Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke rumah
Keduanya merasa lega karena sudah mengungkapkan perasaannya satu sama lain. Dan tentu saja hal tersebut menambah kadar cinta di antara keduanya.
Makan malam mereka tidak berakhir begitu saja. Mereka masih duduk di kursi itu dan mengingat-ingat masa kecil mereka dan membahas hal-hal konyol yang tidak mereka sadari bahwa dari situlah awal perasaan mereka muncul.
Sekitar jam 10 malam, udara semakin dingin. Erlangga pun mengajak istrinya untuk kembali ke kamar.
Saat ini Mereka baru saja sampai di kamar. Rifka Langsung masuk ke kamar, sedangkan Erlangga duduk di sofa ruang depan. Rifka segera membuka jilbabnya dan gaunnya. Namun ia kesusahan saat akan membuka resleting gaunnya.
"Astagfirullah, kenapa sih ini?"
"Ada apa, sayang?"
Suara Erlangga mengejutkan Rifka.
"Eh, tidak... ini kayaknya nyangkut."
"Sini aku bantu."
"Tapi... "
"Sayang, kamu masih malu?"
"Ti-tidak, baiklah. Tolong dibantu."
Rifka membalikkan badannya dengan membelakangi suaminya. Erlangga pun mulai membuka resleting gaun Rifka. Ternyata ada sisa benang yang membuat resletingnya nyangkut. Namun itu sangat mudah diatasi bagi Erlangga. Akhirnya ia bisa menurunkan resleting itu. Namun entah kenapa hati Rifka harap-harap cemas. Dan benar saja sesuatu yang tak terduga dilakukan suaminya. Erlangga dengan lembut mengecup punggung mulus itu. Sontak membuat tubuh Rifka meremang. Dan Erlangga membantu membuka gaun itu. Lagi-lahi ia mengecup kedua sisi punggung istrinya. Gaun itu belum terlepas semua, masih setengah badan. Tangan Erlangga membuka pengait kacamata pengaman. Tidak sampai di situ saja, tangan itu menyelinap ke depan. Ia mencumbu tengkuk istrinya dengan lembut. Gaun pun sudah terjatuh ke lantai. Erlangga menggendong istrinya ke atas tempat tidur. Ia membuka kemejanya lalu membaca do'a sebelum mencumbu istrinya kembali.
Dan terjadilah apa yang harus terjadi. Malam ini tak cukup sekali Erlangga mencetak gol.
Keesokkan harinya.
Mereka sudah siap-siap untuk check out dari hotel. Setelah sarapan, Kendra menjemput mereka. Erlangga dan Rifka akan langsung menuju rumah Erlangga.
"Sudah bos?"
"Sudah, ayo berangkat."
"Siap, bos."
Selama dalam perjalanan, Erlangga tak hentinya memberikan perhatian kepada istrinya. Kendra yang posisinya sebagai sopir hanya bisa menggerutu di dalam hati karena melihat kemesraan mereka.
"Nasib-nasib.... sabar Ken." Batinnya.
Akhirnya mereka sampai di rumah. Rumah yang sudah dipersiapkan oleh Papa Pras sejak Erlangga masih kecil itu kini akhirnya bisa ditempati pemiliknya sendiri. Rumah itu memang terbilang minimalis dibandingkan rumah utama keluarga Erlangga. Namun keunikan rumah itu bergaya Eropa. Dan di pinggiran rumah ditanami sayur organik. Itu karena Erlangga sangat suka makan sayur. Meski rumah tersebut sempat dikontrak kan, tapi orang yang mengontrak tidak keberatan dengan hal itu. Justru mereka senang karena akan mudah untuk mendapatkan sayur sehat setiap dibutuhkan.
Mata Rifka menjadi hijau melihat pemandangan di sekitar rumah itu. Erlangga pun turun dari mobil. Ia membukakan pintu untuk istrinya.
" Selamat datang di rumah kita."
Erlangga menyambut tangan istrinya dan menggandengnya masuk.
"Terima kasih, hubby."
Hal tersebut kembali membuat jiwa Kendra meronta-ronta.
"Nasibmu jadi obat nyamuk gini amat, Ken." Batinnya, sambil mengeluarkan koper milik bosnya.
Dan ternyata Nenek yang membukakan pintu untuk mereka.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Nampak Nenek sudah rapi. Rupanya Nenek dan yang lainnya sudah siap-siap menunggu jemputan. Hari ini juga mereka akan balik ke Kediri. Jadi Rifka dan Erlangga masih ngobrol dengan mereka di ruang tamu.
"Nenek yakin akan pulang?"
"Iya Er, Nenek akan pulang dulu. Nanti beberapa bulan lagi Nenek akan tinggal sama kalian. Nenek janji."
"Baiklah, kami tidak mau memaksa, Nenek. Asal Nenek janji akan baik-baik saja. InsyaAllah nggak lama lagi Er akan mengajak istri Er main ke sana."
"Wah, itu yang Nenek tunggu."
"Aira, titip Nenek ya. Kabari kalau ada apa-apa atau kurang sesuatu. "
"Iya Mas, insyaallah. "
Erlangga juga mengucapkan rasa Terima kasihnya kepada, Aira dan keluarganya.
"Nek, kabari kami kalau sudah sampai. "
"Iya Er. Kalian baik-baik ya. Nak Rifka titip cucu Nenek."
"Iya Nek."
Tidak lama kemudian, sopir pribadi Papa Pras datang menjemput mereka. Rifka dan Erlangga mengantar mereka sampai depan rumah.
Setelah kepergian mereka, Rifka dan Erlangga masuk ke dalam rumah. Erlangga mengajak room tour istrinya. Ia menunjukkan beberapa ruangan dan fasilitas yang ada.
"Maaf tidak semewah rumah Papi atau Opa, Sayang."
"Ini saja sudah lebih dari cukup. Aku sangat suka."
"Alhamdulillah kalau kamu suka."
"Dan yang terakhir mari kita lihat kamar utama."
Erlangga menunjukkan kamar utama yang berada di lantai dua. Kamar yang akan mereka tempati itu berada, di paling ujung dengan ukuran yang cukup besar. Dulu kamar itu adalah kamar orang tua Erlangga saat mereka pulang ke rumah itu. Namun Erlangga sudah meminta Papanya merenovasinya dengan memperluas lagi ukurannya dan juga memberi balkon di bagian depan. Nuansa putih bersih menghiasi kamar itu.
"Sayang kamu bebas untuk merubahnya jika kamu kurang suka. Kamu adalah Nyonya di rumah ini. Oh iya, aku belum kepikiran untuk merekrut asisten rumah tangga. Di sini yang ada satpam dan penjaga kebun. Kamu mau asisten rumah tangga?"
"Tidak perlu. Cukup pekerjakan orang untuk bersih-bersih rumah saja mungkin tiap hari pulang gitu, by. Nanti kalau Nenek sudah tinggal di sini baru kita rekrut asisten rumah rangga."
"Baiklah nyonya, perintah anda siap dilaksanakan. "
"Apaan sih by!"
"Aku paling suka kalau kamu malu-malu gini, sayang. Tapi jutek pun aku masih suka."
"Nggak usah ungkit-ungkit, ntar aku suruh tidur di luar lho."
"Haha... iya, ampun sayang."
Erlangga memeluk istrinya dengan erat.
"Hubby, sudah peluknya. Aku mau bereskan baju kotor dulu, oke?"
"Baiklah, mari aku bantu. Oh iya aku juga sudah minta Mami untuk bawakan bajumu yang lain."
"Kan ada di Jakarta?"
"Iya, kan Mami sama Papi hari ini juga pulang ke Jakarta."
"Hem kok mereka nggak pamit ke aku ya?"
"Pamit ke menantunya, kan sama saja hehe... "
Setelah berganti baju, mereka pun membereskan baju yang ada di dalam koper. Lalu memisahkan baju kotor mereka ke dalam keranjang. Rifka membawa baju kotor itu ke bawah untuk dicuci. Setelah selesai dicuci, Erlangga membantu istrinya menjemur pakaian.
"Makasih, by."
"Makasih untuk apa?"
"Karena, sudah bantu meringankan pekerjaanku."
"MasyaAllah, sudah tugas suami meringankan beban istrinya. Aku akan berusaha untuk itu sayang. Selama aku mampu dan ada waktu. Suami dan istri itu partner hidup jadi bukan siapa yang harus mengerjakan tapi siapa yang bisa meringankan. Pekerjaan rumah bukan melulu tugas istri."
"MasyaAllah, aku baru sadar kalau suamiku ini ternyata benar-benar sholeh."
"Jangan memujiku nanti aku minta imbalan lho."
"Oh tidak.... "
Keduanya pun tertawa.
Bersambung....
...****************...
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu