Menaklukkan Nyonya Misterius

Yang berada di kamar Serra cukup tercegang dengan semua yang Yumna lakukan, mereka pun tidak menyangkan Yumna malah melakukan itu. Arzian pun juga tercengang sekali, bahkan malah takjub. Bagaimana tidak,  Yumna menghadapi Serra terlihat tenang tanpa ada kepanikkan diwajahnya.

"Keluar dari kamarku, sekarang!" teriaknya frustasi. Dalam hati Yumna ingin sekali tertawa, drama yang Serra buat sama sekali tidak berhasil.

"Kami keluar, tapi Kak Serra jangan bunuh diri ya," pinta Arveeta dengan takut.

"Kakakmu nggak akan bunuh diri, Arveeta." Serra menatap Yumna dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Yumna dan yang lainnya keluar dari kamar Serra, Arveetalah yang menggandeng Meyza.

Arzian bisa melihat Sarita membawa Yumna menjauh, seperti ingin berbicara sesuatu berdua. Dengan hati-hati, Arzian mengikutinya. Ia ingin menguping pembicaraan mereka.

"Kamu harusnya jangan terlalu keras sama Serra, Yumna. Adikmu itu bisa membencimu loh," kata Sarita.

"Aku pasrah Oma, tidak apa Serra membenciku. Asal Serra berhenti memaksa menikah dengan Arzian, bagaimanapum caranya aku harus mencegahnya. Karena pernikahan itu seumur hidup tidak boleh terjadi," jawabnya sedih.

"Oma tahu maksudmu, baik. Oma mengerti, Nak. Oma hanya takut kebencian Serra padamu mengakar terus menerus sampai berakibat, adikmu itu berbuat jahat padamu. Oma tidak rela kalau Serra sampai berbuat jahat padamu."

Arzian yang sedang asyik menguping, tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundaknya. Membuat Arzian jadi sangat ketakutan, entah bagaimana jika dirinya sampai ketahuan tengah menguping. Perlahan Arzian menengok, sungguh ia terkejut saat melihat Dodilah yang telah mengagetkannya.

"Loe ngapain di sini?" tanya Dodi penasaran.

"Kepo!" Arzian menyuruh Dodi segera pergi, agar ia bisa menguping kembali. Dodi pergi dengan segudang pertanyaan, jika bukan karena sekarang Arzian adalah Tuannya atau majikkannya. Dodi mana mungkin mau mengikuti perintah Arzian.

Saat hendak menguping kembali, Arzian melihat tidak ada lagi Yumna dan Sarita di sana. Pria itu mendesah pelan, sebelum akhirnya ia memilih kembali ke tempat acara pertunangannya tadi. Saat sampai di tempat acara, ternyata sudah kosong. Yumna sudah menyuruh tamu untuk pulang, sedangkan di mansion hanya ada keluarga saja.

"Arzian," panggilnya. Dari suaranya, Arzian bisa tahu yang memanggilnya adalah Yumna. Yumna meminta seluruh keluarga, termasuk Arzian untuk berkumpul di ruang keluarga. Semua sudah ada di ruang keluarga, kecali Serra yang tidak ingin keluar kamar dan Meyza yang sudah ditidurkan di kamar Arveeta.

"Semua sudah ada di sini bukan, tujuan saya mengumpulkan anggota keluarga di sini. Karena aku ingin mengumumkan sesuatu. Pernikahanku dan Arzian tidak jadi tiga hari dari sekarang, tetapi besok pagi. Sedangkan resepsinya diadakkan malam hari." Keputusan mendadak yang Yumna buat jelas ditentang banyak orang, biar bagaimana pun menyiapkan pernikahan dalam waktu singkat tidak semudah itu.

Namun, namanya Yumna. Tidak akan suka dibantah, keputusannya pun sudah final. Membuat semuanya mau tidak mau setuju saja. Arzian sendiri malah terdiam, masih tidak percaya acara pernikahannya dipercepat. Protes pun tidak bisa dilakukannya, keluarganya saja tidak diperdulikan. Apalagi protes darinya.

Yang Arzian pikirkan sekarang itu, ia kini hanya memiliki dalam waktu beberapa jam saja untuk mendapatkan hardisk. Jika tidak, ia terancam menikah dengan Yumna. Jelas Arzian tidak mau. Masalah hardisk, membuatnya teringat pada Herfiza dan Faisal yang tidak ia temui sejak tadi.

Kini Arzian harus menemui mereka, untuk memberitahukan bahwa pernikahannya dengan Arzian dipercepat. Semua orang akhirnya mulai kembali ke kamar masing-masing, Arzian tidak bisa kembali ke kamar begitu saja sebelum menemukan Faisal dan Herfiza.

Arzian mencari Faisal dan Herfiza ke setiap sudut mansion Kavendra, tetapi belum juga menemukkan keberadaan dua orang itu. Pria itu memijat pelipisnya, bebagai kejadian yang terjadi satu hari ini benar-benar membuat kepalanya ingin pecah.

"Tuan Arzian sedang apa di sini?" tanya Amara yang tina-tiba muncul di hadapannya.

"Ah enggak papa, saya hanya sedang mencari udara segar." Arzian terpaksa berbohong pada Amara.

"Nyonya Yumna mencari anda, Tuan. Beliau ingin bertemu anda sekarang juga. Kini Nyonya Yumna sedang menunggu anda di suatu tempat." Pria itu menyergitkan keningnya bingung, membuatnya semakin bertanya-tanya. Untuk apa Yumna mencari serta bertemu dengannya malam-malam begini? Belum lagi tempat apa yang Amara maksud? Kalau ruang kerja, pasti Amara mengatakan yang sebenarnya.

"Suatu tempat? Di mana itu?"

"Nanti Tuan juga akan tahu, sekarang mari Tuan ikut saya," ajaknya. Amara berjalan duluan, sedangkan Arzian mengikutinya dari belakang. Amara membawanya ke belakang mansion, entah ada apa di sana. Namun, sekarang malah membuatnya bergidik ngeri. Ketakutann Arzian mulai muncul kembali sekarang.

Ternyata ada gudang kosong di belakang mansion, Amara meminta Arzian segera masuk ke sana. Karena Yumna sudah menunggu. Bertapa terkejutnya Arzian melihat apa yang ada di dalam gudang kosong itu, di sana bukan hanya ada Yumna, ada Alien, beberapa pria berbadan besar. Tidak lupa ada Herfiza dan Faisal yang terikat di kursi, belum lagi mata mereka ditutup kain.

"Buka penutup kainnya," titah Yumna dengan tegas. Satu pria berbadan besar itu membuka penutup mata Herfiza dan Faisal secata bergantian.

"Kenapa keluarga saya anda perlakukan seperti ini, Nyonya Yumna yang terhormat?" tanyanya dengan kesal, lebih ke marah.

Bahkan Arzian mengepalkan tangannya. Siapa yang tidak akan marah melihat kekasihnya diperlakukan seperti ini sama Yumna? Walau memang Yumna tidak tahu yang sebenarnya. Secara logika harusnya Yumna tidak boleh berlaku demikian, sebentar lagi ia dan Yumna akan menikah. Di mana-mana, keluarga calon suami tentu sudah dianggap keluarga sendiri oleh sang calon istri. Namun, mengapa Yumna itu menjadi setega itu.

"Nyonya? Kenapa anda diam saja? Tidak menjawab pertanyaan saya?" Dengan berani, Arzian bertanya pada Yumna.

Yumna tersenyum sinis pada Arzian. "Sudah berani kamu rupanya, padahal status kamu sekarang baru tunangannya saya. Belum menjadi suami saya."

"Bu-kan beg-itu maksud saya, Nyonya." Sekarang Arzian malah jadi gugup setelah mendapatkan tatapan tajam dari Yumna.

"Kamu tau, Arzian. Kedua orang yang kamu akui sebagai keluarga kamu itu sudah sangat kelewatan, mereka tertangkap basah pengawal saya sedang memeriksa tempat-tempat di mansion. Apalagi mereka melakukannya secara diam-diam, seperti ingin mencuri," jawabnya dengan santai.

"Saya tidak percaya, Nyonya. Om Faisal dan Herfiza tidak akan pernah mencuri, apalagi di sini. Mereka di sini hanya untuk menyaksikan hari bahagia saya saja, mewakili keluarga saya. Jadi tolong Nyonya jangan asal menuduh," kesalnya. Sebenarnya Arzian tau, apa yang Faisal dan Herfiza lakukan memang benar ingin mencuri. Mencuri hardisk berisi data penting yang bisa menghancurkan Yumna. Namun, jelas Arzian tidak akan berbicara jujur yang nantinya malah akan menghancurkan dirinya sendiri.

Selain itu, yang kini Arzian pikirkan. Kenapa mereka sampai tertangkap basah? Tidak hati-hatikah mereka? Perasaan selama ini ia tidak pernah tertangkap basah jika melakukan sesuatu, walau diakui ketakutan pun ada.

"Kami tidak mencuri apapun, Arzian," jelasnya.

"Nyonya Yumna, saya mohon maaf sebesar-besarnta atas nama keluarga saya. Ini semua hanyalah salah faham, sepertinya mereka itu sedang kesasar. Karena memang mansion sangat besar, mereka juga baru pertama kali. Lalu melihat-lihat barang-barang yang ada di mansion. Hanya sebatas itu, Nyonya. Lagian memang ada yang melihat mereka memasukkan barang Nyonya ke tas mereka atau saku mereka," belanya.