, ayo istirahat di kamar." ajak Diana, mereka saat ini berada di ruang tamu. Agus mengangguk menyetujui ajakan sang isteri.
Sedang harmonisnya rumah tangga Agus dan Diana tiba-tiba datang sang mantan.
"Permisi, bisa ketemu Diana?" tanya Zain pada ayah Sidiq. Ayah Sidiq menyelidik, seperti tidak asing pria yang ada dihadapannya ini, pikirnya.
"Kamu siapa?" tanya ayah Sidiq. Zain menghela nafas untuk menghilangkan rasa groginya.
"Saya Zain Om, teman Diana saat SMK dulu." jawab Zain masih berdiri di depan pintu rumah Diana.
"Masuk lah, Om akan panggilkan Diana di dapur." jawab Ayah Sidiq, memang suara mereka agak lirih makanya tidak terdengar hingga dapur. Ayah berbalik menuju dapur membiarkan Zain di ruang tamu seorang diri.
"Hah, itu kan Diana? Jadi dia sudah menikah?" gumam Zain terbata, saat akan duduk dia melihat foto pernikahan Diana bersama keluarga yang dipasang di dinding ruang tamu.
"Kenapa dia tidak memberi kabar padaku. Apa Hana dan Ni'mah tau ya!" batin Zain kesal, kecewa, dan sedih tentunya karena ditinggal menikah oleh Diana.
"Nak, ada teman kamu saat SMK dulu. Agus! sana temani isteri kamu, mungkin kamu juga mengenalnya." perintah ayah setelah menemukan keberadaan suami isteri tersebut.
"Siapa ya?" batin Diana bertanya-tanya, dia menatap suaminya dan Agus hanya mengedikan kedua bahunya tanda bahwa dia tidak tahu. Mereka ke ruang tamu bersamaan, Diana membawa nampan berisi tiga teh dan juga roti goreng buatan Dina.
Dina sudah selesai kuliah bahkan sudah wisuda, dia sekarang sedang mengajar di SMK tempat Diana mengajar. Dina menjadi guru Pertanian.
"Hai Bro." sapa Agus ketika sudah sampai di ruang tamu. Agus melihat ada ketegangan antara Diana sang isteri dengan Zain teman sekolahnya dulu.
"Hai. Apa kabar? Selamat ya atas pernikahan kalian." ucap Zain mencoba untuk bersikap baik-baik saja, tetapi gemuruh didadanya hanya dia dan Tuhan yang tahu.
"Kami baik, iya kan sayang?" tanya Agus melirik isterinya yang sedang meletakkan teh hangat dan roti goreng dimeja. "Terima kasih Bro. Namaku Agus, mungkin kita gak akrab dulu saat sekolah." Agus mengulurkan tangan untuk berjabat.
Diana hanya mengangguk sambil tersenyum canggung saat ditanya oleh suaminya, kemudian dia duduk disamping suaminya.
"Iya. Namaku Zain, memang aku hanya satu semester disini kemudian pindah ke Makassar." jelas Zain. "Sudah lama ya kita tidak pernah bertemu!" ucap Zain menatap Diana.
"Iya lama banget." jawab Agus menatap Zain yang selalu mencuri pandang pada isterinya. Lama mereka mengobrol akhirnya Zain pamit pulang.
Zain langsung pulang ke rumahnya, tokonya memang masih ada tapi orang lain yang menjaganya.
"Huft ternyata dia sudah nikah!" Zain masuk kamar langsung melemparkan ponselnya sebagai pelampiasannya. Selama ini dia fokus kerja bahkan hilang ponselnya dia tidak perdulikan.
"Aaaa Diana." teriak Zain lagi dalam kamarnya, apa yang ada disekitarnya dia jadikan pelampiasan kemarahannya. "Terlambat Zain." dia lampiaskan hingga satu jam lamanya.
Berbeda di rumah Diana, dia sempat terdiam memikirkan kedatangan Zain yang tiba-tiba.
"Ada apa sayang, kok melamun?" tanya Agus mendekat mengecup bibir Diana sekilas. Diana tersenyum dengan kelembutan suaminya.
"Aku gak apa-apa sayang." ucap Diana sambil mengalungkan tangannya pada leher Agus.
"Kamu bisa bohongi banyak orang diluar sana, tapi kamu gak akan bisa bohongi aku. Kamu kepikiran Zain? Hhhmm." tanya Agus langsung, Diana menunduk bersalah dan mengangguk.
"Apa masih ada yang belum selesai dari kalian?" tanya Agus lagi memegang pipi isterinya supaya menatapnya.
"Ya. Dia yang pernah melamarku secara pribadi, sebelum kita lamaran aku pernah menghubunginya, tapi dia tidak ada respon dan tiada kabar." ucap Diana sendu menjelaskan kejadian sebenarnya.
"Bertemu lah, selesaikan permasalahan kalian. Aku akan menemani dan mengawasi dari jarak yang tidak terlalu jauh." ucap Agus tegas, dia tidak mau rumah tangganya masih dibayangi masa lalu.
"Kamu gak marah sayang?" tanya Diana heran. Agus hanya tersenyum dan mengangguk.
Keesokan harinya mereka mendatangi toko Wijaya yang berada di Kolaka Utara.
"Selamat datang di Toko Wijaya, ada yang bisa kami bantu pak bu?" tanya SPG nya.
"Ada pak Zain Mbak?" tanya Agus pada SPG nya.
"Oh pak Zain ada pak. Sebentar saya telfonkan terlebih dahulu." ucapnya ramah. Kemudian SPG menelfon temannya yang berada disekitar tuan mudanya.
"Silahkan langsung ke rumah belakang, mari saya antar." ucapnya. Ada dua karyawan cewek dan juga dua karyawan cowok.
Mereka menuju rumah Wijaya yang dibelakang, sesampainya di ruang tamu mereka disuruh duduk dan menunggu sebentar.
"Hai. Kalian ternyata." sapa Zain duduk dikursi single. "Kenapa mereka datang kesini ya?" tanya Zain dalam hati.
"Begini Zain, isteri saya ingin bicara empat mata dengan mu, biar saya menunggu diteras saja." ucap Agus keluar rumah dan menunggu diteras.
Datang pembantu Zain membawakan minuman dan cemilan.
"Silahkan Neng." ucapnya pada Diana. "Ini Den, silahkan." ucap Bibi lembut.
"Terima kasih bibi." jawab Diana, Zain hanya diam saja, dia menatap Diana lekat. Ada rasa rindu, benci, cinta, karena sudah tega Diana meninggalkannya, pikirnya.
"Ada apa?" tanya Zain datar menatap Diana. Diana menunduk sebelum menjawab sambil mengambil stok nafas yang seolah habis begitu saja.