Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 26
Nadira memperhatikan raut wajah Bram.
" Kamu kenapa, Bram?"
Bram menggelengkan kepala dengan bibir yang menekuk. Nadira sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. Menunggu kedua mertuanya yg belum juga datang. Bram pergi ke kantin sejenak, untuk membeli kopi. Bram datang dengan membawa dua cangkir kopi, dan yg satunya di berikan Nadira.
" Minumlah."
Nadira menerimanya dan mengucapkan terima kasih.
" Bram, kenapa mama dan papa belum juga datang ya?"
" Sebentar lagi, ada urusan yang harus di kerjakan oleh Om. Mungkin mereka sedang dalam perjalanan. "
Nadira membulatkan bibirnya. Dan mengangguk tanda mengerti. Setelahnya mereka saling diam. Tak lama pintu kamar Alby terbuka. Tampak mama dan papa Alby datang. Mama segera memeluk Nadira. Air mata menetes lagi di kedua pipi wanita ini. Papa berjalan ke arah Alby yang terbaring di ranjangnya.
" Nak, segera lah sadar, Papa dan mama tidak tahan melihatmu seperti ini." Batin Papa.
Setelah kedua orang tua Alby datang. Nadira pun meminta izin kepada sang mertua untuk pulang sejenak ke rumah.
" Ma, Dira boleh pulang sebentar? Dira mau ambil beberapa potong baju ganti, dan perlengkapan mandi. "
Mama melihat ke arah Nadira. Nadira masih memakai gamis yang kemarin lengkap dengan hijabnya. Tampak nya ia juga hanya sekedarnya membersihkan dirinya.
" Boleh, Sayang. Nanti biar sopir yang nganter kamu ya. Jangan pake motor."
Nadira mengangguk, lalu ia pun berpamitan pada kedua mertuanya. Dan ia pun pergi ke parkiran dengan di temani sang Mama mertua.
" Sayang, biar Mang Diman yang nganter kamu."
Mang Diman yang sudah lama menjadi sopir kelurga Alby pun dengan sigap membukakan pintu untuk Nadira.
" Kalau kamu masih perlu istirahat, kamu istirahat saja dulu ya. Mama dan papa akan jagain Alby,"
Nadira pun mengangguk, lalu berpamitan pada sang mama mertua, dan menyalami tangan mama mertua dengan takzim. Nadira masuk ke dalam mobil, di ikuti Mang Diman yang masuk ke belakang kemudi.
" Hati- hati di jalan ya, Mang."
Mang Diman mengangguk patuh. Dira dan mertuanya saling melambaikan tangan. Di sepanjang perjalanan menuju rumah. Dira hanya diam, dan memikirkan cara agar dirinya bisa secepatnya bertemu Syifa.
Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh menit. Akhirnya mobil yang membawa Nadira pun berhenti di halaman rumah. Mang Diman turun lebih dulu, Dira pun segera membuka pintu. Tersenyum lembut pada Mang Diman yang ingin membukakan pintu.
" Gak apa, Mang. Dira bisa sendiri."
Mang Diman hanya tersenyum. Nadira pun masuk ke rumah. Langsung masuk ke kamarnya, untuk membersihkan diri. Dan mengambil beberapa lembar baju, dan hijab. Memasukkannya ke dalam tas. Serta perlengkapan lainnya. Tak lupa Nadira mengambil laptopnya, selama Alby belum sembuh, Nadira aja memantau toko dari laptopnya.
Setelah selesai, Nadira pun turun. Segera menuju dapur, membuka isi kulkas, melihat apakah ada bahan makanan, yang bisa dimasak. Nadira mengeluarkan Ayam dan sayuran dari kulkas. Nadira pun segera memasak. Setelah satu jam, akhirnya masakannya matang. Dan Nadira menempatkan pada wadah, agar mudah membawanya ke rumah sakit.
" Ayo, Mang. Kita berangkat."
Mang Diman membantu membawakan tas Nadira. Meletakkan di bagasi mobil, dan ketika akan membuka pintu, ternyata Nadira telah lebih dulu, membuka pintu untuk dirinya sendiri. Mang Diman pun segera masuk di balik kemudi. Dan menjalankan mobilnya ke rumah sakit.