Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Putus
Elang tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Melihat bagaimana Widy bermesraan dengan pria paruh baya itu, dia tentu bisa menyimpulkan.
Senyuman miring terukir di wajah Elang. Ia berderap ke arah Widy berada. Lalu duduk di hadapan pria yang bersama cewek itu.
Mata Widy membulat sempurna saat menyaksikan kemunculan Elang. Dia tentu sangat terkejut. Mengingat Elang adalah lelaki yang dipacarinya sekarang. Widy buru-buru melepas gandengan dari pria paruh baya yang bersamanya.
"Wah! Baru kali ini aku melihat ada orang tua yang membawa anaknya ke klub malam," tukas Elang.
"Kurang ajar. Apa kau sengaja menyindirku?" balas pria baruh baya yang bersama Widy.
"Oh jadi bukan ya? Maaf kalau begitu. Aku akan bayarkan minuman untuk kau dan cewek ini sebagai permintaan maaf," kata Elang.
"El!" Widy menegur sambil memasang tatapan tajam. Namun Elang tak hirau dan malah menenggak minuman dari gelas.
"Apa kau mengenalnya?" melihat reaksi Widy, sang pria paruh baya lantas bertanya.
"Sebentar ya, Om." Widy segera menyeret Elang pergi. Dia ingin bicara empat mata dengan cowok itu. Mereka bicara di tempat yang jauh dari keramaian.
"Aku bisa jelaskan, El!" ujar Widy.
"Bukankah semuanya sudah jelas? Aku tidak menyangka kau juga pekerjaan seperti ini!" balas Elang.
"Juga? Apa maksudmu?" Widy menuntut penjelasan.
Mata Elang membola. Secara tak sengaja, dia tadi keceplosan.
"Lupakan! Aku rasa hubungan kita harus berakhir di sini," ucap Elang. Untuk sekarang, dia memilih tetap menyembunyikan segalanya dari Widy.
Widy menghela nafas panjang sembari tertunduk. Dia berkata, "Baiklah! Tapi berjanjilah kau tidak akan bilang pada siapapun tentangku ini."
"Kau tenang saja," tanggap Elang. Dia segera beranjak dari hadapan Widy. Akan tetapi cewek itu sigap menghentikan.
"Elang!" panggil Widy. Membuat Elang sontak harus menoleh kembali.
"Apa kau benar-benar tidak tertarik kepadaku?" timpal Widy. Jujur saja, selama menjalin hubungan dengan Elang, perasaan khusus perlahan tumbuh.
Elang tersenyum singkat. "Kau mau aku menjawab dengan jujur?"
Widy mengangguk. Dia mengerahkan seluruh perhatiannya terhadap Elang. Tak sabar mendengar jawaban dari lelaki tersebut.
"Sejak awal aku tak pernah punya perasaan spesial padamu. Aku hanya tertarik ingin memilikimu itu saja," jelas Elang tanpa berperasaan.
"Jadi tujuanmu memacariku hanya karena ingin meniduriku?" Widy menyimpulkan.
Elang menarik tangannya dari genggaman Widy. "Ya, begitulah!" jawabnya.
"Kau di sini ternyata, El..." Gusti tiba-tiba datang. Dia tampak sudah dipengaruhi alkohol. Terlihat jelas dari tatapan yang tak beraturan serta cara jalannya yang sempoyongan.
"Anjir! Kau mengajak Gusti ke sini?" timpal Widy.
"Aku hanya ingin menghiburnya. Sana! Kembalilah pada Om-mu!" usir Elang. Dalam sekejap, hubungannya dan Widy berubah. Elang bergegas menghampiri Gusti. Apalagi saat menyaksikan temannya itu tumbang ke lantai.
"Huek!" tanpa diduga, Gusti muntah. Membuat Widy otomatis juga ikut mendekat.
"Astaga, kau memberinya minum berapa banyak?!" Widy mendelik ke arah Elang.
"Kau sebaiknya pergi! Biarkan cowok yang ngurus cowok!" balas Elang.
Widy memutar bola mata kesal mendengar tanggapan Elang. Meskipun begitu, dia tetap ikut membantu Gusti. Widy mengeluarkan tisu dari tasnya dan mengelap mulut Gusti.
"Kau sebaiknya bawa dia pulang! Dia sudah mabuk berat!" saran Widy.
"Itulah yang akan kulakukan. Bisakah kau pergi?!" sekali lagi Elang mengusir Widy. Pengusirannya kali ini berhasil membuat Widy beranjak pergi.
Elang lantas membopong Gusti. Bukannya pulang, dia justru membawa Gusti ke ruang VIP.