Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa canggung
Langkah Ryuga lesu karena tidak bertemu Shiza. Mantan kekasihnya itu terbang tadi pagi ke Kanada karena sang kakek ingin bertemu. Setiba di kelas ia merebahkan kepala di atas meja sambil menatap kotak kecil dalam genggamannya. Niatnya pagi ini akan memberikan oleh-oleh itu pada Shiza.
"Ryu kenapa?" Fira datang menghampiri. Matanya tertuju pada kotak kecil dalam genggaman sahabatnya itu. "Ini apa?" Tanya nya penasaran dan berniat meraihnya.
"Ini oleh-oleh buat Shiza." Ryuga cepat menepis tangan Fira lalu menyimpan kotak itu ke dalam saku celananya. "Tapi Shiza nggak sekolah."
Fira merasa cemburu raut wajahnya berubah. Ia tidak suka Ryuga memberikan sesuatu untuk Shiza. "Punya ku mana?" Gadis itu bertanya sambil cemberut menadahkan tangan.
"Sorry Fir, aku cuma pesan buat Shiza aja. Dariel sama Chio juga nggak dapat." Ryuga tersenyum tidak enak hati. Bagaimana bisa ia melupakan para sahabatnya itu.
"Sekarang Shiza sudah menggeser posisi kami di hati kamu ya, Ryu !" Fira berucap sendu.
"Enggak kok, kalian tetap ada di hati aku. Cuma kemarin waktu mama ku tanya mau oleh-oleh apa, aku ingat buat Shiza aja. Maaf ya lain kali aku pesan buat kamu juga." Ryuga menepuk lembut pucuk kepala Fira.
Di ambang pintu Adel memperhatikan itu seketika memanas. Ia benci melihat kedekatan Fira dan Ryuga. Semenjak semalam ia mulai berencana menunjukan rasa sukanya pada Ryuga.
"Ryu, aku bawain bekal buat kamu." Adel melangkah masuk mengabaikan tatapan tidak suka siswi di kelas itu. Baginya menemui Ryuga sudah cukup. "Aku buat sendiri." Ujarnya menaruh tote bag berisi kotak makanan.
"Adel lain kali nggak usah repot kaya gini." Fira membuka tote bag lalu mengambil kotak makanannya. "Kamu mau?"
"Fir, itu buat Ryuga. Besok aku bawa deh buat kamu." Adel seketika meraih kotak itu karena tidak rela jika Fira memakannya.
"Ryu nggak keberatan kalau berbagi sama aku." Fira menoleh. "Bagi ya." Ucapnya memohon.
"Buat kamu aja, aku masih kenyang."
"Tuh, Ryu masih kenyang." Tanpa berpikir lagi Fira mengambil kembali kotak makanan itu dan mencicipinya. Namun baru saja nasi goreng itu sampai di ujung lidah matanya terbelalak mengeluarkan nasi dari dalam mulutnya. "Asin banget." Pekiknya segera berkumur dengan air yang ada di dalam tote bag.
Wajah Adel merah merasa malu. Bagaimana jika nasi goreng itu benar dimakan Ryuga. Seperti apa dia menghadapi pria yang digilainya itu. "Maaf tadi waktu aku cicipi nggak asin." Cicitnya pelan. "Besok aku bawa lagi bekalnya."
"Nggak usah Del, kita bisa makan di kantin." Tolak Fira tidak memberi celah untuk Adel mencari perhatian.
"Buat Ryu maksud aku."
"Nggak usah aku bisa makan di kantin." Ryuga menyahut tanpa melihat lawan bicaranya. Ia hanya fokus pada layar ponsel.
"Ya udah kalau gitu, aku ke kelas dulu ya." Adel tanpa menunggu balasan langsung memutar tumit meninggalkan kelas Ryuga. Ia cukup malu dan kesal karena ulah Fira.
"Shiza, berapa lama ya disana?" Ryuga masih gelisah baru saja tidak mendapatkan kabar dari sang mantan ada rasa rindu menyelinap yang belum pernah ia rasakan dulu.
"Aku mau cari novel sore ini, temenin ya." Fira bergelayut di lengan Ryuga berusaha mengalihkan perhatian pemuda itu.
"Hari ini aku nggak bisa, mama sama papa minta aku pulang cepat."
Wajah Fira berubah murung. Ia menarik tangannya dari lengan Ryuga tersenyum masam sambil berkata. "Ya udah nggak apa-apa deh lain kali aja. Kamu pasti masih kangen sama orang tua kamu."
Ryuga merasa bersalah lalu menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. "Gimana kalau nanti malam, aku bisa nganterin kamu."
Fira kembali tersenyum sambil mengangguk setuju. Ia kembali ke mejanya sambil membuka layar ponsel mencari novel yang sedang ingin di belinya.
Dariel baru datang dari luar langsung menghampiri Ryuga. Ia cukup bingung melihat sahabatnya itu seperti bunga sedang layu. "Kenapa?"
"Shiza nggak sekolah."
"Dia terbang pagi tadi." Dariel berkata dengan santai seolah kalimatnya itu bukan sebuah kesalahan.
"Kamu tahu Shiza pergi?" Ryuga langsung menatap tajam. Kenapa harus Dariel yang lebih tahu dari dirinya. "Shiza pamit sama kamu, kok bisa? Kamu mau nikung aku? Oh nggak bisa, nggak aku biarin." Tantrum nya kumat.
Dariel ternganga merasa kehabisan kata-kata. Ia menarik nafas panjang memupuk kesabaran setebal dompetnya. "Makanya punya grub itu di buka jangan cuma nebeng doang jadi anggota."
Ryuga tersenyum salah tingkah. Ia hampir kehilangan akal bila menyangkut Shiza. "Oh iya, Chio udah ngabarin pagi tadi. Sorry."
🌷🌷🌷🌷🌷
Di kelas Shiza, teman-temannya juga kurang bersemangat karena ada yang kurang di antara mereka. Candra hanya diam sejak tadi begitu juga Dimas tidak berselera melucu. Hanya Aysela dan Violet sibuk menguncir rambut.
"Sementara nunggu Shiza pulang, kita siapin peralatan buat berangkat mancing. Nanti habis ujian semesteran kita libur." Usul Violet sambil menguncir rambut Aysela.
"Benar tuh, kapan kita belanja sekalian camping yuk. Aku pengen banget dari kemarin."
"Ide bagus." Sahut Dimas
Candra mengangguk. "Kita list dulu yang dibutuhkan kalau memang sekalian mau camping."
"Untuk akomodasi Candra nggak usah ikut."
Candra menoleh ke arah Dimas. "Kenapa aku di lewatkan?" Tanya nya heran. Harusnya mereka sama-sama mengumpulkan akomodasi.
"Karena kamu bakalan lebih sibuk di banding kami. Jadi akomodasi tenaga aja." Jawab Dimas terkekeh.
Candra berdecak sebal paham maksud temannya itu. Di antara mereka berlima Candra lah paling berpengalaman karena sering ikut kemah.
🌷🌷🌷🌷🌷
Malam di kediaman Ryuga mereka baru saja selesai makan malam. Akhirnya moment yang di rindukannya itu tiba. Meski agak canggung tapi Mama Deanda berusaha mencairkan suasana. Ia paham jika anaknya masih menyimpan kekecewaan dan beliau berniat menebusnya, setelah berpikir panjang Mama Deanda memutuskan bekerja dari rumah saja. Bisnis yang merambah dunia fashion itu kini masih bisa ia handle di belakang layar.
"Ryu, ayo duduk disana." Tunjuk Mama Deanda pada ruang keluarga dengan sorot matanya. "Mama mau ngobrol banyak sama kamu."
"Ngobrolin apa?" Mau tapi gengsi Ryuga memasang wajah datar.
"Apa aja." Mama Deanda berniat menyentuh sisi hidup remaja putranya lebih dulu. "Papa gabung juga."
"Oke." Papa Kai langsung beranjak dari kursi dan membiarkan para maid membereskan meja.
Ryuga mendaratkan tubuh di sofa agak jauh dari kedua orang tuannya. Tapi Mama Deanda tidak membiarkannya menjauh.
"Sini." Wanita itu menepuk sisi kanannya. "Mama sama papa minta maaf ya atas waktu yang kurang buat kamu." Mama Deanda menggenggam kedua tangan anaknya. Tersenyum hangat menatap duplikat suaminya itu. "Mama akan menebus hari-hari itu disini sama kamu. Ayo kita isi list impian kamu dari saat ini."
"Papa sudah minta mama bekerja dari rumah, biar kamu nggak kesepian lagi dan tinggal di apartemen."
"Terserah aja, aku sudah terbiasa sendiri."
Mendengar jawaban putranya hati mama Deanda tercubit. Ia meraih tubuh jangkung Ryuga ke dalam pelukannya. Kemarin malam mereka belum sempat bicara panjang lebar karena sudah tiba tengah malam.
"Gimana oleh-olehnya udah kamu kasih?"
Ryuga merubah mimik wajah sedih. "Dia nggak sekolah."
"Loh, kenapa ?"
"Dia terbang tadi pagi ke Kanada. Kakeknya sakit mau ketemu dia."
"Nggak apa-apa cuma sebentar, 'kan? Nanti kalau dia udah pulang langsung kasih aja. Ajak dia ke rumah mama mau kenalan. Secantik apa sampai putra mama ini malu-malu." Mama Deanda gemas menjepit hidung Ryuga.
"Cantik banget, paling cantik disekolah." Ryuga teringat janjinya pada Fira. "Aku mau keluar dulu gak lama kok."
"Hati-hati jangan ngebut." Mama Deanda tersenyum melihat putra nya masih canggung. Dalam hatinya bergemuruh hebat selama itu kah absennya pada pertumbuhan Ryuga. Sampai anaknya merasa canggung atas perhatian langsung darinya.
"Pelan-pelan." Papa Kai menepuk hangat tangan sang istri.
🌷🌷🌷🌷🌷
Ryuga melaju santai di jalanan. Ia masih merasakan hangatnya perhatian sang mama sampai senyum di bibir belum juga memudar. Kini ia percaya jika kasih sayang yang di berikan orang tua Shiza sebelumnya juga nyata dan tulus. Mengingat gadis itu, rindu semakin menggebu di dalam dada.
"Nggak lama, 'kan?" Ryuga bertanya saat Fira mau naik motor setiba di rumah gadis itu.
"Sebentar aja, emang kenapa?" Fira memasang helm dan duduk manis di belakang sambil melingkarkan tangan di pinggang Ryuga.
"Mau main game." Pemuda itu merasa tidak nyaman karena tubuh Fira agak menempel berlapis jaket kulitnya. "Fir, jangan peluk. Aku habis makan jadi kekenyangan nggak bisa nafas. Nggak ngebut kok."
Fira menarik tangannya lagi, niat hati memang ingin memeluk Ryuga berganti kesal karena alasan pemuda itu. Fira merasakan kalau Ryuga semenjak putus dari Shiza menjaga jarak dengannya.
"Awas saja cewek itu !"
...----------------...
Hai kakak-kakak tetap stay ya di lapak Shiza beberapa bab lagi menuju konflik.
Terimakasih sudah membaca 🥰