Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Ikatan Diatas Kertas.
Asisten Roy masuk ke dalam ruangan direktur utama dengan membawa selembar kertas yang sudah dimasukkan ke dalam map. Sebelumnya Bara sudah menceritakan semuanya pada Arumi tentang perjodohan yang dilakukan oleh kakeknya serta kesehatan kakeknya yang mulai memburuk hingga Bara tidak mungkin bisa menolak perjodohan itu. Terlebih Bara juga mendapatkan ancaman dari Tante Sherly.
Bara menerima map itu dari tangan asisten Roy, dia menatap Arumi yang tengah duduk dihadapannya.
"Ini surat perjanjian kita, bacalah dengan teliti,"
Arumi menerima map itu dari tangan Bara dan membuka isinya.
Perjanjian kontrak enam bulan.
1. Kedua belah pihak harus sama-sama diuntungkan dalam kontrak ini.
2. Tidak ada kontak fisik kecuali jika dalam keadaan mendesak atau darurat.
3. Tidak mencampuri privasi masing-masing.
4. Selama kontrak berlangsung, kedua belah pihak tidak boleh dekat atau menjalin hubungan dengan siapapun dulu.
...Tertanda :...
...(Bara dan Arumi)...
"Aku keberatan dengan yang nomor empat," ucap Arumi seraya menutup map itu kembali dan meletakkannya di atas meja.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan isi perjanjiannya?" Bara mengambil map itu dan membaca isinya.
"Tidak boleh dekat dan menjalin hubungan dengan siapapun tapi kamu memiliki pacar. Bagaimana jika pacarmu itu datang dan melabrakku?"
"Oh tentang itu. Kamu tenang saja, aku akan bicara dengannya dan akan aku pastikan dia tidak akan mengganggumu."
Bara menerima pulpen dari asisten Roy dan mulai menandatangani surat perjanjian itu, setelah selesai dia memberikannya pada Arumi. Arumi menghela nafasnya sebentar sebelum dia akhirnya juga menyetujui dan ikut menandatangani. Mungkin ini adalah pilihan yang terbaik, setidaknya dia tidak perlu membatalkan acara pernikahan besok dan keluarganya tidak perlu merasa malu.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan besok?" Tanya Arumi.
"Kamu tidak perlu melakukan apapun, lakukan saja seperti yang sudah direncanakan sebelumnya oleh keluarga kalian. Selebihnya biar aku yang bertindak," jawab Bara.
Arumi ngangguk mengerti, "Baiklah, kalau begitu aku harus pergi bekerja sekarang, aku sudah sangat terlambat,"
"Tunggu," cegah Bara, Arumi sampai tidak jadi bangun dari duduknya, "Aku lupa belum memberitahu sesuatu padamu. Asistenku sudah mengurus pengunduran dirimu dari tempat kerjamu,"
"Apa?" Arumi menatap Bara dan asisten Roy secara bergantian. "Kamu memutuskan sesuatu tanpa memberitahuku lebih dulu," protes Arumi dengan wajah kesal.
"Setelah menikah kamu akan ikut dan tinggal denganku, jadi kamu tidak perlu memikirkan pekerjaan lagi. Lagipula apa kamu masih mau berada satu gedung dengan teman yang sudah mengkhianatimu itu?"
Arumi hanya diam, apa yang dikatakan oleh Bara adalah benar, sebenarnya dia belum sanggup untuk melihat apalagi sampai berbicara dengan Delia. Arumi masih sangat marah sekaligus kecewa pada Delia. Meskipun sebenarnya dalam hatinya terus bertanya-tanya, sejak kapan Delia dan Randy memiliki hubungan? Apa selama ini dia memang sudah dikhianati oleh dua orang itu?
"Dan kamu tidak perlu khawatir, setelah nanti kontrak ini selesai, aku akan memberimu uang satu milyar dan sebuah rumah untuk kamu tinggali. Asistenku juga akan membantu mencarikan pekerjaan untukmu," ucap Bara.
"Yang terpenting bagiku sekarang, kesehatan kakekku kembali pulih dan aku terlepas dari perjodohan itu. Masalahmu dengan calon suamimu dan keluarganya biar menjadi urusanku. Kamu hanya tinggal melihatnya saja besok, apa yang akan aku lakukan pada mereka, orang-orang yang sudah mengkhianatimu," lanjutnya.
Sebelum berangkat ke kantor tadi, Tante Sherly memang sudah memberitahu jika kondisi kakek semakin memburuk. Dokter Gunawan yang merupakan dokter keluarga Alvarendra sudah menyarankan untuk dirawat inap di rumah sakit saja, namun kakek Abian begitu keras kepala dan meminta untuk dirawat dirumah saja dengan meminta dokter Gunawan untuk terus mengontrol kondisinya.
Bara beranjak bangun dari duduknya, asisten Roy yang seperti sudah tau akan diberi tugas langsung berdiri mendekat.
"Sekarang kamu pulanglah, asistenku akan mengantarmu pulang,"
Arumi ikut bangun dan menganggukkan kepala, "Baiklah," jawabnya singkat.
"Mari Nona, silahkan," asisten Roy mempersilahkan Arumi untuk berjalan lebih dulu.
Setelah Arumi dan asisten Roy keluar dari ruangan, Bara mengeluarkan ponselnya dari balik jasnya dan menghubungi seseorang.
"Monica, untuk sementara kita break dulu ya?"
"Tapi kenapa sayang? Apa ini karena kakek kamu?" terdengar suara Monica langsung menyahut dari seberang sana.
"Kesehatan kakek semakin memburuk, aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan lagi tentang hubungan kita pada kakek. Aku tidak mau kakek sampai kenapa-kenapa," ucap Bara sambil memijat-mijat pelipisnya.
"Kakek kamu itu memang benar-benar ya, sudah tua tapi banyak maunya! Orang mau serius malah dihalang-halangi!!" Monica memutuskan sambungan telefonnya.
Tut... Tut... Tut...
Bara menurunkan ponselnya dari telinganya dan menghela nafas panjang. Bara tidak menyalahkan jika Monica sampai kesal gara-gara kakeknya. Jika bukan karena memikirkan kesehatan kakeknya, mungkin Bara sudah memilih untuk menikahi Monica diam-diam setelah itu baru mereka menemui kakek dan tantenya untuk meminta restu. Namun kenyataannya itu tidak mungkin terjadi, kakeknya sangat tidak menyukai Monica, yang ada nanti kakeknya langsung terkena serangan jantung.
_
_
_
Arumi merasakan jantungnya berdebar-debar, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Hari ini dia akan menjadi seorang pengantin sekaligus seorang istri, mengikat janji suci pernikahan dengan orang yang sangat dia cintai. Namun sayangnya semua itu hanyalah tinggal mimpi, cinta yang dia banggakan itu telah dinodai dengan sebuah kata pengkhianatan.
Meskipun hatinya masih terasa sangat sakit, sebisa mungkin Arumi menahan air matanya supaya tidak terjatuh di hari ini. Dengan memakai gaun pengantin putih Arumi menatap dirinya di cermin cukup lama, sekali lagi dia meneguhkan hatinya akan pilihannya ini, hingga suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
"Sudah waktunya. Ayo Rum, semua sudah menunggu," ucap Sofia sambil berjalan mendekat. Dibelakangnya ada Sinta yang juga ikut masuk.
"Inget ya, jangan buat malu dan jangan bicara yang tidak-tidak. Masih untung Randy mau menikahi kamu, jadi kamu lupakan saja kejadian kalau Randy sudah berselingkuh," ujar Sinta yang tidak digubris sama sekali oleh Arumi.
Delia datang dan ikut masuk, sejak awal dia memang ditunjuk sebagai bridesmaid. Setelah kehadiran Delia disana Sinta keluar dan memilih untuk menunggu di bangunan utama dimana pernikahan akan diselenggarakan.
"Rum, aku minta maaf, aku..."
"Aku ingin keluar sekarang," potong Arumi cepat, "Semua orang sudah menungguku."
Delia tau ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang kejadian kemarin, akhirnya dia mengangguk setuju. Delia dan Sofia berjalan menuntun Arumi dengan hati-hati menuju ke bangunan utama digedung itu. Para tamu undangan sudah hadir dan memenuhi setiap sudut ruangan. Didepan sana, Randy sudah menunggu sambil duduk di kursi depan penghulu, disamping penghulu ada ayah Arumi.
Dengan setelah jas hitamnya Randy terlihat begitu gagah dan tampan, bahkan senyuman tak pudar dari wajah tampannya. Sayangnya ketampanannya itu sudah tidak membuat Arumi kagum sama sekali. Arumi lebih memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kamu cantik sekali sayang," bisik Randy saat Arumi sudah duduk di sampingnya, sedikitpun Arumi tak merasa tersanjung karena sudah dipuji cantik. Jika dulu dia sangat menyukai pujian itu, sekarang tidak lagi.
Pertama, penghulu memberikan arahan tentang prosesi akad nikah, setelah dirasa cukup jelas dan semua sudah siap, akad nikah pun siap dimulai.
Randy menjabat tangan ayah Arumi. Bukan hanya Randy, semua yang hadir disanapun dibuat ikut tegang menyaksikan proses akad nikah yang akan segera dimulai itu.
"Saya nikahkan engkau, Randy Prayoga bin Reza Prayoga dengan putriku Arumi Syakila Maheswari binti Samuel dengan mas kawin berupa uang tunai sebesar tiga ratus juta rupiah dibayar tunai." Suara Samuel terdengar tegas dan jelas. Randy menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Saya terima..."
"Tunggu!!!"
Semua orang yang ada diruangan itu terkejut dan menoleh ke arah sumber suara yang terdengar tegas dan keras. Nampak disana Bara sudah berdiri di ambang pintu dengan asisten Roy berdiri dibelakangnya.
"Wanita itu, dia adalah calon istriku," tunjuk Bara pada Arumi.
...🌼🌼🌼...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...