Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan Firman
"Kalila!" panggil Diandra ketika melihat Kalila yang baru saja hendak memasuki lift.
Kalila lantas menoleh ke arah suara. Senyumnya mengembang ketika melihat perempuan berkacamata itu terlihat sangat buru-buru menghampirinya.
"Hai, Di!" sapa Kalila.
"Kamu kemana aja dua hari ini, Kalila? Apa kamu sakit? Kok, nggak kasih kabar apa-apa? Berkali-kali aku telfon dan chat kamu, tapi nggak ada satupun yang kamu respon."
"Maaf, Di. Aku memang lagi sakit. Dan, HP aku sempat lupa dimana naronya. Makanya, aku nggak bisa ngabarin kamu."
"Ya ampun, Kalila! Kamu beneran sakit? Sakit apa? Udah ke dokter, belum?"
"Magh-ku kambuh, Di. Tapi, sekarang udah sembuh." Kalila terpaksa harus berbohong. Dia tak mau jika Diandra semakin khawatir andai perempuan lugu itu tahu kejadian sebenarnya yang menimpa Kalila.
"Makanya, jangan telat makan, La! Aku kan udah sering ingetin kamu," timpal Diandra mengomel.
Kalila hanya nyengir kuda. Ia berusaha menahan tawa ketika Diandra mulai menasehatinya panjang lebar. Padahal, Diandra sedikit lebih muda dibanding dirinya.
"Kalila! Sudah masuk kerja?" tanya Kalandra yang tiba-tiba muncul dibelakang kedua perempuan itu.
"Pak!" sapa Diandra sedikit terkejut. Sekian tahun bekerja di perusahaan itu, baru kali ini Diandra melihat dengan jelas wajah sang atasan utama.
Sementara, Kalandra hanya menatap Diandra sekilas. Lalu, fokusnya kembali terarah kepada Kalila.
"Gimana kondisi kamu sekarang?" tanya Kalandra lagi.
"Jauh lebih baik dari sebelumnya, Pak," jawab Kalila.
"Mestinya, kamu istirahat aja di rumah! Nggak usah kerja dulu kalau masih belum terlalu fit. Lihatlah, wajah kamu masih kelihatan sangat pucat."
Perhatian yang diberikan Kalandra untuk Kalila membuat Diandra jadi senyum-senyum sendiri. Dalam pikiran perempuan lugu itu, Kalandra sedang memberi perhatian lebih kepada Kalila sebagai bentuk rasa suka seorang pria dewasa terhadap wanita.
"Kenapa senyum-senyum? Ada yang lucu? Kamu lagi ngeledekin saya, ya?" tegur Kalandra tiba-tiba.
Diandra langsung menciut ketakutan. Dia menundukkan kepala dengan sepasang mata yang tak berani menatap Kalandra sama sekali.
Lidahnya pun mendadak terasa kelu. Diandra benar-benar tak bisa membela diri dalam kondisi ketakutan seperti sekarang.
"Maaf, Pak! Ini teman baik saya, Diandra. Sepertinya, Diandra tidak bermaksud meledek Bapak. Dia hanya sedang tersenyum karena terlalu senang bisa bertemu langsung dengan Bapak dalam jarak sedekat ini."
Kalila memberi kode kepada sang kakak lewat pelototan matanya. Dia meminta Kalandra untuk berhenti menakut-nakuti Diandra.
"Kamu sudah berapa lama kerja di sini?" tanya Kalandra kepada Diandra.
"Li-lima tahun, Pak!"
"Jabatan kamu, apa sekarang?"
Diandra menghela napas. "Hanya karyawan biasa, Pak."
"Jadi, belum pernah mengalami kenaikan jabatan selama kerja di sini?"
Pelan, Diandra menggeleng. "Belum, Pak."
Kalandra mendengus sinis. Hal itu membuat Kalila lagi-lagi memelototi dirinya.
"Selama ini, kamu ngapain aja? Malas-malasan, ya? Masa' sudah kerja selama itu tapi belum jadi apa-apa? Betah, jadi karyawan biasa terus?"
Diandra merasakan sepasang netranya mulai memanas. Sebagai sosok perempuan yang sangat sensitif, Diandra sungguh tak bisa menerima penghakiman seperti itu dari seseorang yang sama sekali tidak mengenalnya.
"Sa-saya..."
Ting!
Pintu lift terbuka. Gegas, Kalila menarik tangan Diandra untuk masuk.
"Maaf, Pak! Kami duluan!" pamit Kalila sambil menutup pintu lift.
"Kamu kenapa, Di? Sedih, karena perkataan si raja tega itu?" tanya Kalila saat sudah berada didalam lift bersama Diandra.
"Omongan Pak Kala memang ada benarnya, Lila. Seharusnya, aku udah naik jabatan dari dulu. Tapi, karena sifat aku yang lemah kayak gini, aku selalu aja ditindas dan dimanfaatkan sama orang-orang."
"Makanya, kamu berubah dong, Di! Kamu harus lebih kuat dan percaya diri supaya orang-orang nggak ngeremehin kamu lagi."
Diandra menyeka sudut matanya yang berair. Ia hanya menganggukkan kepalanya.
*
*
*
"Ko, toko yang dijalan Cendana sama Pahlawan, mau dijual. Kamu bantu cariin pembeli lagi, ya!" perintah Firman begitu sampai di toko.
"Hah? Bapak mau jual toko lagi? Buat apa, Pak?" tanya Eko sedikit terkejut.
"Kamu nggak perlu tahu alasannya! Lakukan saja apa yang saya perintahkan sekarang juga!"
Eko hanya bisa pasrah dan menuruti semua kemauan Firman. Jika terus membantah, maka dirinya pasti akan dapat masalah baru.
"Kalau aku jual kedua toko itu, maka aku akan dapat uang yang lumayan banyak. Dengan begitu, aku bisa membayar hutang-hutangku kepada Kalila."
Ya, Firman sudah memikirkan segalanya. Dia akan membayar hutang pada Kalila supaya perempuan itu tak lagi marah kepadanya.
Nantinya, tentu akan lebih mudah bagi Firman untuk merayu Kalila lagi lalu meminjam uang perempuan itu lagi, jika Kalila berhasil dia buat senang.
"Sisanya bisa aku pakai untuk menambah modal di toko ini. Semoga saja, toko ini bisa terus bertahan setelah mencari supplier dan langganan baru."
bhkn sbntr lgi km jdi gembel ples kena pnyakit kelamin.... krna istrimu lia & vivi itu smuanya jalang... /Facepalm//Facepalm/
trus apa fungsinya ada si lia & vivi/CoolGuy//CoolGuy/