Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7 Kangen
Happy reading 😘
...Aku menerimamu sebagai kekasih bukan karena siapa dirimu, tapi karena siapa aku saat bersamamu....
...🌹🌹🌹...
Malam mulai berselimut sepi, tiada sinar Sang Dewi Malam yang menaungi penduduk bumi.
Kelam. Sunyi. Sesekali hanya terdengar nafas rindu yang dihembuskan oleh Sang Bayu.
"Fi, aku kangen. Kangen senyummu. Kangen tingkahmu. Kangen cantikmu. Kangen semua yang ada padamu."
Malam semakin larut. Namun Zaenal masih terjaga. Sepasang netra beningnya seolah enggan terpejam karena rindu yang dirasa kian mendekap erat.
Diraihnya bantal guling berbentuk kucing, lalu dipeluknya erat. Seolah tengah memeluk sang kekasih. Gadis termanis dan tercantik sejagad jiwa. Bahkan se Indonesia Raya.
Siapa lagi jika bukan Nofiya Hayati. Gadis manis berkumis tipis sang penakluk hati.
"Hah, aku nggak ingin kelamaan backstreet, Fi. Besok pagi, aku pastiin bertemu papamu. Sebagai cowo gentleman, aku harus berani berhadapan dengan beliau." Zaenal kian memeluk erat dan melabuhkan kecupan dalam di kening bantal guling kesayangannya seiring mata yang perlahan terpejam.
Di tempat yang berbeda, Nofiya terlihat gelisah. Sesekali ekor matanya melirik mesin waktu yang tergantung di dinding kamar. Seakan tak bergerak dan stuck di satu angka.
"Kenapa malamnya lama banget?" gumamnya sambil memeluk erat boneka kelinci pemberian Zaenal.
Meski dari kecil tidak menyukai boneka, nyatanya kini Nofiya sangat menyayangi boneka kelinci berwarna pink itu.
"Zen, aku rasa cinta untukmu belum juga tumbuh di hati? Tapi, kenapa bertemu denganmu adalah hal yang paling aku tunggu, dan bersamamu adalah hal yang paling aku rindu. Sama seperti malam ini, aku rindu kamu. Aku kangen kamu, Zen." Nofiya bermonolog lirih.
Benarkah, ada rasa rindu yang tak diiringi oleh rasa cinta? Entah?
Nofiya pun belum mampu meraba rasa yang tersirat di hati. Akan kah yang dirasa adalah cinta, atau hanya rasa kagum yang singgah karena kesungguhan Zaenal dan perlakuannya yang teramat manis.
Lelah meraba rasa di hati, Nofiya pun memejamkan sepasang netranya yang sudah terasa berat dan mulai berlayar ke negeri mimpi, bertemu dengan Adam yang tengah merindu dan dirindukan olehnya.
Jarum mesin waktu terus berputar. Tanpa terasa waktu subuh telah tiba dan selimut malam mulai tersingkap.
Namun sepasang mata yang terpejam masih enggan terbuka karena indahnya mimpi yang sayang jika disudahi. Hingga percikan air dan suara nyaring seorang wanita, memaksanya untuk menyudahi mimpi.
"Fiyaaaaaaa ---" Suara Seruni memekakkan telinga dan sukses membuat Nofiya terjaga dari tidurnya yang lelap.
"Sudah jam berapa ini? Perempuan kok hobinya cuma malas-malasan!" Seruni kembali memperdengarkan suara. Namun dengan intonasi yang meninggi.
Meski masih teramat mengantuk, Nofiya memaksa tubuhnya bangkit dari posisi berbaring, lalu menyandarkan punggungnya pada headboard.
"Ma, suarane ojo banter-banter! Ngagetin para cicak yang masih kriyip-kriyip. Kasihan lho, semalaman mereka begadang." Nofiya berceloteh sambil mengusap bibirnya yang basah setelah semalaman mencipta pulau di bantal.
"Heleh. Yang kriyip-kriyip itu kamu. Bukan para cicak. Ndang, dilap sek resik ilermu! Anak gadis kok ngileran, hiii."
Seruni bergidik dan memutar tumit, meninggalkan Nofiya yang masih mengumpulkan nyawa dan asik mengusap bibir.
"Ya Allah, kok basah banget bantalku. Pasti kerjaan cicak yang pipis sembarangan. Huh, dasar cicak!" ujar Nofiya begitu melihat bantal yang dipakai semalam basah kuyup.
Merasa tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Nofiya, seekor cicak menjatuhkan diri tepat di kepala gadis berkumis tipis itu.
Sontak, Nofiya berteriak karena geli dan bangkit dari ranjang sambil mengacak rikmanya hingga si cicak terjatuh.
"Dasar, cicak kurang asem! Untung bukan kodok," gerutunya--sebal.
Nofiya lantas menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
Diputar nya keran air, lalu dibasahi nya rikma yang panjang terurai.
Dipejamkan mata seraya menikmati kesegaran air yang membasahi seluruh tubuh.
Saat memejamkan mata, bayang rupawan menari di pikiran dengan senyuman yang menawan.
"Zen --"
Nofiya buru-buru membuka mata, lalu menyudahi ritual mandi dan membalut tubuh dengan selembar handuk berwarna putih.
"Hah, kenapa ada Zen di pikiranku? Jangan-jangan dia sudah menjampi-jampi aku --" Nofiya memejamkan mata dan menggeleng pelan, menghempas pikiran ngawur yang kini tengah hinggap di otaknya.
"Lebih baik, aku segera wudhu. Biar pikiranku bersih dan nggak ngawur."
Usai melafazkan niat di dalam hati, Nofiya mulai membasahi tubuhnya dengan air wudhu.
Sama seperti Zaenal, yang kini tengah mengambil air wudhu dan bersiap melepas rindu pada Robb-nya.
Robb yang menghembuskan nafas cinta di dalam hati.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
.
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa