Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
"Begitu sibuk pagi-pagi sekali. Ada apa?" tanya Kate pada pengurus rumah kakaknya.
"Nona Katherine. Tuan Anthony sedang menantikan seorang tamu"
Kate melihat beberapa baju dari desainer terkenal dibawa ke lantai dua. Tapi bukan ke kamar kakaknya. Juga beberapa tas dan sepatu bermerek. Apa ada yang akan tinggal disini? Tidak mungkin.
"Siapa wanita itu?" tanya Kate.
"Anda harus bertanya pada Tuan Anthony tentang itu"
"Aku lupa kalau kau sangat patuh pada kakakku"
"Anda terlalu memuji Nona Katherine. Apa Anda sedang berjalan-jalan?"
"Iya. Suamiku masih tidur dan aku penasaran dengan kegiatan kalian yang dimulai sejak matahari belum terbit."
Pengurus rumah tersenyum mendengar penjelasan Kate.
"Sebaiknya Anda cepat pulang Nona. Tuan Powell sangat disiplin tentang waktu bangun tidurnya. Kalau Tuan Powell tidak melihat Anda di sebelahnya ... "
Kate mendesah dan tidak bisa bicara apa-apa. Dia terpaksa kembali ke rumahnya. Melewatkan rasa penasaran tentang wanita yang akan datang ke rumah kakaknya.
"Apa kau tahu sesuatu?" tanya Kate pada suaminya yang sedang sarapan.
"Tidak ada. Sepertinya akhir-akhir ini tidak ada berita tentang Tuan Anthony. Kecuali membuka pabrik baru dua Minggu yang lalu" jawab kak Brandon.
Kate berusaha mengingat-ingat dan tidak menemukan berita tentang kakaknya berpacaran atau bertemu wanita baru.
"Benar, lalu siapa wanita itu? Aku harus bertanya padanya. Atau aku pergoki saja mereka saat bermesraan? Hal itu akan membuat kakakku marah"
"Sebaiknya jangan melakukan itu. Tuan Anthony pasti akan marah"
Kate menatap suaminya.
"Kak Brandon masih menggunakan nama saat memanggil kak Anthony"
Suaminya sadar dan segera merapat perkataannya.
"Maaf. Aku masih belum terbiasa"
Kate menahan kesalnya.
"Yah tidak apa-apa"
Mereka makan bersama lalu Kate mengantar suaminya berangkat kerja. Sekilas dia melihat sebuah mobil dengan tanda keluarga Cooper masuk ke dalam kediaman kakaknya. Lalu seorang wanita keluar dari mobil itu. Tapi Kate tidak bisa melihat wajah wanita itu dari jarak sejauh ini.
"Siapa itu?" tanyanya penasaran.
"Sebaiknya Anda tidak mencari tahu Nona" saran pengawal yang menemaninya.
"Tapi aku sangat ingin tahu. Oh iya, bagaimana dengan wanita itu. Apa kau sudah menemukannya?"
Kate menoleh ke arah pengawalnya.
"Saya belum menemukannya. Terakhir kali yang saya tahu, wanita itu sibuk melakukan pekerjaannya"
"Apa pekerjaannya?"
"Dia shopping asisten"
"Jadi wanita itu yang disarankan oleh Nyonya Lane? Hubungi wanita itu dan suruh datang kemari. Aku membutuhkan jasanya"
"Nona Katherine, saya rasa itu bukan hal baik. Mengingat terakhir kali Anda melihat wanita itu terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan"
Kate mengerti kekhawatiran pengawal yang selama ini menemaninya. Tapi dia ingin tahu bagaimana wanita yang pernah menjadi calon istri suaminya. Yang belum bisa dilupakan oleh suaminya sampai saat ini.
Malam tiba dan Anthony pulang ke rumah. Dia menantikan saat ini sejak pagi tadi. Begitu sibuk rapat membuatnya lupa menghubungi wanita itu. Ketika dia masuk rumah dengan bersemangat, ternyata tidak ada yang menyambutnya.
"Dimana dia?" tanya Anthony pada pengurus rumahnya.
"Nona Harding baru saja pulang. Ada di kamarnya"
Oh, baiklah. Dia juga tidak mengharuskan wanita itu untuk menyambutnya saat pulang. Anthony memasuki kamar baru wanita itu dan tidak melihat siapa-siapa disana. Dia juga tidak mendengar suara air mengalir.
Anthony mencari di wardrobe dan sama, tidak menemukan jejak wanita itu. Lalu ... Tiba-tiba dia mencium bau segar dan wangi dari kamar mandi. Wanita itu ternyata sedang berendam di bath-up. Memejamkan mata menikmati kenyamanan air hangat yang menyelimuti tubuh polosnya.
Ada seringai licik di wajah Anthony. Diam-diam dia duduk di tepi bath-up dan menyentuh tubuh yang ada di dalam air hangat itu. Ada desahan lemah keluar dari mulut wanita itu. Dan saat Anthony menyenggol titik yang tepat, mata itu terbuka lebar.
"Kau menyukainya?" tanyanya lalu berani menyentuh lebih dalam.
Wanita itu merubah posisi tubuhnya menjadi lebih mengambang. Dan hal itu membuat Anthony merasa bergairah.
"Hentikan!" pinta wanita itu tapi dia tidak menurut. Tidak terima dengan penolakan, wanita itu menarik Anthony masuk ke dalam bath-up. Menyebabkan sebagian besar air meluap keluar.
"Kau harus bertanggung jawab karena membuatku basah" katanya.
Wanita itu tersenyum lembut dan mengalungkan lengan ke leher Anthony.
"Tanggung jawab seperti apa yang kau inginkan?"
Menggoda namun tidak terdengar murahan.
"Kupikir tidak akan ada makan malam hari ini" kata Anthony lalu mulai menghujani wanita itu dengan ciuman. Terbentuk gelombang air stabil seiring dengan pergerakan keduanya di dalam air.
Suara desah bercampur percikan air yang terbuang ke lantai membuat sebuah harmoni indah di telinga Anthony. Setiap kali dia bercinta dengan wanita itu, ada sensasi kenikmatan baru yang muncul di dalam otaknya.
"Aku mencengkeram terlalu kuat" kata wanita itu meraba lengan Anthony yang tergores.
"Aku tidak merasakan sakit"
"Benarkah? Apa aku harus mempertajam kuku agar lukanya lebih dalam?" kata wanita itu serius.
"Aku harus mengikat tanganmu kalau itu benar terjadi"
"Aku akan merobek ikatan itu dengan kuku" kata wanita itu mencoba menggambarkan adegan di dalam kepalanya.
Lalu tanpa Anthony duga, wanita itu terkekeh. Mungkin menertawakan khayalannya sendiri. Baru kali ini Anthony mendengar suara yang begitu lucu keluar dari mulut wanita itu. Senyum kembali menghiasi wajahnya, tanpa dia sadari.
Anthony terbangun saat matahari terbit. Menemukan seorang wanita tidur pulas di sampingnya. Perlahan dia turun dari ranjang dan pergi ke dapur. Beberapa pelayan terkejut melihatnya. Mungkin karena mereka tidak pernah menemukan Anthony bangun sepagi ini.
"Siapkan sarapan agak banyak. Kami belum makan malam kemarin!" perintahnya.
"Baik Tuan. Kami akan siapkan saat Anda turun" jawab pelayan itu membuat Anthony kesal.
"Siapkan sekarang! Aku akan membawanya ke kamar"
"Apa? Tapi Tuan. Apa benar Anda membutuhkannya sekarang untuk dibawa ke kamar?"
"Kau tidak mendengar apa kataku?!"
Pelayan segera bergerak cepat. Mereka menyiapkan sarapan saat Anthony melihat pagi ini dengan cara berbeda. Sepertinya matahari bersinar lebih indah pagi ini. Langit juga tampak lebih biru dari biasanya.
"Sarapan telah siap Tuan"
Anthony berbalik dan melihat sebuah nampan penuh makanan. Dia mengambil nampan itu dari pelayan dan membawanya sendiri ke kamar. Ternyata wanita itu baru saja terbangun. Dengan gaya rambut berantakan, wanita itu masih terlihat cantik di matanya.
"Ayo makan!" ajaknya. Wanita itu turun dari ranjang dan melihat makanan yang dibawa Anthony.
"Kau menyiapkan semua ini sendiri?"
"Aku? Tentu saja!"
Wanita itu menatapnya tak percaya.
"Tidak kukira seorang Anthony Cooper bisa memasak"
"Memasak? Aku Anthony Cooper, bisa melakukan segalanya" katanya sombong.
"Benarkah? Kalau begitu, bisakah aku meminta omelet telur sederhana besok pagi?" pinta wanita itu dengan mata jernihnya.
Sial. Seharusnya dia tidak berbohong untuk keahlian yang sama sekali tidak dimilikinya. Sekarang dia harus memikirkan cara untuk bisa membuat telur omelet dalam semalam.