Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mabuk
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Sean menghadang Claire dengan pria itu di depan ruangan VIP.
Claire dan pria itu menatap lurus pada Sean. "Apa kau mengenalnya?" Pria itu menoleh pada Claire yang terlihat sedang mabuk. Pria itu adalah Jack, pengawal pribadi Claire sekaligus teman masa kecilnya yang lebih tua 5 tahun darinya.
Claire menggeleng. "Aku tidak mengenalnya." Claire menunduk ke bawah dengan mata yang tertutup setengah.
Setelah mengatakan akan membatalkan perjodohan mereka, sekarang sudah tidak mengenalnya. Apa Claire menganggap dirinya bisa di permainkan begitu saja?
Wajah Sean mengeras, tatapan dinginnya menyapu wajah Claire. "Claire, jangan menguji kesabaranku."
Jack mengalihkan pandangannya ke arah Sean. "Maaf Tuan, tapi dia bilang tidak mengenalmu. Silahkan menyingkir. Kami ingin lewat."
Sean bergeming. Dia tidak mau memberikan jalan kepada Claire dan Jack. "Kau tidak bisa membawanya pergi. Dia akan pulang bersamaku."
Jack menatap serius pada Sean. "Apa yang akan kau lakukan dengan gadis yang sedang mabuk seperti dia?"
Jack tentu saja mewaspadai Sean. Di kota S, Claire tidak mengenal satu orang pun. Dia tidak bisa membiarkan Claire pergi dengan pria yang bahkan Claire tidak mengenalnya.
Kelopak matanya Sean terangkat. Sorot matanya masih memancarkan aura dingin. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, mau kau bawa ke mana gadis mabuk ini?"
Jack baru menyadari kalau Sean mencurigai dirinya. Mungkin mengira kalau dirinya adalah pria hidung belang yang ingin memanfatkan gadis mabuk seperti Claire. "Tuan, seperti kau salah paham terhadapku. aku bukanlah laki-laki seperti yang kau pikirkan. Gadis ini, dia adalah adikku."
Meskipun hanya sekilas, dahi Sean sempat mengerut. Bagaimana dia bisa percaya pada pria yang ada di depannya saat ini. Kakeknya bilang dia hidup sebatang kara dan tidak memiliki keluarga lagi. Dia juga sudah menyelidiki Claire. Tidak dia temukan informasi kalau dia memiliki seorang kakak. Terlebih lagi seorang pria.
"Sayangnya, aku tidak percaya denganmu. Gadis ini dia tidak memiliki kakak laki-laki. Aku adalah calon suaminya. Jadi, jangan coba-coba membohongiku."
Mata Jack sedikit membesar. Kalau dia bilang, dia adalah calon suaminya, itu berarti dia adalah Sean yang akan dijodohkan dengan Claire, tapi kenapa Claire mengatakan tidak mengenalnya?
Jack kemudian menoleh pada Claire untuk memastikan apa yang dikatakan oleh pria yang ada di depannya. "Claire, lihat pria itu dengan benar. Apa kau yakin tidak mengenalnya?"
Claire masih menunduk. Tubuhnya tidak bisa berdiri dengan tegak karena mabuk. Jika saja tidak dipegang oleh Jack, mungkin saja dia akan jatuh.
"Dia bilang, dia adalah calon suamimu, apa benar?" Jack memang tidak pernah tahu wajah pria yang dijodohkan dengan Claire. Yang dia tahu hanyalah orang tua Claire menjodohkannya dengan pria bernama Sean.
Claire mengangkat kepalanya menatap ke arah Sean, detik kemudian dia memiringkan kepalanya menatap dengan wajah bingung. "Calon suamiku?" Claire meneliti wajah Sean dengan seksama. "Benarkah pria tampan ini calon suamiku?" Claire masih terlihat tidak percaya kalau pria yang ada di depannya adalah calon suaminya.
Alis Sean mengerut tanpa disadari oleh Claire dan Jack. "Kak, apa menurutmu pria tampan itu sungguh calon suamiku? Apa dia tidak sedang mabuk?" Claire bertanya dengan wajah bodohnya dengan kesadaran yang minim.
Jack menghela napas. Claire mudah sekali mabuk. Jika sudah mabuk, dia sangat merepotkan dan sering kali meracau tidak jelas. Bahkan terkadang salah mengenali orang. "Sudah aku bilang, kau tidak boleh minum terlalu banyak."
Sean terlihat mulai tidak sabar melihat drama di depannya. Dia kemudian menarik tangan Claire hingga membentur tubuhnya.
"Dia akan ikut pulang bersamaku. Aku tidak peduli siapa dirimu, tapi kau tidak bisa membawanya pergi karena aku lebih berhak membawanya dari pada kau." Selesai bicara Sean lalu membawanya Claire pergi bersamanya tanpa sempat ditolak oleh Claire.
Sementara Jack hanya bisa memandang kepergian Sean dan Claire. Dia tidak bisa menyusul karena takut identitasnya terbongkar.
*******
"Nicko, pesankan kamar di atas untukku." Sean membawa Claire kembali ke meja tempat semula dia duduk bersama dengan sahabatnya.
Nicko seketika menoleh. "Siapa wanita ini?" Wajahnya nampak familiar di mata Nicko.
"Jangan banyak tanya. Cepat pesankan!"
"Baiklah, kau tunggu di sini."
Setelah kepergian Nicko, Sean membaringkan tubuh Claire di sofa panjang. Dia mengabaikan Claire yang terus saja berguman tidak jelas.
Beberapa saat kemudian, Nicko kembali dengan membawa kunci kamar. Mereka lalu naik atas, ke kamar yang sudah di pesan oleh Nicko. "Sekarang katakan padaku, siapa wanita ini?" tanya Nicko sambil memandang Claire yang sudah dibaringkan di tempat tidur oleh Sean.
"Dia Claire." Sean menjawab sambil berjalan ke arah sofa dan diikuti oleh Nicko di belakangnya.
"Jadi dia orang yang dijodohkan denganmu?" Pantas saja wajahnya tidak asing saat dia melihatnya tadi. Dia memang sudah melihat foto Claire yang beredar di internet.
Sean hanya mengangguk. "Ternyata dia lebih cantik dari yang aku duga. Tapi kenapa penampilannya sangat berbeda dengan yang di foto? Dia tidak terlihat seperti gadis dari desa." Nicko duduk berhadapan dengan Sean dengan wajah heran.
Sean mendengus dingin. Dia sudah pernah melihat penampilan Claire yang seperti saat ini ketika bertemu dengannya di kota A. Saat itu juga dia mabuk seperti saat ini. Sepertinya itulah caranya untuk menggaet pria kaya incarannya dengan berpenampilan menarik.
Sean masih diam, tidak menanggapi ucapan Nicko. Dia hanya duduk dengan wajah malas setelah melirik sekilas pada Nicko. "Jika kau tidak mau dengannya, berikan padaku. Aku akan menerimanya dengan senang hati."
Sean mengangkat kelopak mata dengan cepat. Tatapannya menjadi dingin dan menusuk. "Aku hanya bercanda." Dia kemudian berdiri. "Aku akan ke bawah."
Sean mengangguk. "Aku akan menyusul nanti."
Nicko mengangguk. Setelah kepergian Nicko, Sean berjalan menghampiri tempat tidur Claire. Dia berdiri sambil memandang wajah Claire. "Wild, Wild...."
Bahkan saat dalam keadaan tidak sadar, dia masih mengingat mantan kekasihnya.
Ekrepresi Sean menjadi suram dan tubuhnya menjadi kaku. Udara sekitar menjadi semakin dingin. "Claire, beraninya kau menyebut nama pria lain saat bersamaku."
Claire membuka matanya. Tatapannya bertemu dengan Sean sejenak, kemudian bangun dari tidurnya lalu berjalan mendekati Sean. "Apa aku terlihat bodoh di matamu?" Claire mengajak Sean bicara.
"Wild, kau sengaja mengundangku ke pernikahanmu untuk membuatku sakit hati? Apa belum cukup kau menghancurkan hidupku? Aku membencimu Wild, sangat membencimu. Akan aku tunjukkan kalau aku bisa bahagia tanpamu. Kaudengar itu!" teriak Claire.
"Rasa sakit ini, kau akan merasakannya suatu saat nanti." Claire terus meracau tanpa dia sadar kalau orang yang ada di depannya adalah Sean.
Mata hitam Sean begitu pekat, nampak sepercik amarah dalam matanya. "Wanita sepertimu, memang tidak pantas menjadi istriku."
Setelah mengatakan itu, Sean berjalan keluar dari kamar dengan membanting pintu dengan keras. Dia kembali ke bar di mana Nicko sudah menunggunya. Nicko merasa heran ketika melihat wajah Sean yang namak menjadi suram. Dia hanya diam saat melihat Sean menghabiskan beberapa botol minuman berlakoh hingga membuatnya mabuk berat.
Karena Sean sudah tidak bergerak lagi, Nicko akhirnya meminta petugas bar untuk membantunya membawa Sean ke kamar yang sudah dipesannya. Dia tidak bisa membawa Sean pulang dengan keadaan mabuk berat, belum lagi Claire mabuk juga.
Nicko membaringkan Sean di tempat tidur yang sama dengan Claire. Dia pikir tidak masalah menempatkan mereka di kamar yang sama. Tanpa dia duga kalau keputusannya itu akan merubah hidup Claire dan Sean.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor