BUCINNYA PREMAN PASAR

Satu Minggu kemudian...

Setelah Niko benar-benar pulih, dan semua sudah disiapkan secara matang oleh Pak Roby, kali ini rencana perpindahan pasutri untuk keluar Kota Cirebon sudah benar-benar terealisasi kan.

Sempat di tolak oleh kedua pasangan itu, tapi Pak Roby tetap kekeh dengan pendirian nya, bahkan Pak Roby mengeluarkan uang tak sedikit untuk kedua pasutri itu, sampai memberikan mereka bekal uang 20 juta untuk mereka hidup di Bali, Pak Roby menyuruh mereka untuk buka usaha apa saja disana.

Setiap bulan juga Pak Roby membayar villa Bintang 5 untuk mereka hidup. Fasilitas yang tidak main-main dari nya, tujuan nya agar mereka sadar kalau saling dendam itu tidak baik.

Di bandara Kertajati sambil di temani Pak Roby dan Bu Susi, mereka kini mulai menaiki pesawat super air jet 88.

Pak Roby hanya melihat dari balik kaca yang cukup jauh dari landasan. Disana, Eca terus menggerutu, Niko juga tak kalah hebatnya berkacak pinggang tentang situasi yang sudah terjadi.

"Kok jadi gini hidup saya, semenjak nikah sama kamu, sial banget di buang jauh sama orang tua" Kata Eca sambil berjalan nunduk memasuki pesawat.

"Buruan jalan nya ah, emang situ aja yang ngeluh, saya juga!" Kata Niko.

Eca berhenti sejenak untuk melihat Niko, namun pramugari lebih dulu meminta Eca untuk mengeluarkan tiket, setelahnya pramugari itu mengarahkan Eca ke tempat duduk yang sudah di atur dalam tiket itu.

"Silahkan, selamat menikmati perjalanan anda" Kata pramugari itu dengan senyuman.

Disusul oleh Niko yang sudah di giring oleh pramugari lain, mereka duduk berdampingan, keadaan menghening, Eca fokus menatap jendela pesawat, sedangkan Niko memasang earphone di telinga nya.

Tak lama kemudian, salah satu pramugari tiba-tiba bicara kepada penumpang yang ada di dalam pesawat.

"Selamat siang penumpang kami yang terhormat, selamat datang di dalam pesawat air jet 88, penerbangan menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali akan juga tempuh dalam waktu 2 jam 40 menit dengan ketinggian jelajah 15 ribu dari permukaan laut, kami sampaikan penerbangan ini tidak diperkenankan untuk merokok, termasuk rokok elektronik"

Eca menoel-noel pinggang Niko, Niko menoleh "Apa sih" Kata Niko sambil melepas earphone.

"Denger tuh apa orang itu bilang" Kata Eca.

"Sebelum lepas landas silahkan menggunakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran tempat duduk, melipat meja di hadapan anda, dan membegal penutup jendela, jika anda membutuhkan bantuan selama penerbangan segera menghubungi awak kabin"

"Pimpinan penerbangan kapten Adi Wijaya dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan anda bersama kami" Kata seorang pramugari dengan sangat lancar mendemonstrasikan prosedur keselamatan sebelum lepas landas.

"Kenapa saya harus dengerin itu, saya tau kali" Kata Niko.

"Silahkan mas pakai sabuk pengaman nya" Kata pramugari lain yang tiba-tiba datang untuk mengecek penumpang, langsung menyuruh Niko saat niko tidak memakai sabuk. Saat itu juga Niko langsung memakai seatbelt.

"Katanya tau tapi gak pakai sabuk" Kata Eca.

"Bawel banget sih, jadi kamu gak suka gitu kalau tinggal di Bali?" Kata Niko.

"Masih aja dibahas, dibilang Eca gak masalah kalau di Bali!" Jawab Eca.

"Terus kenapa dari tadi cemberut terus" Kata Niko.

"Saya mulai sadar kalau nikah sama kamu itu ternyata bawa sial, lama-lama saya makin enek sama kamu setelah lihat kepolosan kamu yang dibawa Teh Fany ke tempat wisata itu" Kata Eca.

"Gak nyangka aja gitu orang tua sampai ngusir anak nya sendiri, gak sekalian aja gitu Eca dicoret dari kartu keluarga"

Niko menyentil kening "Kita nikah otomatis punya kartu keluarga baru oon"

"Eca gak oon!" Kata Eca sambil mengelus kening nya.

"Kacak pinggang mulu, kamu kalau lagi laper bilang, nanti saya panggil pramugari untuk bawain makanan" Kata Niko.

"Kamu itu yang oon dan bodoh, jangan jadi orang polos maka nya!" Kata Eca.

Niko menggeleng, memasang earphone nya kembali dan memilih untuk mengalah, karena berdebat sama Eca gak akan ada ujungnya, pasti ada aja yang dibahas.