Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Kesepakatan Nikita dan Mikel
"Mikel!"panggil Nikita.
"Ada apa?" tanya Mikel.
"Aku mau minta bantuan padamu, tetang Michelle." Pinta Nikita.
"Aku tidak bisa, Nikita. Kebohonganmu dan pengkhianatanmu saja masih aku ingat! Bahkan aku terpaksa melepaskan Ola! Lalu sekarang kamu dengan mudahnya meminta bantuan padaku!" tolak Mikel.
"Aku mohon, aku asal Michelle bisa kembali. Aku mau menuruti semua yang kamu inginkan. Aku janji, Mikel." memohon Nikita dengan memegang tangannya dan bersimpuh di depan Mikel.
Mikel diam sejenak disana, melihat istrinya yang memohon tidak di pungkuri ada rasa iba tapi ada luka yang menusuknya.
"Huf, beri aku waktu menjawabnya," pinta Mikel pada akhinya.
***
Beberapa hari kemudian, hujan turun deras ketika Nikita akhirnya duduk di ruang kerja Mikel. Wajahnya tegang, kedua tangannya menggenggam erat tas di pangkuannya. Dia telah mempersiapkan segala argumen, segala alasan mengapa Mikel harus membantu mencari Michelle, anak yang telah hilang kontak sejak lama.
Mikel duduk di belakang meja kerjanya, memandangi Nikita dengan sorot mata tajam. Dia tahu betul betapa pentingnya Michelle bagi Nikita, tetapi permintaan ini tidak semudah itu untuk dipenuhi. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, terutama ketika menyangkut masa depan dan reputasi keluarganya.
"Aku akan membantumu," ucap Mikel akhirnya, suaranya datar namun tegas.
"Aku akan menyewa agen terbaik untuk mencari Michelle. Tapi ada satu syarat." lanjutnya.
Nikita menegakkan punggungnya, jantungnya berdebar kencang. Ia tahu bahwa Mikel tidak akan membantu tanpa memberikan syarat yang sulit.
"Apa syaratnya?" tanyanya, suaranya terdengar lebih pelan dari yang dia maksudkan.
Mikel menatapnya lekat, lalu menghela napas pelan sebelum menjawab.
"Aku ingin Michelle tercatat sebagai adikku, bukan sebagai anakku. Jika kita menemukan dia, dia akan menjadi bagian dari keluarga Smit, tapi sebagai adikku." ucap Mikel.
Kata kata itu menusuk hati Nikita. Sejak awal, Michelle adalah anak yang lahir dari hubungannya dengan Mikel, dan meskipun hubungannya dengan Mikel telah berakhir, dia tetap berharap Michelle akan diakui sebagai anaknya. Namun, syarat ini mengubah segalanya. Mikel tidak ingin Michelle menjadi anaknya di mata hukum dan publik. Dia hanya ingin menjaga reputasinya dan itu membuat Nikita merasa hancur.
"Baik. Aku setuju." Suaranya bergetar dengan berat hati, Nikita akhirnya mengangguk, penuh dengan rasa sakit yang dia coba sembunyikan.
"Aku akan menghubungi agen segera. Tapi ada hal lain yang harus kamu lakukan. Kamu harus memberitahukan ini kepada Papa dan Mama." ucap Mikel dingin.
Pernyataan itu membuat Nikita tercekat. Berhadapan dengan Syakila, Mama Mikel, selalu menjadi hal yang paling dia hindari. Sejak hubungan mereka memburuk, Syakila tidak pernah menyembunyikan kebenciannya pada Nikita, terlebih setelah Nikita hadir dalam hidup Mikel sebagai wanita kedua. Namun, demi Michelle, Nikita tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain.
"Aku akan mencobanya," ucap Nikita akhirnya menyetujuinya.
Akhirnya Mikel, telp Mamanya agar bisa bertemu mereka berempat. Walau awalnya di tolak mentah mentah oleh Syakila tapi Mikel meminta dengan sangat, agar masalah ini ada jalan keluarnya. Akhirnya Syakila setuju, tapi biarkan dia yang menentukan waktunya.
***
Hari yang ditentukan tiba. Nikita berdiri di depan pintu rumah mewah keluarga Smit dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa kali ini, percakapannya dengan Marsel dan Syakila akan menjadi sangat sulit, bahkan lebih sulit daripada percakapan dengan Mikel. Dia menarik napas dalam dalam sebelum mengetuk pintu.
Tidak lama kemudian, pintu dibuka oleh seorang pelayan yang langsung mengenalinya.
"Nikita," sapanya sopan, namun dengan nada yang sedikit terkejut.
"Silakan masuk." lanjut Syakila.
Nikita melangkah masuk ke dalam rumah yang dulu pernah dia kunjungi berkali kali, tetapi sekarang terasa asing dan dingin. Marsel sudah menunggunya di ruang tamu, sementara Syakila duduk di kursi samping dengan wajah kaku.
"Ada apa kamu kemari?" tanya Syakila tajam sebelum Nikita sempat membuka mulut.
"Apa lagi yang kamu inginkan?"lanjutnya.
Nikita menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya.
"Aku datang ke sini bukan untuk meminta apa apa yang merugikan kalian," ucapnya hati hati. "Aku hanya ingin meminta bantuan untuk Michelle." lanjutnya.
Terkejut Syakila dan memahan emosinya kali ini.
"Michelle? Kamu datang kemari untuk meminta bantuan agar Marsel menjadi papa dari anak hasil perselingkuhanmu di saat pernikahanmu dengan Mikel?" Suaranya meninggi dengan nada mengejek.
"Kamu benar benar tidak tahu malu, Nikita!" bentak Syakila yang emosi.
"Syakila, tenanglah. Biarkan Nikita bicara dulu." ucap Marsel berusaha menenangkan istrinya.
"Aku tidak peduli apa yang ingin dia katakan, Marsel! Apakah kau benar benar akan menyetujui ini?" ucap Syakila tidak mau mendengar lebih lanjut.
Marsel menundukkan kepalanya, sadar bahwa ini bukanlah situasi yang mudah. Namun, sebagai suami dan Papa, dia merasa bertanggung jawab untuk mempertahankan keharmonisan keluarganya, walaupun kenyataannya sudah jauh dari harmonis. "Syakila, kita harus memikirkan ini baik baik. Michelle adalah anak yang tidak berdosa. Dia butuh kita." ucap Marsel.
"Kamu bisa bilang begitu karena ini bukan anak dari wanita lain yang kamu nikahi! Kamu selalu membelanya, bahkan ketika aku yang seharusnya menjadi prioritasmu. Kamu tak pernah memilih aku dalam semua masalah ini!" ucap Mata Syakila menyala penuh amarah.
"Kamu tahu, Marsel, kamu telah menyakitiku. Lalu sejarang dengan mudahnya meminta itu dariku?" kesal Syakila.
Nikita tetap diam, mendengarkan perdebatan yang terjadi antara Marsel dan Syakila. Setiap kata dari mulut Syakila terasa seperti tamparan baginya, namun dia tidak bisa mengelak. Dia sudah tahu akan seperti apa reaksi Syakila sebelum dia memutuskan datang ke sini.
Setelah beberapa saat, Marsel berbalik ke arah Nikita. "Pulanglah dulu, Nikita," ucapnya dengan nada lebih lembut. "Aku akan berbicara dengan Syakila." lanjut Marsel.
Nikita mengangguk pelan, hatinya berat. Sebelum pergi, dia menatap Syakila sekali lagi.
"Aku tahu kamu membenciku, dan mungkin kamu tidak akan pernah memaafkanku. Tapi demi Michelle, aku rela menerima apapun hinaanmu. Aku hanya ingin dia mendapatkan tempat yang layak." lirihnya.
"Keluar dari rumah ini, Nikita! Jangan pernah berharap aku akan menyetujuinya." bentak Syakila menatapnya tajam, penuh kemarahan dan kebencian.
"KELUAR!!!" usir Syakila.
Nikita menghela napas panjang, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia tahu bahwa percakapan ini tidak akan berakhir dengan baik, tapi dia harus tetap melangkah. Dengan langkah berat, dia pergi meninggalkan rumah keluarga Smit.
***
Marsel menutup pintu di belakang Nikita dan berbalik menghadap Syakila yang masih marah.
"Syakila, kita tidak bisa terus menerus hidup dengan kebencian. Michelle bukan hanya tanggung jawab Nikita, tapi juga tanggung jawab keluarga ini. Kita tidak bisa menutup mata pada kenyataan." pinta Marsel.
"Aku tidak peduli, Marsel! Aku tidak akan pernah menerima permintaan konyol ini. Kamu selalu membela Nikita, bahkan setelah semua yang dia lakukan padaku, kamu berkhianat, Marsel!!!" emosi Syakila menggeleng dengan keras.
"Syakila, aku tidak membela Nikita. Aku hanya berpikir tentang Michelle, seorang anak yang tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dalam situasi ini. Dia butuh bimbingan, butuh tempat yang aman. Dan kita bisa memberinya itu. Apa kamu mau jadi bahan gunjingan orang?" ucap Marsel mendekati istrinya, menatapnya dengan penuh kesedihan.
Tapi Syakila tidak mau mendengarkan. Setelah pertemuan itu, dia mulai menjauh dari Marsel, seolah tak sanggup lagi menghadapi kenyataan pahit yang terus menghantuinya. Marsel hanya bisa menatapnya dengan perasaan bersalah yang dalam, sadar bahwa apa pun yang dia lakukan, keharmonisan rumah tangganya mungkin tidak akan pernah kembali seperti dulu.
...****************...
Hi semuanya!!! Tinggalkan jejak kalian ya disini.
Keren banget 🔥😍