Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Dimana aku?
Maxime masih setia berada di kamar Amora karena gadis itu belum kunjung membuka kedua matanya. Pria itu mengabaikan ponselnya yang terus-menerus berdering. Tatapannya terus tertuju pada Amora yang masih memejamkan kedua matanya. Seakan-akan gadis itu enggan untuk membuka matanya dan nyaman di alam bawah sadarnya.
Maxime berharap Amora kembali mendapatkan ingatannya setelah ia membuka matanya nanti. Maxime yang sedang memperhatikan Amora berdecak kesal karena ponselnya kembali berdering dan kali ini panggilan masuk dari adiknya Emily.
Pria itu bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju balkon kamar Amora untuk mengangkat sambungan teleponnya.
"Ya Emily," seru Maxime saat panggilan masuk terhubung.
"Kak, besok Mas Yovan mau kesana ada pekerjaan. Kakak mau di bawakan makanan khas Indonesia tidak?. Kalau Grandma sama Daddy katanya mau di bawakan Rendang, kalau Kakak mau dibawakan apa?," tanya Emily.
"Hmm...soto, bisa?," jawab Maxime kembali bertanya mendapatkan omelan dari sang adik.
"Ya tidak bisa lah Kak, bagaimana cara bawanya," ujar Emily.
"Hahaha...apa saja Dek, apa yang kamu kirim kesini pasti Kakak makan. Kayaknya rendangnya banyakin ya kirim kesini," jawab Maxime terkekeh geli membayang ekspresi sang adik saat ini karena mereka hanya berbicara melalui panggilan biasa bukan video.
"Baiklah...itu sudah pasti Kak," ujar Emily.
"Oh ya bagaimana kabar keponakan Kakak, sudah pintar seperti Unclenya ini belum?," tanya Maxime.
"Kamu kalau ngomong suka ngaco Kak. Makanya pulang kesini biar bisa bertemu sama baby Kinan dan juga Kafka," jawab Emily.
"Hahaha...akan Kakak atur jadwal Kakak untuk terbang ke Indonesia. Tapi tidak di bulan ini, mungkin bulan depan," ucap Maxime.
"Janji ya Kak," jawab Emily.
"Iya...," angguk Maxime.
"Oh ya Yovan mengembangkan bisnisnya disini?," tanya Maxime teringat akan keberangkatan Yovan kesini.
"Iya Kak, semoga saja lancar karena baru jalan," jawab Emily.
"Kalau begitu menginap dirumah Daddy saja nanti. Tidak usah menginap di hotel," ujar Maxime.
"Iya Kak," jawab Emily.
Maxime menyudahi pembicaraannya dengan sang adik lalu kembali masuk kedalam kamar Amora. Bersamaan dengan itu ternyata Amora tampak mengerjap pelan berusaha membuka kedua matanya. Maxime bergegas menghampiri ranjang dimana Amora terbaring.
"Amora-- kamu sudah bangun?," tanya Maxime tersenyum lebar pada Amora.
Gadis itu tampak kebingungan saat Maxime memanggilnya dengan sebutan Amora. Dan tidak hanya itu kedua mata gadis itu tampak berkaca-kaca menatap Maxime yang kink tersenyum lebar padanya.
"Amora... hei, kamu kenapa?," tanya Maxime tampak bingung dengan Amora tampak berkaca-kaca. Pria itu menangkup kedua pipi Amora dan tersenyum penuh kehangatan.
Sedangkan Amora, gadis itu tampak memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Bayangan kecelakaan naas itu kembali menyeruak masuk kedalam ingatannya berupa pecahan parcel.
"Amora...are you oke?," tanya Maxime yang ikutan panik melihat Amora tampak kesakitan.
Amora terdiam sesaat saat ia berhasil mengingat semuanya dan menoleh pada Maxime yang tampak mencemaskannya. Gadis itu menatap Maxime dengan perasaan campur aduk antara senang dan juga kecewa pada pria itu yang tidak datang menjemputnya di bandara dan ia harus menaiki taksi sehingga kecelakaan itu terjadi.
"Hei, Amora... kamu baik-baik saja kan?. Ada yang sakit?. Bicara sama aku!," ucap Maxime melihat Amora yang diam saja.
Gadis itu menyingkirkan tangan Maxime yang masih menangkup pipinya. Ia tampak mengggeleng pelan tanpa bersuara lalu memejamkan kedua matanya. Kenapa Maxime memanggilnya dengan sebutan Amora?. Siapa Amora?. Apakah--
"Tunggu sebentar, aku akan panggilkan Dokter Alfa. Kamu tidak apa apa kan aku tinggal sebentar?," tanya Maxime.
Lagi lagi gadis itu diam saja dan tidak menjawab pertanyaan Maxime. Hal itu membuat Maxime tampak menghela nafas beratnya lalu pergi meninggalkan kamar Amora untuk membangunkan Dokter Alfa yang menginap disini atas permintaannya.
Gadis itu menatap pintu kamar yang tertutup rapat dan itu artinya Maxime sudah pergi meninggalkan kamar ini. Tiba-tiba saja air mata jatuh membasahi sudut matanya. Jantungnya berdegup dengan kencang saat teringat akan keluarganya dihabisi tepat di depan matanya. Meski Sari bukanlah ibu kandungnya dan ia cukup kecewa dengan rencana sang ibu tapi bagaimanapun juga Sari pernah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
"Dimana aku sekarang ini?. Aku harus pulang menghadiri pemakaman ibu dan Adikku," batin gadis itu menyibak selimut yang menyelimuti tubuhnya.
Bersamaan dengan itu Maxime kembali memasuki kamar Amora diikuti Dokter Alfa dari belakang yang tampak masih sangat mengantuk tapi demi pekerjaannya ia berusaha profesional.
"Amora...kamu mau kemana?," tanya Maxime segara menghampiri Amora yang sudah menginjakkan kedua kakinya ke lantai.
Namun gadis itu diam saja dan barusan untuk berdiri meski kepalanya terasa sakit. Gadis itu memegangi kepalanya yang diperban.
"Nona, sebaiknya anda kembali berbaring!. Saya akan memeriksa kondisi anda," timpal Dokter Alfa yang meletakkan tas kerjanya diatas nakas.
"Tapi Dokter, saya harus pulang, saya ingin menghadiri pemakaman Ibu dan Adik saya," jawab Amora.
"Iya saya tahu, tapi kondisi anda masih lemah Nona, saya harus memastikan anda baik-baik saja dan setelah itu saya akan memutuskan anda bisa pergi atau tidak.
Amora mengangguk patuh dan kembali berbaring sesuai perintah Dokter Alfa. Gadis itu menjawab satu persatu pertanyaan Dokter Alfa.
Sementara itu Maxime tampak terdiam mematung dengan tatapan lurus ke depan. Apa maksud ucapan Amora ingin pulang menghadiri pemakaman adiknya dan juga ibunya?.
Maxime menatap Amora yang masih diperiksa oleh Dokter Alfa. Apakah itu artinya Amora sudah mendapatkan ingatannya kembali?. Lalu kenapa dia hanya diam saja dan tidak mengenali dirinya?.
"Tuan.... kondisinya baik baik saja tapi sesuai yang saya katakan jika sebaiknya Nona Amora di bawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh. Dan ini berita bagus, apakah Nona Amora sebelumnya hilang ingatan?," tanya Dokter Alfa.
Maxime menoleh sekilas pada Amora yang enggan menatapnya."Iya Dokter," jawab Maxime.
"Pantas saja dia bertanya pada saya siapa Amora," gumam Dokter Alfa.
"Apa yang sebenarnya terjadi Dokter?," tanya Maxime.
"Sepertinya dia sudah mendapatkan ingatannya kembali. Tapi jangan paksa dia untuk mengingat keseluruhannya biarkan mengalir begitu saja," jawab Dokter Alfa.
Senyuman merekah menghiasi bibir Maxime. Pria itu senang jika Amelianya sudah kembali. Tapi yang menjadi pertanyaan kenapa gadis itu diam saja. Apakah dia belum mengingatnya?. Tapi ia tidak akan memaksa Amelia untuk mengingatnya.
"Saya kembali beristirahat dulu, ingat biarkan dia beristirahat juga," ujar Dokter Alfa lalu melangkah pergi meninggalkan kamar itu.
Maxime menatap Amelia yang terbaring di atas tempat tidur dengan tatapan menerawang. Pria itu merasa begitu sangat senang jika Amora sudah mendapatkan ingatannya kembali.
"A-melia," seru Maxime dengan suara hampir tercekat. Ia berjalan menghampiri Amelia dengan langkah pelan.
"A-melia... kamu kenapa diam saja?," tanya Maxime dengan hati yang berkecamuk. Ia takut Amelia membencinya karena tahu jika ia adalah anggota mafia di negara ini. Tapi mulai hari ini ia tidak akan bergabung lagi pada kelompok itu dan ternyata keputusannya untuk keluar sudah benar.
"Ini dimana?," tanya Amelia dengan sedikit ketus dan enggan menatap Maxime.
"Kamu berada di Mansion ku. Kenapa?," jawab Maxim kembali bertanya. Ingim rasanya saat ini ia memeluk Amelia untuk melepaskan rindunya pada gadis ini.
"Aku mau pulang," ucap Amelia.
"Tapi--
...----------------...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..