Area dewasa karena ada adegan kekerasan dan dewasa. Harap bijak memilih bacaan sesuai umur.
"Aku akan mengambil semua milikmu hingga kau menangis darah dan bahkan melenyapkanmu dari dunia ini," LARA TAFETTA
Menceritakan tentan gadis bernama Lara yang menjalani hidupnya dengan begitu banyak ujian berat. Mengalami tindakan pembullyan hingga fitnah yang didapatnya dari seseorang yang membencinya hingga membuat Lara kehilangan semua impiannya yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.
Hal itu akhirnya merubah Lara menjadi gadis tanpa empati dan penuh dendam.
Pertemuannya dengan Phoenix Riley Robert, membuat Lara memanfaatkannya untuk membalas dendam pada seseorang yang sangat dibencinya.
NO PERSELINGKUHAN seperti biasanya dan LATAR LUAR NEGERI karena ada beberapa adegan dewasa di dalamnya.
Hanya karya author receh yang tulisan/PUEBI jauh dari sempurna... tapi dijamin alurnya menarik..😁 semoga sukaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#24
Keesokan harinya, Davina menuju ke apartemen Lara tetapi dia tak menemukan Lara di sana.
"Apa kau tahu di mana gadis yang tinggal di kamar ini?" tanya Davina pada seorang wanita yang kebetulan lewat di sana.
"Aku tak tahu," jawab wanita tersebut dan pergi berlalu.
Kemudian Davina melihat ke arah pintu kamar Lara dan mencoba mengetuknya lagi tapi tetap tak ada yang membukanya.
Davina akhirnya pergi dari sana dan kembali ke rumah sakit untuk menunggu Harlow.
*
*
"Kau sudah menemui Lara?" tanya Harlow.
"Sudah, Dad," jawab Davina karena dia tak ingin Harlow menjadi down kembali jika mengetahui tentang kepergian Lara.
"Aku sudah menelepon pihak universitas tentang Lara dan mereka akan segera mengurusnya," lanjut Davina tersenyum.
Ya, Davina berusaha menyembunyikan sementara tentang kepergian Lara karena ingin Harlow cepat stabil dan sembuh kembali.
"Terima kasih, Sayang. Daddy bangga padamu," ucap Harlow tersenyum dan memegang tangan Davina.
*
*
*
8 tahun kemudian ...
"Phoenix ... Apa kau akan menetap di New Jersey?" tanya Rey -- sang daddy.
"Ya, perusahaan yang kubangun di sana mulai berkembang, Dad. Kali ini aku harus menetap di sana dan mengawasinya langsung. Aku sudah cukup lama di New York. Lagi pula sudah ada kak Damon di sini, bukan?" ucap Phoenix.
Galy yang baru keluar dari kamarnya, langsung menghampiri Phoenix dan Damon yang sedang berada di sofa ruang tengah.
"Phoenix ... Davina menelepon mommy tadi. Ponselmu tak aktif katanya," ucap Galy.
"Ya, nanti aku meneleponnya," jawab Phoenix.
"Kalian bersahabat cukup lama. Dan dia wanita yang baik menurut daddy. Kalian tak menaikkan status hubungam kalian?" tanya Rey.
"Kami hanya bersahabat, Dad. Tidak lebih," jawab Phoenix.
"Apa kau menutup mata bahwa dia menyukaimu?" tanya Galy.
"Mom ... Aku cukup nyaman bersahabat dengannya. Jangan merusaknya," jawab Phoenix.
"Tapi dia menunggumu," ucap Galy.
"Aku tak pernah memberi harapan padanya. Tetapi aku tak menampik jika aku menyayanginya dan menjaganya seperti adikku sendiri. Aku hanya mengikuti alur saja. Mungkin saja nanti aku bisa menikahinya karena rasa nyamanku padanya," jawab Phoenix.
"Bukankah dia tipemu? Dia cantik, pintar, baik dan sudah menjadi seorang CEO di usia muda karena prestasinya itu," ucap Galy.
"Mom ... Please hentikan pembahasan ini. Aku tahu apa yang harus aku lakukan dengan hidupku," kata Phoenix.
"Oke ... Oke ... Mommy hanya memberikan pendapat mommy saja," jawab Galy mengedikkan bahunya.
Rey tertawa pelan karena Galy memang masih menganggap Phoenix masih anak kecil kesayangannya.
"Halo Aunty ... Uncle ..." sapa Davina yang baru saja datang dan langsung mencium pipi Galy dan Rey.
Davina memang dekat dengan keluarga Phoenix karena perusahaanya bekerja sama dengan perusahaan keluarga Robert.
Harlow meninggal 3 tahun yang lalu karena serangan jantung ketika perusahaannya mulai bermasalah.
Ketika itulah Davina bertemu dengan Phoenix yang membantu perusahaannya bangkit kembali.
Hingga akhirnya mereka bersahabat baik dan Davina memiliki rasa yang lebih pada Phoenix.
Tetapi Davina tak ingin menghancurkan hubungan baik mereka dengan rasa cintanya itu. Dia yakin suatu saat akan bisa membuat Phoenix mencintainya karena mereka sering menghabiskan waktunya bersama.
Davina sudah lebih dewasa dalam bersikap dan berpikir. Itulah yang membuatnya kini menjadi sukses menjadi seorang CEO perusahaan ayahnya yang sebenarnya tak terlalu besar itu tapi Davina bisa membuatnya lebih berkembang dengan bantuan Phoenix.
Apakah Davina mengingat tentang Lara? Jawabnya adalah tidak. Davina memang menyesal dengan apa yang dilakukannya pada Lara dulu.
Tetapi dia ingin melupakan hal itu dan tak mencoba mencarinya. Dia berharap Lara hidup dengan baik.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAA..❤❤❤
😁😁✌️