Rania terjebak dalam buayan Candra, sempat mengira tulus akan bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi ternyata Rania bukan satu-satunya milik pria itu. Hal yang membuatnya kecewa adalah karena ternyata Candra sebelumnya sudah menikah, dan statusnya kini adalah istri kedua. Terjebak dalam hubungan yang rumit itu membuat Rania harus tetap kuat demi bayi di kandungannya. Tetapi jika Rania tahu alasan sebenarnya Candra menikahinya, apakah perempuan itu masih tetap akan bertahan? Lalu rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Menjaga Nama Baik
Baru saja Rania akan tidur, perhatiannya teralih mendengar pintu kamarnya yang terbuka. Terlihat jika itu adalah Candra, kenapa kesini? Rania pun kembali bangun dan tidak jadi tidur, mungkin Candra ingin berbicara sesuatu dengannya.
"Ada apa ya Mas?" tanya Rania sambil memperhatikan Candra yang berjalan mendekatinya. Dengan santainya, pria itu pun duduk di sisi ranjang.
"Kamu kok bisa langsung deket gitu sama Leon, katanya kamu pemalu." Dari nada suaranya, Candra sedikit meledek Rania. Masih ingat dulu di awal pertemuan, Rania ini cukup sulit didekati padahal Candra sudah berusaha se terbuka mungkin.
"Gak tahu, tapi dia buat aku juga rileks," jawab Rania sambil tersenyum.
"Rileks gimana?" tanya Candra penasaran, sebelah alisnya sampai terangkat tanda meminta penjelasan lebih. Ia harus tahu, karena saat dua orang itu bertemu pertama kali, dirinya tidak ada di sana.
"Pas tahu kalau Leon itu adik Kak Livia, awalnya aku gugup banget karena khawatir sikap Leon sama kaya Mamanya waktu itu. Tapi anehnya dia enggak, malahan ramah banget dan bilang kalau dia gak benci sama aku." Saat Rania menceritakan itu, terlihat sekali kedua matanya jadi berbinar yang tanpa disadari membuat Candra sedikit tidak suka.
"Lalu?"
Rania pun melanjutkan, "Lalu kami mencoba mengobrol, tapi tentang kepribadian dan kesukaan masing-masing. Leon yang gak bahas tentang masalah di antara kita, buat aku pun perlahan nyaman dan buka diri."
Candra mendengus tanpa sadar, "Nyaman?" tekannya.
"Maksudnya aku jadi gak terlalu gugup dan santai." Rania mencoba menjelaskan lebih detail karena tidak mau membuat suaminya itu salah paham.
"Lalu apa saja yang kalian lakukan tadi saat siang?"
"Kenapa Mas Candra banyak sekali bertanya ya?" Batin Rania.
"Dia berenang, sempat nawarin ke aku tapi aku tolak," jawab Rania tetap menceritakan.
"Beneran kamu tolak? Kalian gak berenang bareng, kan?" tanya Candra seperti menginterogasi. Tatapannya memicing penasaran ingin jawaban yang jujur dari istrinya itu.
"Enggak, tapi sebenernya aku pengen banget," ungkap Rania jujur, "Tapi aku pikir, berenang berdua sama laki-laki lain itu gak etis dan khawatir jadi salah paham."
Candra langsung menjentikan ibu jari dengan jari telunjuk nya, "Nah iya emang bener, berenang berduaan sama laki-laki lain itu emang gak boleh lah, ternyata kamu ngerti juga ya? "
"Iya Mas."
Baguslah kalau Rania tidak bersikap aneh-aneh bersama Adik Iparnya itu, tapi Candra merasa tetap harus hati-hati dan memperhatikan mereka. Apalagi tadi Leon bersikap sedikit kurang ajar dengan berterus terang akan sering datang kesini karena ada Rania. Apa maksudnya coba? Candra kan sampai sekarang masing kepikiran juga.
"Ya sudah kamu tidur, jangan tidur terlalu malam," perintah Candra. Hatinya merasa lebih lega setelah mendengar penjelasan dari perempuan itu, jadi Candra tidak akan terlalu overthinking karena Rania bersikap menghindari Leon.
"Iya Mas, ini juga mau tapi tadi ada Mas masuk," ucap Rania sambil nyengir lebar.
Candra mengusap kepalanya, "Ya sudah saya keluar, biar gak ganggu kamu tidur. Selamat malam."
"Iya Mas, selamat malam juga." Rania melambaikan tangannya sebentar pada Candra yang keluar dari kamarnya.
Sebenarnya Candra ingin tidur di kamar Rania, tapi malam ini sedang ada Leon. Lalu apa kaitannya? Entah kenapa, Candra merasa sedikit malu dan khawatir dianggap lelaki kurang ajar oleh Leon karena tidak tidur dengan Kakak perempuannya itu. Membingungkan memang.
"Aku kira kamu tidak akan tidur di sini." Livia menyambut nya di kamar dengan suara sedikit sinis, tapi perempuan itu hanya melihatnya lewat pantulan di cermin.
"Tidak." Candra hanya menjawab simple lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Kenapa? Bukannya kamu yang bilang sendiri akan bersikap adil?" Lagi-lagi Livia berkata seperti meledek, apalagi sambil menyeringai.
Candra menghela nafasnya, "Ada Leon."
"Maksudnya?"
"Nanti dia anggap aku tidak adil pada kamu."
Mendengar tawa dari Livia, membuat Candra langsung menoleh ke asal suara. Baru kali ini Candra melihatnya tertawa lepas begitu, tapi Candra yakin itu bukanlah tawa bahagia atau terhibur akan sesuatu. Tidak lama Livia pun menatapnta, tapi sambil tetap berusaha menghentikan tawanya.
"Kamu lucu sekali Candra, jadi kamu takut dipandang jelek orang lain ya?" tanya Livia sambil menghadapkan tibuhnya ke ranjang, dimana suaminya itu berada.
"Sudahlah, lupakan saja." Candra jadi sedikit agak tersinggung, padahal sepertinya yang dikatakan Livia benar jika Candra hanya tidak mau dipandang begitu oleh orang lain.
"Rahasia ini hanya beberapa orang saja yang tahu, memangnya kamu tidak memikirkan bagaimana reaksi beberapa orang itu saat dengar kamu akan menikah lagi? Pandangan mereka pada kamu sudah pasti berubah." Livia bertanya padanya dengan serius, dari ekspresi wajahnya pun sudah tidak bercanda seperti tadi.
Candra memilih bangun dari berbaring nya, memikirkan perkataan istrinya itu. Yang tahu jika dirinya menikah kedua kalinya memang tidak banyak, hanya orang terdekat saja. Memang ada rasa khawatir, padahal selama ini citranya sangat baik, Candra khawatir sekali namanya jadi buruk, apalagi kan orang yang cukup berpengaruh.
"Kalian juga mengizinkan aku," ucap Candra.
"Apa maksud kamu? Mereka itu menerimanya bukan karena mengizinkan, tapi tidak berdaya untuk ikut campur. Di sini, aku lah yang paling berpengaruh." Livia sampai menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan tajam nya.
"Iya memang kamu, tapi kan kamu juga waktu itu mengizinkan aku."
Melihat Candra yang berkata santai begitu, membuat Livia hanya mendengus sambil berusaha menahan emosi nya, "Kamu tidak bertanya apa aku melakukannya dengan ikhlas atau tidak?" tantang nya.
Sebenarnya Candra tidak usah bertanya juga, toh Ia tahu jika sepertinya Livia tidak ikhlas mengizinkannya kembali menikah. Saat Candra mengabari ini pun, mereka sempat cekcok di telpon lalu Livia yang jadi sulit dihubungi. Tetapi setelah berbagai macam bujukan, akhirnya Candra pun berhasil juga mendapatkan izin.
"Sudahlah, lagi pula semua sudah terjadi, kan?" Candra terlihat sekali ingin menghindari perbincangan ini, malas saja sudah waktunya istirahat tapi malah cekcok.
"Ya semuanya sudah terjadi, dan seperti biasa aku selalu tidak berdaya atas semua perintah kamu yang egois itu. Kasihan sekali aku harus selalu menurut, padahal kamu saja tidak pernah mau mengerti perasaan aku." Suara Livia terdengar bergetar, seperti sedang menahan tangisan.
Candra lalu melihat Livia yang beranjak tapi seperti akan keluar, "Mau kemana kamu?" tanyanya.
"Aku gak mau tidur sama kamu," jawab Livia ketus lalu keluar kamar sambil membanting pintu.
Melihat itu Candra hanya diam sambil memijat pelipisnya, merasa frustasi melihat sikap Livia yang jadi emosional begitu. Sebenarnya Candra juga tahu semua terjadi karena dirinya yang memutuskan seperti ini, sekarang hubungannya dengan Livia jadi merenggang. Candra merasakan itu.