NovelToon NovelToon
Jadi Kedua? Hayu!

Jadi Kedua? Hayu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Sinopsis:

Zayden Levano, pewaris perusahaan besar, dihadapkan pada permintaan tak terduga dari kakeknya, Abraham Levano. Sang kakek memintanya untuk mencari Elara, seorang gadis yang kini bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam. Keluarga Zayden memiliki hutang budi kepada keluarga Elara, dan Abraham percaya bahwa Elara berada dalam bahaya besar karena persaingan bisnis yang kejam.

Permintaan ini semakin rumit ketika Abraham menuntut Zayden untuk menikahi Elara demi melindungi dan menjaga warisan keluarga mereka. Di tengah kebingungan dan pertarungan moralnya, Zayden juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa istrinya, Laura, mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Kini, Zayden terjebak antara tanggung jawab keluarga, cinta yang telah retak, dan masa depan seorang gadis yang hidupnya bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya Tidak Penasaran

Bab 20

Elara tidak bisa menjawab apa pun. Dalam hati yang seharusnya senang, lega, bahwa Zaydan tidak melakukan itu malam ini, kini rasa bersalah yang timbul. Ternyata Zayden masih punya nurani dalam ikatan terburu-buru ini. Dia pikir, Zayden melakukan ini karena suatu nafsu, atau bahkan tujuan licik lainnya.

  "Zayden?" tanya Elara lirih. Dia menoleh pada suami di sampingnya.

  Kini dirinya benar-benar diliputi rasa bersalah. Kini dia memberanikan diri keluar dari selimutnya. Lalu perlahan masuk ke dalam selimut Zayden. Dia sebagai wanita penghibur, tentu memiliki keahlian merayu. Apalagi sekarang untuk melayani suami. Bukan hal sulit bagi Elara, meski jika lebih dari itu, masih ada rasa takut.

  "Kenapa?" tanya Zayden, hampir berbisik. Dia juga tak membuka matanya.

  Kedua tangan Zayden pun masih berada di bawah kepala. Hingga memudahkan Elara untuk menaruh kepalanya pada dada bidang Zayden. Dengan perlahan, tangan Elara melingkar pada pinggang Zayden. Kehangatan menyeruak, harum tubuh Zayden membuat Elara nyaman.

  Zayden membuka mata, menurunkan bola matanya, melihat apa yang dilakukan istrinya. Dia tersenyum tipis. Senyum menggambarkan kasih sayang dan kebanggaan. Kedua tangannya kini bergerak melingkar pada tubuh Elara, seakan memberkati perlindungan.

  "Jika... Aku ingin?" ucap Zayden dengan hati-hati.

  Namun, tak ada jawaban dari Elara. Zayden sebenarnya tak dapat menahan keinginannya. Apalagi sekarang satu selimut tanpa penghalang sedikitpun. Raga mereka saling berbagi suhu tubuh, memancing apa yang berusaha Zayden tahan.

 Keheningan malam masih menyelimuti ruangan. Elara melihat Zayden sepertinya terlelap, dia kemudian duduk bersandar di ranjang, jantungnya berdetak lebih lambat, lega bahwa Zayden telah menarik diri, setidaknya untuk saat ini.

 "Hey, Zayden?" lirih Elara, dia menyentuh pipi suaminya berkali-kali.

 Cahaya lilin yang redup mempertegas kehalusan wajahnya yang pucat. Satu tarikan napas yang dalam dia ambil, berusaha menenangkan kegugupannya. Dia berpikir, malam pertama ini akan berakhir tanpa dipaksakan, tanpa rasa sakit yang dia takuti selama ini. Melihat Zayden yang kini terdiam dan merenung, ada kelegaan yang menyelinap di hati Elara. Mungkin, pria ini memang bukan seperti kebanyakan laki-laki yang pernah dia hadapi sebelumnya.

 Zayden sendiri sebenarnya tak benar-benar tidur di samping Elara. Wajahnya sedikit muram, seakan memikirkan sesuatu yang sangat dalam. Namun, di balik kesunyian itu, ada sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang perlahan-lahan mulai membara. Zayden tiba-tiba bergerak, bangun di hadapan istrinya.

 "Ekhem." Zayden berdeham.

 "K-kamu, belum tidur?" Elara gugup.

 "Inginnya sih, tidur. Tapi... Gak bisa." Zayden menjawab dengan senyum penuh rahasia.

 Elara yang duduk tenang, mulai merasakan perubahan itu. Detik demi detik, dia bisa merasakan tatapan Zayden mulai berubah. Keheningan yang semula nyaman, kini berubah menjadi sesuatu yang mendebarkan, membangkitkan rasa tak nyaman.

 Elara menggigit bibirnya, memalingkan wajah saat merasakan sorotan mata suaminya. Saat Zayden memperbaiki posisinya dan menatap langsung, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya. Mata Zayden kini tidak lagi hanya dipenuhi oleh kebingungan dan rasa bersalah, tapi ada percikan gairah yang intens. Tatapan yang sangat tajam, namun anehnya, ada kelembutan di dalamnya, sebuah kombinasi yang membuat jantung Elara berdegup lebih cepat.

 Perlahan, Zayden tersenyum. Senyum itu bukan senyum biasa. Ada sesuatu yang mematikan di dalamnya, seolah pria itu kini sedang memikirkan sesuatu yang hanya dia yang tahu. Elara mengerutkan keningnya, merasa semakin gugup. Bibir Zayden melengkung sempurna, seolah senyuman itu adalah tanda dari sesuatu yang akan segera terjadi, sesuatu yang tidak bisa dia hindari. Tubuh Elara menegang saat Zayden mendekat, napasnya tercekat, dia tahu, ada yang berubah dalam cara Zayden memandangnya.

 "Zayden..." Elara berbisik, suaranya bergetar, mencoba menahan kegelisahan yang merayapi seluruh tubuhnya.

 Namun sebelum Elara sempat memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, Zayden sudah bergerak cepat. Dalam sekejap, dia telah menerkam tubuh Elara, tapi kali ini bukan dengan agresivitas yang kasar. Ada kelembutan dalam setiap gerakan, seolah setiap sentuhan dirancang untuk merayu dan menundukkan. Sentuhan itu... ah, Elara bisa merasakannya. Lembut, perlahan, tetapi membara seperti bara yang dipermainkan angin. Sentuhan yang, pada awalnya, terasa menakutkan, kini mulai menggelitik sesuatu di dalam dirinya, sesuatu yang selama ini dia tekan dalam-dalam.

 Zayden tak lagi berbicara, hanya bertindak. Tangannya meluncur dengan lembut di sepanjang tubuh Elara, seolah ingin memastikan tak ada satu bagian pun yang terlewatkan.

Bibirnya mengecap kulit lembut dan penuh perhatian, seakan setiap inci tubuh Elara adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang perlu dirayakan dengan kehangatan dan cinta. Elara terkesiap, tubuhnya merespons tanpa sadar. Dia merasakan bagaimana Zayden menyentuhnya, bukan dengan nafsu liar, melainkan dengan penghargaan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

 Elara yang pada awalnya begitu tegang, kini perlahan-lahan mulai terbiasa dengan sentuhan Zayden. Sesuatu yang aneh terjadi dalam dirinya, sesuatu yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap sentuhan Zayden seperti aliran arus yang lembut namun tak bisa ditolak, membuat tubuhnya bereaksi secara naluriah.

Jari-jari Zayden bergerak pelan namun pasti, membuat Elara tak bisa menahan diri. Dia mengangkat tangan untuk menyentuh suaminya, membalas sentuhan itu dengan sentuhan kecil yang gugup namun semakin mantap.

 “Zayden…” suaranya terdengar serak, hampir seperti sebuah bisikan, penuh perasaan yang dia tak sangka akan muncul malam ini.

 Di tengah-tengah keintiman itu, Zayden menunduk lebih dekat, dan dengan suara yang nyaris seperti bisikan, dia berkata, "Aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji. Malam ini, kita akan bersama, tapi aku ingin kau merasa dicintai, bukan dipaksa."

Bisikan itu terasa menenangkan, meski di dalamnya terkandung sesuatu yang penuh gairah.

 Setiap kata yang keluar dari bibir Zayden seperti mantra yang menenangkan Elara, membuatnya lupa akan rasa takutnya. Dia bisa merasakan cinta yang ada di balik setiap sentuhan.

Dan meski ada rasa gugup yang tersisa, Elara tahu, ini adalah momen yang mereka berdua perlukan. Tidak ada lagi rasa curiga, tidak ada lagi rasa takut. Malam ini adalah tentang mereka, tentang bagaimana mereka saling menyentuh, saling memahami, dan mungkin, untuk pertama kalinya, saling mencintai.

 Ketika Zayden akhirnya memutuskan untuk melangkah lebih jauh, dia melakukannya dengan sabar. Setiap gerakan yang dia lakukan penuh perhitungan, seolah dia sedang menghargai Elara yang telah menjaga sesuatu yang sangat berharga untuknya. Elara bisa merasakan pergerakan itu, meski dengan ketakutan yang mengendap, dia perlahan mulai menyerahkan dirinya pada nalurinya sendiri, merespons setiap sentuhan Zayden dengan kepercayaan yang baru tumbuh.

 Perjuangan itu nyata, saat akhirnya Zayden menyentuh mahkota suci Elara yang selama ini dijaga dengan hati-hati. Ada ketegangan, ada sedikit rasa sakit, tapi di tengah-tengah semuanya, ada perasaan bahwa ini adalah bagian dari cinta yang baru saja mereka mulai bangun bersama.

 Zayden tetap sabar, tangannya dengan lembut menyusuri tubuh Elara, memberikan kenyamanan di tengah setiap detik yang terasa begitu intens.

 "Terima kasih... Karena menjaga ini untukku." Zayden berbisik lembut di telinga Elara, suaranya dalam dan penuh kehangatan.

 "T-tapi, aku masih takut," bisik Elara.

 Zayden menggeleng, dia berjanji akan lebih pelan lagi dan hati.

Bersambung...

1
Nur Adam
lnju
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnju
Senja Kelabu: Mampir dipunyaku juga, Kak. Genre roman komedi.

SUAMIKU GURU GALAK

mampir ya, Kak
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: thx udah mampir
total 2 replies
Anto D Cotto
.menarik
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
🐜SixNine: Wah, akhirnya up novel baru, nih🥳
Anto D Cotto: ok, seep 👍👌
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!