Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ruang bayi
Pram membelai kening Laras,
menciumnya dengan penuh perasaan sedih dan bahagia yang bercampur menjadi satu.
Laras menatapnya, dengan matanya yang penuh dengan air mata.
" Selamat.. Anak anak kita sehat.. Ganteng dan cantik.." ujar Pram lirih sembari mengulas senyum nya.
Matanya tak henti memancarkan sorot yang penuh haru,
Penuh rasa syukur bahwa anak dan istrinya keluar dari ruang operasi tanpa ada masalah.
Laras mengangguk, air matanya terus mengalir melewati sudut matanya.
Melihat itu Pram tidak tahan, di seka air mata Laras, lalu di kecupinya kening dan bibir Laras,
" maafkan aku sudah membuatmu merasakan semua ini..
Maafkan aku ras.." ucap Pramudya lagi,
Laras menggeleng pelan,
" mereka anak anakku mas.." suara Laras serak.
mendengar itu Pram mengangguk pelan, matanya berbicara bahwa ia setuju dengan apa yang di katakan Laras,
" hanya anak anakmu saja?" Pram mengelus pipi Laras dengan jemarinya,
Dan tampak sekali Laras yang nyaman dengan sikap dan sentuhan yang di berikan oleh Pram.
Keluarga Laras tentu saja kaget melihat pemandangan itu.
Suryo tertegun, ia tidak menyangka Laras bisa setenang itu saat Pram menyentuhnya,
padahal saat akan di nikahkan dengan Pram, Laras berteriak dengan histeris dan menolak dengan keras.
Bahkan setelah menikah pun Laras masih terlihat dingin dan acuh pada Pram,
Lalu sejak kapan kedekatan keduanya terjalin?
Kapan kehangatan yang baru di lihat Suryo ini mulai muncul?
Apakah sudah lama?
Atau karena proses kelahiran ini?.
Tidak hanya Suryo,
Ibu Laras dan kakak Laras pun saling menatap tak percaya,
Pram dan Laras tidak tampak seperti orang yang menikah karena terpaksa,
Tidak tampak seperti tidak saling mencintai.
Keduanya bahkan terlalu lekat,
jelas sekali sentuhan Pram adalah sentuhan yang tulus yang berasal dari perasaannya yang terdalam,
Sementara Laras,
perempuan yang belum genap dua puluh tahun itu,
Tidak menolak atau merasa risih sama sekali,
Matanya menatap Pram penuh rasa kasih, hingga lupa kehadiran keluarganya di ujung ruang perawatannya.
Semua tampak kebingungan dengan apa yang mereka lihat,
Namun bukannya mereka tidak suka,
Dalam hati mereka turut senang, bahwa hubungan yang di awali dengan tragedi ini akhirnya berjalan dengan baik dan hangat.
Pram dan Laras saling menerima dengan baik dan sepertinya tidak berniat untuk berpisah.
Suryo menatap istrinya,
" Bu, apa kau lihat?" tanya Suryo pada istrinya yang masih menatap putri dan menantunya yang saling melempar kasih sayang itu.
" Tentu saja yah, syukurlah..
Cucu kita tampaknya akan tumbuh dengan baik di samping papa dan mamanya.." jawab istri Suryo menatap suaminya sekilas, lalu kembali menatap putrinya yang masih terbaring di atas tempat tidur itu.
___
Pram berdiri di luar ruang bayi,
Matanya menembus kaca yang memisahkan dirinya dan kedua anaknya.
Satu anaknya menangis terus sedari tadi,
Membuat Pramudya resah.
" sepertinya saya harus memanggil perawatnya." Pram akan beranjak, namun Suryo menarik lengan Pram.
" Nanti perawatnya akan datang Pram, kau tenanglah, mereka paham prosedurnya..
Tunggulah sebentar," ujar Suryo.
Pram yang sesungguhnya tidak tenang melihat bayinya terus menangis itu akhirnya patuh dan diam di tempatnya.
Tak lama, benar apa yang di katakan pak Suryo,
Seorang perawat datang.
" nah, itu perawatnya sudah datang.." ujar pak Suryo tenang.
Pram tidak menjawab, matanya terus menembus kaca, tertuju ke arah anak anaknya bergantian.
Sorot matanya masih penuh rasa khawatir, karena kedua anaknya masih belum boleh di pindahkan ke ruangan bersama mamanya.
" segera hubungi papa dan mamamu Pram, mereka harus tau kalau cucunya sudah lahir,
Apa harus om yang menghubungi mereka?" Suryo mengingatkan Pram kembali karena Pram tidak kunjung menghubungi kedua orang tuanya.
lagi lagi raut Pram berubah menjadi tidak nyaman.
" Aku di pihakmu Pram, aku akan membantumu berjuang,
Jangan takut." Suryo menatap menantunya jauh lebih tinggi darinya itu.
" Saya tidak takut pada papa. Tapi saya lebih takut pada diri saya sendiri." jawab Pram dengan suara dalam.
" saya takut rasa tidak tegaan saya pada Elang akan mengalahkan semuanya dan pada akhirnya saya menyerah atas Laras.
Saya takut dengan sikap saya yang Tidak bisa menolak keinginan orang tua saya dengan tegas.
Om tau benar, bagaimana saya bertindak selama ini,
apapun perintah papa saya laksanakan,
Bahkan saya hidup tidak sesuai dengan harapan saya sendiri." imbuh Pram.
" Ini bukan soal pekerjaan Pram, tapi ini menyangkut nasib anak dan istrimu.
Aku tau kau laki laki yang tangguh, karena hanya laki laki tangguh yang sanggup mengalah dan bersabar dengan situasi sepertimu.
Kau korbankan segalanya demi papa dan adikmu,
Tapi Pram, pernahkan kau berpikir apa yang mereka kembalikan padamu?
Atas segala pengorbanan mu?
Atas segala ketulusan hatimu?
Karena kau selalu mengalah, kau jadi tidak punya pilihan,
Kau jadi terus dan terus di injak oleh ego mereka.
Pram..
Kau seorang bapak sekarang,
Ada hidup anak anakmu yang harus kau perjuangkan..
Ada Laras yang harus kau bahagiakan..
Pram, kuatlah, kumohon kuatlah..!
Aku tidak ingin putriku kembali pada Elang dan anak anaknya memanggilnya Tante,
sungguh aku tidak mau Pram,
Karena kurasa itu tidak benar,
Karena hal itu pasti menyakiti kedua cucuku.
tidak ada bangkai yang tak berbau Pram,
Ketika dewasa mereka akan mencari ibunya,
Apakah bisa kau bayangkan jika mereka suatu saat tau bahwa tantenya selama ini adalah ibu kandungnya?
Seberapa besar pemberontakan yang akan mereka buat pada kita,
Seberapa banyak tuntutannya pada kita karena tidak membela mereka agar ibu mereka tetap disamping mereka.
Pram..
Beranilah.. Demi kedua buah hatimu..
Mari kita hadapi bersama Pram,
Bahkan jika Elang pulang pun nanti, mari kita hadapi bersama.." ujar Suryo pada menantunya.
Pram tidak menjawab,ia tertunduk sejenak, menghela nafas berat..
Lalu kembali menatap kedua buah hatinya melalui kaca.
mata Pram banyak menyimpan kegelisahan,.sehingga sorotnya tidak bersinar seperti sebelumnya.
Bohong..
Jika ia tidak takut kehilangan Laras..
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini