NovelToon NovelToon
Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Akan Ku Balas Hinaan Kalian Dengan Caraku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:839.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: LaQuin

Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.

Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.

Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.

Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Anak Sakit

Bab 1. Anak sakit

POV Lastri

Jangan lupa untuk tinggalin jejak like dan komen di setiap bab ya readers. Karena like dan komen kalian sangat berarti buat mendukung Author 🙏😊

***

Diah panasnya tidak kunjung turun. Anakku itu sakit sudah beberapa hari. Hati ku cemas melihat keadaan putriku yang terbaring lemah di kamarnya. Tapi aku sudah tidak memiliki uang untuk pergi berobat.

Setiap bulan Mas Hendra selalu kurang memberi uang belanja bulanan buatku. Katanya uang 700ribu yang ia berikan sudah lebih dari cukup untuk makan kami bertiga. Benar, memang cukup untuk makan jika hanya lauk tahu, dan tempe dan oseng sayur setiap hari. Tapi tidak akan cukup jika uang itu juga untuk keperluan anak sekolah, bayar tagihan air dan listrik serta menampung keponakannya makan di rumah ini. Apalagi harga sembako semakin melambung tinggi.

"Mas Diah sudah tiga hari panasnya tidak turun. Aku mau minta uang buat berobat Diah. Obat yang aku beli di warung tidak ada perubahannya. Aku takut Diah kenapa-kenapa Mas."

"Tidak perlu bawa berobat segala. Kasih saja obat alami juga pasti sembuh. Dasar kamunya saja yang malas."

Aku sudah tahu, jawabnya Mas Hendra pasti begitu. Ini bukan kali pertama Mas Hendra bersikap seperti ini kepada anak kandungnya sendiri.

"Sudah mas, aku juga sudah memberinya obat alami saran dari Ibu. Tapi tetap saja panas Diah tidak turun Mas. Aku takut Diah..."

"Halah! Banyak alasan saja kamu mau minta uang! Tidak ada! Aku belum gajian. Kamu ini pagi-pagi bukannya ngurusin suami malah ngerepotin minta uang pagi-pagi. Mana sarapan ku?! Aku sudah mau telat berangkat kerja!"

"Tapi Mas..."

"Kamu mau jadi istri durhaka?!"

"Tidak Mas."

"Sana! Tunggu apa lagi?! Siapkan sarapan ku!"

Aku menghela napas berat. Aku bingung yang mana mau aku prioritaskan. Di dalam kamar Diah tubuhnya sangat panas dan butuh obat segera. Sedangkan suamiku minta dilayani segera.

Jujur aku kecewa dengan sikap suamiku. Ia tidak peduli dengan anak kami yang sudah terbaring sakit. Bahkan suamiku hanya sekedar melihat tanpa kasih sayang, dan lebih memilih tidur di rumah orang tuanya dari pada memberi perhatian pada anaknya yang sakit.

Setiap malam aku begadang ketika Diah mengerang sakit kepala. Bahkan terantuk-kantuk aku memijit anggota tubuhnya yang sakit, katanya. Berbeda dengan Mas Hendra tampak segar di waktu pagi, karena tidurnya pulas.

Belum lagi setelah menyiapkan sarapan Mas Hendra, aku harus segera ke rumah ibu mertua untuk membersihkan rumahnya. Lalu bagaimana dengan Diah? Aku tidak mungkin membawanya ke rumah Ibu. Sudah pasti pasti ia malah akan di marahi ibu jika merintih kesakitan disana, manja katanya. Jika ku tinggal sendiri di rumah, aku takut terjadi apa-apa pada Diah. Walau pun rumah ibu mertua hanya berjarak 3 buah rumah dari rumah ku, tetap saja aku merasa tidak nyaman meninggalkan putri ku yang sedang sakit.

"Lastri!! Mana sarapan ku?! Aku sudah telat ini!"

"Astagfirullahaladzim..."

Aku terkejut mendengar teriakan Mas hendra yang membuyarkan lamunan ku. Aku pun menggoreng telur yang masih ada sebiji untuk Mas Hendra. Mas Hendra tidak mau makan tahu dan tempe. Jadi telur itu khusus di beli untuk Mas Hendra saja.

Aku bukan penanak nasi di dapur, masih ada nasi yang cukup untuk di makan Mas Hendra dan Diah saja. Lalu aku pun memeriksa wadah penyimpan beras, untuk memasak nasi persiapan kami makan siang dan malam nanti. Tapi ternyata, sudah tidak ada beras disana. Kemana perginya beras yang baru aku beli 2 kilo kemarin?

Aku bingung. Sering sekali aku kecolongan bahan makanan ku disini. Kadang bawang-bawangku tiba-tiba habis, padahal aku hanya beli satu ons satu ons saja untuk berhemat. Kadang garamku tinggal separuh, atau minyak gorengku yang tinggal setengah gelas, padahal aku beli cuma setengah kilo untuk 1 minggu.

Lagi-lagi aku menghela napas berat. Dengan sisa nasi yang ada, aku pun menggoreng nasi untuk Mas Hendra dan Diah. Kemudian meletakkan toping telur mata ceplok yang aku goreng tadi. Setelah jadi, ku sungguhkan nasi goreng itu padanya.

Aku menelan ludah melihat Mas Hendra makan dengan lahapnya. Perut ku pun berbunyi keruyukan mencium aroma telur dan nasi goreng yang aku masak.

Aku teringat tidak ada beras lagi di rumah ini. Uang yang aku punya hanya tinggal 15 belas ribu rupiah untuk pegangan membeli obat di warung lagi, jika memang Mas Hendra tidak mau membawa Diah pergi berobat.

"Mas beras sudah habis. Aku butuh uang buat beli beras."

Takut-takut aku mencoba meminta uang pada Mas Hendra.

Kelentang!!

Aku terkejut Mas Hendra menghempaskan sendok dengan kasar sehingga berbunyi gaduh karena terbentur piring.

"Uang lagi! Uang lagi! Apa di otak mu itu hanya ada uang dan uang?! Masih seminggu lagi aku baru gajian. Bagaimana sih caramu mengatur uang yang aku kasih sampai tidak cukup dan selalu kekurangan hah?!"

Ku pejamkan mataku mendengar hardikan Mas Hendra. Aku harus bagaimana lagi menjelaskan padanya kalau uang yang selalu kurang tiap bulannya itu aku gunakan untuk apa saja. Bahkan aku harus bekerja mengambil upah menyetrika demi menutupi kekurangan itu.

"Mas, uang segitu mana cukup Mas, aku juga harus membayar tagihan listrik juga...."

"Halah selalu banyak alasan kamu! Jawab saja kerjaanmu! Mau jadi istri durhaka kamu?!"

Hardik Mas Hendra memotong penjelasan ku. Lihat lah, bagaimana mungkin ia bisa tahu kesulitan di rumah ini. Belum lagi bahan-bahan yang sering raib entah kemana. Dan Mas Hendra selalu mengancam dengan kata-kata istri durhaka. Tentu aku takut akan siksa Allah jika aku sampai menjadi istri durhaka.

"Lebih baik aku segera berangkat kerja. Lebih lama diam di rumah ini, selalu membuatku sakit kepala!" Sarkas Mas Hendra.

Tanpa mengucapkan salam Mas Hendra pergi berangkat kerja. Aku tahu Mas Hendra pasti tidak langsung pergi melainkan singgah dulu ke rumah orang tuanya.

Aku melangkahkan kaki ke depan teras untuk memastikan kecurigaanku. Dan benar saja, motor Mas Hendra berbelok ke rumah ibunya. Setelah ini aku pasti akan di marahi habis-habisan oleh ibu mertua.

Lagi-lagi aku menghela napas berat. Mencoba bersabar dan bertahan dalam rumah tangga yang tidak seindah dengan apa yang pernah aku bayangkan sebelum menikah dulu.

Aku melangkah masuk untuk memberi makan Diah dulu sebelum aku pergi ke rumah ibu mertua untuk berberes-beres di sana. Hanya ada sisa nasi goreng tanpa lauk. Telur sudah habis di makan Mas Hendra. Hanya ada tahu dan tempe sisa semalam. Aku pun menghangatkan sebentar untuk dimakan oleh Diah.

"Loh Diah?! Kok duduk Nak?"

Aku segera menghampiri Diah dan meletakkan piring berisi nasi goreng dan tahu goreng di atas meja dekat tempat tidur Diah. Segera ku raba kening putri ku untuk merasakan suhu tubuhnya.

"Alhamdulillah turun."

Aku senang suhu tubuhnya sudah mulai turun.

"Kamu tidak pusing Nak?" Tanyaku pada Diah.

Diah menggeleng.

"Bu, Diah laper."

Aku tersenyum. Kebetulan aku pun hendak memberi Diah makan.

"Ibu buatin nasi goreng dan ada tahu goreng. Diah makan ya?"

Diah mengangguk.

"Tidak pusing lagi Nak?" Tanyaku masih ada kecemasan di hati.

Diah menggeleng merespon ucapanku.

Alhamdulillah, sepertinya parutan bawang merah serta daun bunga kembang sepatu memberi efek yang baik untuk Diah. Aku mendapat saran dari tetanggaku yang menyuruh memberikan Diah dua tanaman itu, untuk mencoba menurunkan panas di tubuh Diah. Dengan campuran sedikit air aku menggosokkannya ke punggung dan di ubun-ubun kepalanya sesuai saran dari tetanggaku itu. Apakah memang benar karena itu? Yang pasti atas seijin Allah, Diah panasnya sudah turun dan aku hanya berikhtiar saja.

Aku lalu menyuapi Diah dengan nasi goreng yang ada dalam piring yang aku pegang. Untunglah Diah makan dengan lahap. Tubuhnya pun sudah mulai mengeluarkan keringat.

"LASTRI! LASTRI! DIMANA KAMU?!"

Diah dan aku terkejut mendengar teriakan Ibu mertua yang berjalan masuk ke dalam rumah.

Bersambung...

Jangan lupa tinggalin jejak like dan komen ya. Atau cuma like aja juga gpp, yg penting ada jejak. Terimakasih 🙏😉

1
Dina⏤͟͟͞R
🤣🤣🤣🤣oalah tik tik. serakkahmen to awakmu. golek kok seng berondong. karuane bandot tua seng sugeh😂. siap2 ae dirimu kecewa kedua kali tik
Ayu Darjo
kejam kali . .mertua lakna
Riaa Imutt
bener2 bahaya nih buaya playboy
Kasih Bonda
next Thor semangat
Nana Bati
Laki-laki kl sudah kasmaran apapun dijadikan jalan walaupun tidak baik
Jue
Tatik dan Nilam itu tanggungjawab Hendra sehingga mereka punya suami , Walaupun sudah punya Suami hak waris tidak akan hilang Hendra kerana Hendra itu lelaki , Kalau Tatik dan Nilam tidak cukup makan , Tapi bantu sekadar mampu , Dahulukan dulu keperluan rumah tangga dan Indri ,
Tatik lebih baik di carikan jodoh oleh Hendra melalui Dewi ,
Bila sudah ada suami Tatik tidak lah menggangu kehidupan Hendra ,
Nilam juga harus di jenguk oleh Hendra walaupun punya Harta tapi kan Hak waris kembali kepada Hendra setelah semuanya meninggal ,
Hak waris itu ketika menerima bahagian pusaka menjadi lebih jadi wajib menanggung kebutuhan saudari perempuannya .
.⠀⠀⠀ ⠀ ⠀⠀⠀⠀ ⠀b_ᴀᴀᴀʜʜʜ🤤
nah kan Tante Tatik dimanfaatin si Bima 😂
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
cih daun muda aka di perlakukan lembut 😂
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
Indri belum sadar juga Diah itu anak Lastri sama pai..??
🍁𝔉𝔰❀𝐍𝐨𝐨𝐧𝐚 𝕸𝖆𝖓𝖉𝖆🪷
waduhh tante gk tuhh bukan kekasih 🤦‍♀️🤦‍♀️🤣
Yuli Purwati
wah...Hendra dan Indri makin bijaksana ya sekarang😊 berarti Hendra ini tinggal di kampung yang dulu di kepalai Fahri ya thor.yang Fahri jadi pak kades.
𝐙⃝🦜𒈒⃟ʟʙᴄ🦋: Ga, tapi bersebelahan kampungnya sm kampung Lastri dan Fahri klo ga salah ada infonya di bab kaum patah hati ya klo ga salah
total 1 replies
Yuli Purwati
🤣🤣🤣segera sadar Mbak Tatik,sebelum nyungsep lagi ntar.emang ya kalau mengalami puber kedua tuh ngeri2 syedap.tergantung pribadi masing2.kalau kuat iman ya arah nya bener contohnya yang masih punya pasangan ya makin romantis makin hot ke pasangan,yang sudah Ndak punya pasangan ya kalau bisa mengendalikan diri ya oke2 aja,kalau kurang iman ya kenlinger,,contohnya ya lupa keluarga,selingkuh,pengen nikah lagi yang rata2 nikah siri,😊🙏
Samsia Chia Bahir
Ooooaaalllaaahhhh, tatik tatik 😃😃😃😃😃😃😃
𝐀⃝🥀𒈒⃟ʟʙᴄ🅛🅘🅔𝐙⃝🦜ꪶꫝᴳ᯳ᷢ
waah mertua hendra baik juga ya , untung gkada karma tuh hendra buat kamu.
Mom kok ada emot ketawa pas tatik kemakan rayuan playboy cecak itu,tapi aku juga ngakak sih 🤣🤣.
eeh
Ninik
ibu mertua yg menghargai menantu mau masuk kamar ijin dulu
Nana Bati
gregetan
Nana Bati
susahnya blm dirasakan ibu mertua, ngatur uang 700rb 1 bln
Rehaan Aamir
Hmmmm....Kisahnya Knp Hampir Sama Ky Novel NAFKAH 15 RIBU Yaaa...
Rehaan Aamir
Kenapaaa Yaa Banyaakk Perempuan2 D Novel Otak Nya Pada Tolooolll2 ....Punya Suami Ky Gitu Masih Aja Mau Nurut Hanya Krn Sebuah Kata "ISTRI DURHAKA"....Heeiii Mbak2....Otak Manaaa Otaakk...Kategori Istri Durhaka Itu Ada Macam2 Bagian Nya...Bukan Yg Termasuk Ky Loe Lastriiiii
Dina⏤͟͟͞R
oalah tik tatik. jangan terlena oleh berondong. moga aja gak nipu tatik tuh berondong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!